Kamis, 24 November 2016

CERPEN YANG TAK TERBIT-TERBIT



BAKAR


            Sesampai dirumah Ia dikejutkan dengan Kakaknya yang menangis. “Ibu pergi lagi”  Kakaknya  terlihat cemas. Pertengkaran Ayah dan Ibunya memang sering terjadi namun kali ini yang terparah sepanjang hidupnya. Dari lima bersaudara baru Kakaknya tertua yang berkeluarga diusia sangat belia karna tidak tahan hidup dengan orangtua yang bertengkar setiap hari dan selalu ditinggal.Dia anak kedua. Adiknya 3 orang lagi masih kecil. Pertengkaran itu sering terjadi karna masalah uang.

“Bagaimana dengan nasib Adik kita karna Ibu membawa semua uang dan aku dengar dia membicarakan penjualan rumah ini dengan Ayah?”  Ia pun menyuruh Kakaknya pulang dan berjanji akan mengatasi semua masalah dirumahnya. Semalaman ia tidak tidur memikirkan nasib adik-adiknya yang masih membutuhkan banyak biaya, sedangkan dia baru masuk kuliah. Dia berfikir setelah kejadian ini lebih baik bekerja dulu dan megundurkan diri dari perkuliahann demi menyekolahkan adik-adiknya dulu. “Ia lalu solat isa dikamar. Dalam doanya Ia memohon jika harta yang membuat keluarganya hancur dia berharap agar Tuhan mengambil saja semuanya”

Saat tengah malam tiba ia dikejutkan dengan jeritan kakaknya. “Rumah kita terbakar. Semuanya keluar!”  Ia dengan sigap membangunkan adik-adiknya. Tetangga juga banyak yang datang, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Angin di malam itu memang sangat ingin menghanguskan rumah dan seluruh isinya. Pagi datang dengan membawa duka. Ia melihat Kakak, Adik, Ibu dan Ayahnya menangis dihalaman rumah yang sudah menjadi abu. Ia hanya memeluk kakaknya dengan erat tanpa tangisan. Ia membisikkan ketelinga kakaknya “Alhamdulillah keluarga kita akan utuh lagi kak, paling tidak sampai ada harta yang terkumpulkan kembali” kakaknya hanya menjawab dengan suara isakan.

Ia tahu hidupnya takan sama lagi. Melihat tidak ada apapun yang tersisa dari harta keluarganya. Selanjutnya Ia dan keluarga harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun Ia lega keluarganya utuh. Walau gemetar tangan dan kakinya masih belum juga hilang karna terbayang minyak yang diserakkannya didapur malam itu. Ia berusaha tenang.


NR-R






YANG PUNYA RASA



            Jalan itu memang sunyi namun aku tetap selalu ingin melewatinya. Didepan kafe rindu itu aku dapat melihat lelaki pujaanku yang selalu duduk seperti menunggu seseorang, namun setahun berlalu tak kulihat ada yang menemaninya. Hari ini kucoba mendekatinya. Aku memesan kopi dingin. Lalu duduk disamping mejanya. Aku perhatikan dari jauh. Kacamatanya tanpa bingkai itu bagus juga, sesuai dengan lingkar wajahnya yang oval. Rambutnya terurai menutupi sebagian wajahnya. Eh, kulihat dia menatapku. Apakah aku ketahuan sedang curi-curi pandang? Tapi aku senang dia senyum kepadaku. Aku sungguh membalasnya dengan senyuman termanis yang aku miliki.

            Mulai hari itu hidupku berubah, aku selalu bersemangat pergi kekantor setiap hari dan berangkat lebih awal karna harus minum kopi dulu dikafe rindu.  Untuk sebuah senyumannya penyemangatku.  Begitu setiap hari. Hingga menjadi rutinitas. Setiap kali ia senyum padaku jantungku selalu bergetar, aku tahu ini adalah rasa cinta yang sudah lama hilang, karna kekecewaan yang kualami 5 tahun yang lalu. Lelaki yang kucintai ternyata punya kekasih yang lain. Ia meninggalkanku dan memilih wanita yang punya mobil mewah dikampus kami. Namun lelaki dikafe rindu itu telah mencuri hatiku. Rasa itu kembali. Aku benar-benar bahagia.

