BAKAR
Sesampai dirumah Ia dikejutkan
dengan Kakaknya yang menangis. “Ibu pergi lagi”
Kakaknya terlihat cemas. Pertengkaran
Ayah dan Ibunya memang sering terjadi namun kali ini yang terparah sepanjang
hidupnya. Dari lima bersaudara baru Kakaknya tertua yang berkeluarga diusia
sangat belia karna tidak tahan hidup dengan orangtua yang bertengkar setiap
hari dan selalu ditinggal.Dia anak kedua. Adiknya 3 orang lagi masih kecil. Pertengkaran
itu sering terjadi karna masalah uang.
“Bagaimana
dengan nasib Adik kita karna Ibu membawa semua uang dan aku dengar dia
membicarakan penjualan rumah ini dengan Ayah?”
Ia pun menyuruh Kakaknya pulang dan berjanji akan mengatasi semua
masalah dirumahnya. Semalaman ia tidak tidur memikirkan nasib adik-adiknya yang
masih membutuhkan banyak biaya, sedangkan dia baru masuk kuliah. Dia berfikir
setelah kejadian ini lebih baik bekerja dulu dan megundurkan diri dari
perkuliahann demi menyekolahkan adik-adiknya dulu. “Ia lalu solat isa dikamar.
Dalam doanya Ia memohon jika harta yang membuat keluarganya hancur dia berharap
agar Tuhan mengambil saja semuanya”
Saat
tengah malam tiba ia dikejutkan dengan jeritan kakaknya. “Rumah kita terbakar.
Semuanya keluar!” Ia dengan sigap
membangunkan adik-adiknya. Tetangga juga banyak yang datang, tapi tidak bisa
berbuat apa-apa. Angin di malam itu memang sangat ingin menghanguskan rumah dan
seluruh isinya. Pagi datang dengan membawa duka. Ia melihat Kakak, Adik, Ibu
dan Ayahnya menangis dihalaman rumah yang sudah menjadi abu. Ia hanya memeluk kakaknya
dengan erat tanpa tangisan. Ia membisikkan ketelinga kakaknya “Alhamdulillah
keluarga kita akan utuh lagi kak, paling tidak sampai ada harta yang
terkumpulkan kembali” kakaknya hanya menjawab dengan suara isakan.
Ia
tahu hidupnya takan sama lagi. Melihat tidak ada apapun yang tersisa dari harta
keluarganya. Selanjutnya Ia dan keluarga harus bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Namun Ia lega keluarganya utuh. Walau gemetar tangan dan
kakinya masih belum juga hilang karna terbayang minyak yang diserakkannya
didapur malam itu. Ia berusaha tenang.
NR-R
YANG
PUNYA RASA
Jalan itu memang sunyi namun aku
tetap selalu ingin melewatinya. Didepan kafe rindu itu aku dapat melihat lelaki
pujaanku yang selalu duduk seperti menunggu seseorang, namun setahun berlalu
tak kulihat ada yang menemaninya. Hari ini kucoba mendekatinya. Aku memesan
kopi dingin. Lalu duduk disamping mejanya. Aku perhatikan dari jauh.
Kacamatanya tanpa bingkai itu bagus juga, sesuai dengan lingkar wajahnya yang
oval. Rambutnya terurai menutupi sebagian wajahnya. Eh, kulihat dia menatapku.
Apakah aku ketahuan sedang curi-curi pandang? Tapi aku senang dia senyum
kepadaku. Aku sungguh membalasnya dengan senyuman termanis yang aku miliki.
Mulai hari itu hidupku berubah, aku
selalu bersemangat pergi kekantor setiap hari dan berangkat lebih awal karna
harus minum kopi dulu dikafe rindu.
Untuk sebuah senyumannya penyemangatku.
Begitu setiap hari. Hingga menjadi rutinitas. Setiap kali ia senyum
padaku jantungku selalu bergetar, aku tahu ini adalah rasa cinta yang sudah
lama hilang, karna kekecewaan yang kualami 5 tahun yang lalu. Lelaki yang
kucintai ternyata punya kekasih yang lain. Ia meninggalkanku dan memilih wanita
yang punya mobil mewah dikampus kami. Namun lelaki dikafe rindu itu telah
mencuri hatiku. Rasa itu kembali. Aku benar-benar bahagia.
