ANGGAU
OLEH : NUR ATIKA-ROESLI ROHUL
Anggau
adalah sebuah sebutan untuk makhluk gaib sejenis setan yang sering menjadi
cerita rakyat Rokan Hulu. Bagi penduduk sini melihat manusia dengan perbuatan
yang sering meresahkan masyarakat akan diceritakan “Isuk matinyo jadi anggau
gak du” ketika ia mati akan menjadi anggau. Menurut abah Roesli kejadi menjadi
sosok gaib anggau ini adalah sebuah proses kematian yang tidak sempurna dari
kejahatan manusia yang melampaui batas dan sangat-sangat banyak dosanya serta
sering mengucapkan sumpah lalu saat ajal menjemputnya sehari setelah
dikebumikan tujuh langkah manusia mengantarkannya dikuburan ia sangat merasa tersiksa dan meminta ampun
kepada Tuhan dan memohon agar dikembalikan kedunia untuk bertobat kemudian
Tuhan mengizinkan tetapi dengan wujud yang berbeda setiap tujuh hari tujuh
kejadian dan tujuh rupa. Tujuh hari pertama ia akan menjadi anggau, tujuh hari
kedua menjadi kucing, tujuh hari ketiga ia menjadi kumbang, tujuh hari keempat
ia menjadi kupu-kupu, tujuh hari kelima ia menjadi burung , tujuh hari keenam
ia menjadi ikan, terakhir pada tujuh hari ketujuh ia menjadi kunang-kunang. Berikut
ini kisah singkat dari berbagai versi dan sumber.
Disebuah
desa bernama Surau Gading tersebutlah kisah zaman dahulu ada seorang pemuda yang tidak diketahui namanya telah
berbuat banyak kejahatan di kampungnya. Diantaranya berjudi, mabuk-mabukan, mencuri
dan lain sebagainya namun setiap kali di nasehati oleh orangtuanya ia selalu
melawan dan tidak mengakui perbuatannya tak jarang juga sumpah serapah keluar
dari mulutnya “Aku tidak pernah melakukannya, kalau memang aku yang
melakukannya disemburkan bumilah aku nanti” begitulah setiap kali
kemarahannya memuncak dan tak ada kata
lain lagi baginya untuk membela diri, karna pada zaman dahulu jika sudah
mengucapkan sumpah berarti seandainya benar
kata-katanya ia akan selamat namun jika sebaliknya ia akan kualat. Mendengar
ucapan sumpah seperti itu orangtuanya tak mau lagi memarahi anaknya itu lagi.
Suatu
hari datanglah penyakit dibadan pemuda tersebut, sakit yang tidak jelas asal
dan obatnya, sudah banyak dokter yang didatanginya. Saat badannya tinggal
tulang ajal pun menjemputnya. Hari itu kematian pemuda itu menjadi misteri di
desa tersebut, selama empat puluh hari
empat puluh malam suasana desa itu menjadi menyeramkan, saat magrib tiba tidak
adalagi pintu rumah didesa itu yang terbuka. Menurut kabarnya sehari setelah
kematiannya itu hampir setiap malam dini hari sekitar pukul 2-5 malam secara
bergantian rumah penduduk didatangi oleh sesosok makhluk yang sering ddisebut
dengan anggau. Ia mendatangi rumah penduduk dengan suara yang miris dan seram “Mintak
nasi.......sojuok” penduduk menjadi ketakutan sebelum diberikan nasi sisa atau
sejuk suara itu tak pernah berhenti hingga azan subuh tiba. Saat semua penduduk
memillih membiarkan suara itu hilang karna ketakuatan malam terakhir sosok
Anggau itu mendatangi sebuah rumah yang cukup berani dan tidak percaya dengan setan, pemilik rumah itu
penasaran lalu mengintip lewat celah-celah dinding rumahnya sungguh yang
dilihatnya adalah sesosok makhluk yang belum
pernah ia lihat.
Tangannya
melipat kebelakang kepala dan yang tampak adalah bagian siku tepat didepan
hidungnya. Banyak yang dibilang hidungnya panjang tetapi bukan itulah adalah
sikunya yang letaknya tepat didepan hidungnya guna untuk melindungi mukanya
disebabkan malu yang tak tertanggungkan atas dirinya tidak diterima bumi. Telapak
dan jari-jari kakinya berada dibelakang sedangkan tumitnya arah kedepan,
sehingga ia berjalan dengan kaki terbalik. Lalu ia meminta nasi karna raganya
yang lapar dan kedinginan pada waktu subuh yaitu waktu yang diizinkan Allah
untuknya mencari rezki.
Demikianlah
hingga kini kisah itu tetap menjadi pelajaran bagi penduduk Rokan Hulu umumnya
untuk tidak mengucapkan sumpah serapah apalagi jika perbuatan dosa kita telah
banyak. Anggau ini pada tahun 80-an tersiar kabar pernah tertangkap oleh
masyarakat karna sangat meresahkan warga tepatnya di Koto Intan dengan bantuan
seorang kiyai setempat Anggau tersebut diikat dibatang pisang, dibakar lalu
dihanyutkan disungai, namun saat matahari terbit tidak terlihat lagi.
Cerita
rakyat tidak bisa dipastikan kebenarannya namun setiap cerita pasti ada
pelajaran yang bisa dipetik hikmahnya dan inilah yang menjadi tujuan utama
penulisan cerita rakyat. Karna kisahnya disampaikan secara turun menurun, mulut
ke mulut sehingga beragam versi muncul dalam alur cerita dan terkadang sesuai
dengan zamannya.
Dilarang
keras mencopas tulisan ini tanpa izin dari penulis (silahkan hubungi
082388859812)