            Sudah 2 hari kulihat Ia terlambat datang kekafe rindu. Aku sempat khawatir tidak dapat menikmati kopiku tanpa senyumannya. Akhirnya khawatirku menjadi kenyataan. Hari ini aku tak melihatnya datang. Aku sungguh sedih. Aku berusaha mencari tahu kemana Ia pergi. Aku didatangi seorang pelayan kafe. Pelayan itu memberiku kertas. Aku gemetar membuka lipatan kertas itu. Dengan hati yang was-was kubaca huruf demi huruf. “jangan mencariku lagi. Karna aku tidak pantas untukmu. Maafkan aku yang telah mengecewakanmu. Tertanda yang pernah mencintaimu”Apa haknya untuk melarang aku mencintainya? Aku terkejut setelah membacanya. Ku datangi kembali pelayan yang memberikan kertas tadi dan menanyakan siapa sebenarnya lelaki itu. Pelayan bercerita. “Ia adalah lelaki buta. Setelah kecelakaan bersama istrinya. Dan istrinya tewas. Sejak kebutaannya ia tinggal di kota ini untuk mencari ketenangan. Dan katanya untuk meminta maaf kepadamu. Semalam ia dijemput oleh orangtuanya untuk kembali kekampung. Karna kakinya juga sudah tidak berfungsi lagi.” Sekarang aku ingat semuanya, tentang 5 tahun lalu, tatapan dan senyuman yang sama. Aku yang punya rasa.

NR-R






MENCINTAI KEMATIAN

            Seorang mahasiswa tewas diperjalanan menuju kampus yang sama dengannya. Mahasiswa itu harus pasrah saat tidak dapat menghindar lagi dari mobil fuso yang menghantamnya dari belakang karna mengerem sepeda motornya secara mendadak hanya karna melihat seekor anak kucing lewat. Ia tak habis fikir mengapa mahasiswa itu mengorbannya nyawanya demi seekor kucing. Dalam hati ia bergumam “Ah, kalau aku, lebih baik kulindas saja kucing itu daripada nyawaku taruhannya”.
Namun harus ia akui kejadian itu mampu menghilangkan sebagian Semangatnya. Pagi ini ia bersiap dengan kekuatan yang ada. Berangkat kekampusnya dengan perjalanan 3 jam lebih seorang diri. Jalan yang ia lewati bukan jalan biasa. Jalannya mobil tronton, medan jaya dan mobil besar lainnya.
Sepanjang perjalanan pagi ini. ia hanya melaju dengan kecepatan 70 km/jam padahal sebelumnya ia sanggup berpacu dengan 80-100 km/jam. Ia masih terbayang tubuh mahasiswa yang terbujur kaku semalam, ia ikut menutupi mayat mahasiswa itu dengan daun pisang yang diambilnya disemak-semak. Awal kejadian dialah orang pertama yang melewati jalan itu. Selama perjalanan ia berandai-andai jika disana adalah dirinya. Untuk menepis bayangan dipelupuk matanya, ia mencoba mengingat kembali kata-kata ayahnya tadi malam.
“Apalagi yang kau takutkan Ren?,”
“Aku bukan takut yah, hanya saja melihat mayat semalam, Aku kehilangan semangat, mungkinkah nasibku akan seperti itu juga?, apa yang  harus kulakukan ayah?”
“Kau hanya perlu mencintai kematian Reni, ajal tak menunggumu dan dia. Ajal akan datang dimanapun, bukankah kematian adalah tujuan akhir hidup kita”
            Mungkin ayahnya benar mengapa kita takut dengan kematian, cara satu-satunya menepis bayangan kematian itu  ialah dengan mencintai kematian itu sendiri. Mahasiswa itu juga tahu akibat dari pilihan yang dibuatnya itu. mungkin dia sudah mencintai kematiannya. Setengah perjalanan sudah. Tanpa berhenti ia harus memutar gas terus agar tidak terlambat sampai kekampus. Karna waktunya sudah banyak terkikis oleh lamunan sepanjang jalan. Ia harus berebut jalan dengan  kenderaan bermuatan pasir hingga mobil besar yang bermuatan kayu setinggi 20 meter itu. Apalagi saat melihat jam tangannya. Seharusnya ia sudah menepikan sepeda motornya diparkiran kampus. Ia sudah terlambat tiba dikampus. Ia berusaha memotong jalan mobil-mobil itu, dan lebih memilih menempuh jalan rusak karna saat itu mobil-mobil itu berjalan lambat, menyelip diantara mobil yang juga sedang mengejar target. Namun, tiba-tiba pandangannya kosong, lidahnya kelu, walau ia berusaha memperlambat laju sepedamotornya, TUBRAAAKKKKK, mobil tronton itu melindasnya. Orang-orang mulai berdatangan menutupi tubuh kakunya dengan daun pisang.