Sudah 2 hari kulihat Ia terlambat
datang kekafe rindu. Aku sempat khawatir tidak dapat menikmati kopiku tanpa
senyumannya. Akhirnya khawatirku menjadi kenyataan. Hari ini aku tak melihatnya
datang. Aku sungguh sedih. Aku berusaha mencari tahu kemana Ia pergi. Aku
didatangi seorang pelayan kafe. Pelayan itu memberiku kertas. Aku gemetar
membuka lipatan kertas itu. Dengan hati yang was-was kubaca huruf demi huruf. “jangan mencariku lagi. Karna aku tidak
pantas untukmu. Maafkan aku yang telah mengecewakanmu. Tertanda yang pernah
mencintaimu”Apa haknya untuk melarang aku mencintainya? Aku terkejut
setelah membacanya. Ku datangi kembali pelayan yang memberikan kertas tadi dan
menanyakan siapa sebenarnya lelaki itu. Pelayan bercerita. “Ia adalah lelaki
buta. Setelah kecelakaan bersama istrinya. Dan istrinya tewas. Sejak
kebutaannya ia tinggal di kota ini untuk mencari ketenangan. Dan katanya untuk
meminta maaf kepadamu. Semalam ia dijemput oleh orangtuanya untuk kembali kekampung. Karna kakinya juga sudah tidak berfungsi
lagi.” Sekarang aku ingat semuanya, tentang 5 tahun lalu, tatapan dan senyuman
yang sama. Aku yang punya rasa.
NR-R
MENCINTAI
KEMATIAN
Seorang
mahasiswa tewas diperjalanan menuju kampus yang sama dengannya. Mahasiswa itu
harus pasrah saat tidak dapat menghindar lagi dari mobil fuso yang
menghantamnya dari belakang karna mengerem sepeda motornya secara mendadak
hanya karna melihat seekor anak kucing lewat. Ia tak habis fikir mengapa
mahasiswa itu mengorbannya nyawanya demi seekor kucing. Dalam hati ia bergumam
“Ah, kalau aku, lebih baik kulindas saja kucing itu daripada nyawaku
taruhannya”.
Namun harus ia akui
kejadian itu mampu menghilangkan sebagian Semangatnya. Pagi ini ia bersiap
dengan kekuatan yang ada. Berangkat kekampusnya dengan perjalanan 3 jam lebih
seorang diri. Jalan yang ia lewati bukan jalan biasa. Jalannya mobil tronton,
medan jaya dan mobil besar lainnya.
Sepanjang perjalanan
pagi ini. ia hanya melaju dengan kecepatan 70 km/jam padahal sebelumnya ia
sanggup berpacu dengan 80-100 km/jam. Ia masih terbayang tubuh mahasiswa yang
terbujur kaku semalam, ia ikut menutupi mayat mahasiswa itu dengan daun pisang
yang diambilnya disemak-semak. Awal kejadian dialah orang pertama yang melewati
jalan itu. Selama perjalanan ia berandai-andai jika disana adalah dirinya. Untuk
menepis bayangan dipelupuk matanya, ia mencoba mengingat kembali kata-kata
ayahnya tadi malam.
“Apalagi yang kau takutkan Ren?,”
“Aku bukan takut yah, hanya saja melihat
mayat semalam, Aku kehilangan semangat, mungkinkah nasibku akan seperti itu
juga?, apa yang harus kulakukan ayah?”
