Selasa, 26 Juni 2018

CERITA RAKYAT ROHUL- Anggau

ANGGAU
OLEH : NUR ATIKA-ROESLI ROHUL

Anggau adalah sebuah sebutan untuk makhluk gaib sejenis setan yang sering menjadi cerita rakyat Rokan Hulu. Bagi penduduk sini melihat manusia dengan perbuatan yang sering meresahkan masyarakat akan diceritakan “Isuk matinyo jadi anggau gak du” ketika ia mati akan menjadi anggau. Menurut abah Roesli kejadi menjadi sosok gaib anggau ini adalah sebuah proses kematian yang tidak sempurna dari kejahatan manusia yang melampaui batas dan sangat-sangat banyak dosanya serta sering mengucapkan sumpah lalu saat ajal menjemputnya sehari setelah dikebumikan tujuh langkah manusia mengantarkannya dikuburan  ia sangat merasa tersiksa dan meminta ampun kepada Tuhan dan memohon agar dikembalikan kedunia untuk bertobat kemudian Tuhan mengizinkan tetapi dengan wujud yang berbeda setiap tujuh hari tujuh kejadian dan tujuh rupa. Tujuh hari pertama ia akan menjadi anggau, tujuh hari kedua menjadi kucing, tujuh hari ketiga ia menjadi kumbang, tujuh hari keempat ia menjadi kupu-kupu, tujuh hari kelima ia menjadi burung , tujuh hari keenam ia menjadi ikan, terakhir pada tujuh hari ketujuh ia menjadi kunang-kunang. Berikut ini kisah singkat dari berbagai versi dan sumber.
Disebuah desa bernama Surau Gading tersebutlah kisah zaman dahulu ada seorang  pemuda yang tidak diketahui namanya telah berbuat banyak kejahatan di kampungnya. Diantaranya berjudi, mabuk-mabukan, mencuri dan lain sebagainya namun setiap kali di nasehati oleh orangtuanya ia selalu melawan dan tidak mengakui perbuatannya tak jarang juga sumpah serapah keluar dari mulutnya “Aku tidak pernah melakukannya, kalau memang aku yang melakukannya disemburkan bumilah aku nanti” begitulah setiap kali kemarahannya  memuncak dan tak ada kata lain lagi baginya untuk membela diri, karna pada zaman dahulu jika sudah mengucapkan sumpah berarti seandainya benar  kata-katanya ia akan selamat namun jika sebaliknya ia akan kualat. Mendengar ucapan sumpah seperti itu orangtuanya tak mau lagi memarahi anaknya itu lagi.
Suatu hari datanglah penyakit dibadan pemuda tersebut, sakit yang tidak jelas asal dan obatnya, sudah banyak dokter yang didatanginya. Saat badannya tinggal tulang ajal pun menjemputnya. Hari itu kematian pemuda itu menjadi misteri di desa tersebut,  selama empat puluh hari empat puluh malam suasana desa itu menjadi menyeramkan, saat magrib tiba tidak adalagi pintu rumah didesa itu yang terbuka. Menurut kabarnya sehari setelah kematiannya itu hampir setiap malam dini hari sekitar pukul 2-5 malam secara bergantian rumah penduduk didatangi oleh sesosok makhluk yang sering ddisebut dengan anggau. Ia mendatangi rumah penduduk dengan suara yang miris dan seram “Mintak nasi.......sojuok” penduduk menjadi ketakutan sebelum diberikan nasi sisa atau sejuk suara itu tak pernah berhenti hingga azan subuh tiba. Saat semua penduduk memillih membiarkan suara itu hilang karna ketakuatan malam terakhir sosok Anggau itu mendatangi sebuah rumah yang cukup berani dan  tidak percaya dengan setan, pemilik rumah itu penasaran lalu mengintip lewat celah-celah dinding rumahnya sungguh yang dilihatnya adalah sesosok makhluk yang belum  pernah ia lihat.
Tangannya melipat kebelakang kepala dan yang tampak adalah bagian siku tepat didepan hidungnya. Banyak yang dibilang hidungnya panjang tetapi bukan itulah adalah sikunya yang letaknya tepat didepan hidungnya guna untuk melindungi mukanya disebabkan malu yang tak tertanggungkan atas dirinya tidak diterima bumi. Telapak dan jari-jari kakinya berada dibelakang sedangkan tumitnya arah kedepan, sehingga ia berjalan dengan kaki terbalik. Lalu ia meminta nasi karna raganya yang lapar dan kedinginan pada waktu subuh yaitu waktu yang diizinkan Allah untuknya mencari rezki.
Demikianlah hingga kini kisah itu tetap menjadi pelajaran bagi penduduk Rokan Hulu umumnya untuk tidak mengucapkan sumpah serapah apalagi jika perbuatan dosa kita telah banyak. Anggau ini pada tahun 80-an tersiar kabar pernah tertangkap oleh masyarakat karna sangat meresahkan warga tepatnya di Koto Intan dengan bantuan seorang kiyai setempat Anggau tersebut diikat dibatang pisang, dibakar lalu dihanyutkan disungai, namun saat matahari terbit tidak terlihat lagi.

Cerita rakyat tidak bisa dipastikan kebenarannya namun setiap cerita pasti ada pelajaran yang bisa dipetik hikmahnya dan inilah yang menjadi tujuan utama penulisan cerita rakyat. Karna kisahnya disampaikan secara turun menurun, mulut ke mulut sehingga beragam versi muncul dalam alur cerita dan terkadang sesuai dengan zamannya.

Dilarang keras mencopas tulisan ini tanpa izin dari penulis (silahkan hubungi 082388859812) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...