NR-R



AKU BOSMU

            Dengan pengaruh watak dari ayahnya semua karyawan termasuk Roni seorang cleaning servis selalu patuh kepadanya. Roni pekerja keras, beda dengan Rapel yang duduk menunggu jadwal meeting, keluar kota atau bahkan sekedar makan dengan rekan bisnisnya karna ia seorang bos, sedangkan Roni hanya cleaning servis, Roni bekerja pagi hingga malam, Roni memilih jam lembur untuk mencukupi biaya hidup keluarganya. Roni bahkan membawa bekal makan untuk siang dan sore dikantor itu. Ia tidak punya cukup uang untuk membeli nasi diluar karna keluarganya dirumah saja hanya memakan sambal tahu dan tempe sudah sepekan ini.
“Hidup ini memang keras kawan, yang lunak itu agar-agar” untuk yang kesekian kalinya roni mendengarkan ucapan itu, apalah daya seorang cleaning servis sedikit saja ada celah untuk kesalahan maka akan menjadi ocehan karyawan yang lain terutama bosnya Rapel. Terkadang ia hanya akan diam bila menjadi pelampiasan kekesalan Rapel jika meeting atau bisnisnya dibatalkan. Tapi Roni tahu betul seburuk-buruknya Rapel, ialah yang memberinya gaji setiap bulan. Sudah tiga tahun lamanya Roni bekerja diperusahaan itu. Rapel belum pernah terlambat memberikan gaji bahkan bonus THR akhir tahun dan lebaran selalu Rapel berikan dengan rutin. Hanya saja perkataan Rapel itu terkadang menyakitkan hatinya. Roni maklum karna Rapel mewarisi sifat ayahnya yang mengajarkan mereka mandiri, disiplin dan fokus yang kuat. Tidak ada masa bermain untuk hal yang sia-sia, tak jarang terkadang Ia dan 5 saudaranya yang lain, 4 perempuan dan 1 laki-laki  di kurung, dirantai  bahkan direndam dibak karna kesalahan yang sepele. Ia dan 5 saudaranya tumbuh dewasa degan jiwa disiplin, segala yang dikerjakan harus sempurna dimata ayahnya yang sekaligus jua gurunya itu. Ia berhasil meraih medali penghargaan atas keberhasilan penjualan diperusahaannya. Ia ingin membuat ayah dan keluarganya bangga. “ayah aku telah berhasil” Rapel bahkan tidak mendapatkan ucapan selamat dari ayahnya. “perhatikan lagi karyawanmu, jangan mau dipuji” ia harus berfikir keras untuk mencerna arti perkataan ayahnya itu.
            Roni tahu betul didalam kata-kata pedas Rapel, hati bosnya itu sangat pengertian dan lembut. Tuntutan pekerjaan dan tanggungjawab yang besar membuat Rapel bersikap keras kepada karyawannya termasuk kepada Roni. Walau Roni adalah teman bermainnya  semasa kecil.  Roni juga maklum atas nasibnya sekarang karna Ia pernah mengolok-olokkan temannya yang sekarang menjadi bosnya. Ingin rasanya Roni menarik kembali Cemoohan yang mungkin takkan pernah bisa dilupakan oleh Rapel. “Hei anak harimau, kami tidak mau berteman denganmu, dan tidak akan ada yang mau”           
NR-R