“Kau hanya perlu mencintai kematian Reni,
ajal tak menunggumu dan dia. Ajal akan datang dimanapun, bukankah kematian
adalah tujuan akhir hidup kita”
Mungkin
ayahnya benar mengapa kita takut dengan kematian, cara satu-satunya menepis bayangan
kematian itu ialah dengan mencintai
kematian itu sendiri. Mahasiswa itu juga tahu akibat dari pilihan yang
dibuatnya itu. mungkin dia sudah mencintai kematiannya. Setengah perjalanan
sudah. Tanpa berhenti ia harus memutar gas terus agar tidak terlambat sampai
kekampus. Karna waktunya sudah banyak terkikis oleh lamunan sepanjang jalan. Ia
harus berebut jalan dengan kenderaan
bermuatan pasir hingga mobil besar yang bermuatan kayu setinggi 20 meter itu. Apalagi
saat melihat jam tangannya. Seharusnya ia sudah menepikan sepeda motornya
diparkiran kampus. Ia sudah terlambat tiba dikampus. Ia berusaha memotong jalan
mobil-mobil itu, dan lebih memilih menempuh jalan rusak karna saat itu mobil-mobil
itu berjalan lambat, menyelip diantara mobil yang juga sedang mengejar target.
Namun, tiba-tiba pandangannya kosong, lidahnya kelu, walau ia berusaha memperlambat
laju sepedamotornya, TUBRAAAKKKKK, mobil tronton itu melindasnya. Orang-orang
mulai berdatangan menutupi tubuh kakunya dengan daun pisang.
NR-R
AKU BOSMU
Dengan pengaruh watak dari ayahnya
semua karyawan termasuk Roni seorang cleaning servis selalu patuh kepadanya. Roni
pekerja keras, beda dengan Rapel yang duduk menunggu jadwal meeting, keluar
kota atau bahkan sekedar makan dengan rekan bisnisnya karna ia seorang bos,
sedangkan Roni hanya cleaning servis, Roni bekerja pagi hingga malam, Roni
memilih jam lembur untuk mencukupi biaya hidup keluarganya. Roni bahkan membawa
bekal makan untuk siang dan sore dikantor itu. Ia tidak punya cukup uang untuk
membeli nasi diluar karna keluarganya dirumah saja hanya memakan sambal tahu
dan tempe sudah sepekan ini.
“Hidup
ini memang keras kawan, yang lunak itu agar-agar” untuk yang kesekian kalinya roni
mendengarkan ucapan itu, apalah daya seorang cleaning servis sedikit saja ada
celah untuk kesalahan maka akan menjadi ocehan karyawan yang lain terutama
bosnya Rapel. Terkadang ia hanya akan diam bila menjadi pelampiasan kekesalan
Rapel jika meeting atau bisnisnya dibatalkan. Tapi Roni tahu betul
seburuk-buruknya Rapel, ialah yang memberinya gaji setiap bulan. Sudah tiga tahun
lamanya Roni bekerja diperusahaan itu. Rapel belum pernah terlambat memberikan
gaji bahkan bonus THR akhir tahun dan lebaran selalu Rapel berikan dengan rutin.
Hanya saja perkataan Rapel itu terkadang menyakitkan hatinya. Roni maklum karna
Rapel mewarisi sifat ayahnya yang mengajarkan mereka mandiri, disiplin dan
fokus yang kuat. Tidak ada masa bermain untuk hal yang sia-sia, tak jarang
terkadang Ia dan 5 saudaranya yang lain, 4 perempuan dan 1 laki-laki di kurung, dirantai bahkan direndam dibak karna kesalahan yang
sepele. Ia dan 5 saudaranya tumbuh dewasa degan jiwa disiplin, segala yang
dikerjakan harus sempurna dimata ayahnya yang sekaligus jua gurunya itu. Ia
berhasil meraih medali penghargaan atas keberhasilan penjualan diperusahaannya.
Ia ingin membuat ayah dan keluarganya bangga. “ayah aku telah berhasil” Rapel
bahkan tidak mendapatkan ucapan selamat dari ayahnya. “perhatikan lagi
karyawanmu, jangan mau dipuji” ia harus berfikir keras untuk mencerna arti
perkataan ayahnya itu.
Roni tahu betul didalam kata-kata
pedas Rapel, hati bosnya itu sangat pengertian dan lembut. Tuntutan pekerjaan
dan tanggungjawab yang besar membuat Rapel bersikap keras kepada karyawannya
termasuk kepada Roni. Walau Roni adalah teman bermainnya semasa kecil.
Roni juga maklum atas nasibnya sekarang karna Ia pernah mengolok-olokkan
temannya yang sekarang menjadi bosnya. Ingin rasanya Roni menarik kembali Cemoohan
yang mungkin takkan pernah bisa dilupakan oleh Rapel. “Hei anak harimau, kami
tidak mau berteman denganmu, dan tidak akan ada yang mau”
NR-R
TELFON TENGAH MALAM
Ia
mendengar suaminya selalu menjawab panggilan telfon tengah malam itu. Ia memang
tak ingin ikut campur soal pekerjaan suaminya. Namun ini sudah tengah malam. Ia
tak mau kecurigaannya manjadi nyata karna saat lewat didepan rumah mewah itu
selalu ada senyuman gadis yang dulu
pernah singgah dihati suaminya. Dan suaminya terus membalas senyuman itu. Gadis
yang berambut panjang selutut. Sarjana kedokteran di padang. Ayahnya jendral.
Namun mencintai seorang imam. Orangtuanya tidak pernah merestui hubungan
mereka. Namun tatapan suaminya menunjukkan bahwa cinta mereka abadi. Balasan
senyuman itu bukti cinta mereka yang hanya jarak antara restu orangtuanya. Dua
kali seminggu. Malam kamis dan malam minggu Ia selalu mendengar kata-kata itu.
Kata yang membuat hatinya lirih, sebagai seorang istri yang tak inginkan
pertengkaran.
Malam ini setelah makan ia coba
merayu suaminya. Agar hal ini tidak menjadi jurang kehancuran rumah tangganya.
Tapi suaminya lebih tau isi hatinya dari pada dirinya sendiri yang masih
bingung hendak memulai kata darimana. “Aku tahu yang ingin dinda bahas
sekarang” suaranya yang syahdu sudah menghilangkan segala kekacauan semula,
bagaimana tidak ia ikhlas dengan apa yang terjadi, tidak ada celah untuk
menyalahkan suaminya. Dan dengan penuh kelembutan ia menyampaikan perihal kisahnya
dengan wanita cantik itu. Ia mengerti
dengan cerita suaminya, ia tak ingin lagi memikirkan hal yang menguras otaknya.
Diawal
bulan Desember itu ada sebuah undangan yang menyambangi rumah mereka. Tertulis
“Untuk Revan dan Istri” “undangan pernikahan wanita itu, jelas lengkap dengan
fotonya”? Ia tersenyum lega. Hilang sudah beban dipundaknya selama ini, ia
takan mendengar curhatan ditelfon tengah malam itu lagi, tidak akan ada lagi
senyuman digerbang rumah mewah itu. ia merasa menjadi orang pertama dan
terakhir untuk suami yang dicintainya. Rasa syukur itu berulang ulang kali ia
ucapkan ketika ia juga ikut menghadiri akad nikah wanita itu. Ia melihat tamu
undangan sangat banyak, maklum suaminya seorang jendral.
Setiap
hari kini ia hidup penuh kebahagiaan dengan suaminya, lain halnya dengan wanita
itu, setiap ia dan suaminya lewat didepan gerbang itu tak ada lagi senyuman
itu, hanya wajah murung dan tubuhnya yang semakn hari bertambah lebar. Ia bergumam,
apakah wanita itu tak bahagia atau ada masalah? Ah, untuk apa aku
memperdulikannya. Namun saat idulfitri mereka bertamu kerumah. Yang ia lihat
hanya seorang wanita yg kumuh berkutat didapur dan rumah. Ia tak melihat wanita
cantik yang dulu lagi. Memang benar kata orang-orang Suaminya melarang dia
keluar rumah, bekerja, dan bergaul. Dia juga tidak banyak bicara. Itulah
alasannya dia selalu meminta nasehat lewat telfon tengah malam dulu, yang
akhirnya dia menerima lelaki itu. dalam
batin ia berkeluh “Jika aku tahu nasibnya sepedih ini, aku rela berbagi
dengannya”
NR-R