TELFON TENGAH MALAM

Ia mendengar suaminya selalu menjawab panggilan telfon tengah malam itu. Ia memang tak ingin ikut campur soal pekerjaan suaminya. Namun ini sudah tengah malam. Ia tak mau kecurigaannya manjadi nyata karna saat lewat didepan rumah mewah itu selalu ada  senyuman gadis yang dulu pernah singgah dihati suaminya. Dan suaminya terus membalas senyuman itu. Gadis yang berambut panjang selutut. Sarjana kedokteran di padang. Ayahnya jendral. Namun mencintai seorang imam. Orangtuanya tidak pernah merestui hubungan mereka. Namun tatapan suaminya menunjukkan bahwa cinta mereka abadi. Balasan senyuman itu bukti cinta mereka yang hanya jarak antara restu orangtuanya. Dua kali seminggu. Malam kamis dan malam minggu Ia selalu mendengar kata-kata itu. Kata yang membuat hatinya lirih, sebagai seorang istri yang tak inginkan pertengkaran.
            Malam ini setelah makan ia coba merayu suaminya. Agar hal ini tidak menjadi jurang kehancuran rumah tangganya. Tapi suaminya lebih tau isi hatinya dari pada dirinya sendiri yang masih bingung hendak memulai kata darimana. “Aku tahu yang ingin dinda bahas sekarang” suaranya yang syahdu sudah menghilangkan segala kekacauan semula, bagaimana tidak ia ikhlas dengan apa yang terjadi, tidak ada celah untuk menyalahkan suaminya. Dan dengan penuh kelembutan ia menyampaikan perihal kisahnya dengan wanita cantik itu.  Ia mengerti dengan cerita suaminya, ia tak ingin lagi memikirkan hal yang menguras otaknya.
Diawal bulan Desember itu ada sebuah undangan yang menyambangi rumah mereka. Tertulis “Untuk Revan dan Istri” “undangan pernikahan wanita itu, jelas lengkap dengan fotonya”? Ia tersenyum lega. Hilang sudah beban dipundaknya selama ini, ia takan mendengar curhatan ditelfon tengah malam itu lagi, tidak akan ada lagi senyuman digerbang rumah mewah itu. ia merasa menjadi orang pertama dan terakhir untuk suami yang dicintainya. Rasa syukur itu berulang ulang kali ia ucapkan ketika ia juga ikut menghadiri akad nikah wanita itu. Ia melihat tamu undangan sangat banyak, maklum suaminya seorang jendral.
Setiap hari kini ia hidup penuh kebahagiaan dengan suaminya, lain halnya dengan wanita itu, setiap ia dan suaminya lewat didepan gerbang itu tak ada lagi senyuman itu, hanya wajah murung dan tubuhnya yang semakn hari bertambah lebar. Ia bergumam, apakah wanita itu tak bahagia atau ada masalah? Ah, untuk apa aku memperdulikannya. Namun saat idulfitri mereka bertamu kerumah. Yang ia lihat hanya seorang wanita yg kumuh berkutat didapur dan rumah. Ia tak melihat wanita cantik yang dulu lagi. Memang benar kata orang-orang Suaminya melarang dia keluar rumah, bekerja, dan bergaul. Dia juga tidak banyak bicara. Itulah alasannya dia selalu meminta nasehat lewat telfon tengah malam dulu, yang akhirnya dia  menerima lelaki itu. dalam batin ia berkeluh “Jika aku tahu nasibnya sepedih ini, aku rela berbagi dengannya”
NR-R           
           

 

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...