Senin, 08 Oktober 2018

menanti 10 tahun

kami memilih jalan jihad yang berbeda.

Dia berjihad dengan sarungnya, dengan sorbannya, tempatnya dikelilingi oleh orang2 yang sudah tahu agama, dia selalu berada diatas mimbar. dia makin menjauhkan orang2 dari maksiat, dia mengajak orang2 mempertahankan aqidahnya. dengan ilmunya ia beramal.

Sedangkan aku memilih berjihad dijalanku sendiri, aku dengan gerakku, aku dengan bukuku, aku dengan dikelilingi mereka yang jauh beragama. aku selalu berada ditempat yang penuh dosa, aku harus mempertahankan aqidahku dengan kuat juga. aku memperjuangkan pemuda yang dulu juga sepertiku. kemudian dia menyadarkanku dengan jihadnya. kini aku ingin banyak yg mampu jauh dari narkoba, jauh dari jalanan, jauh dari taruhan, jauh dari pengangguran. jauh dari pacaran.

orang2 bertanya kami seperti langit dan bumi. benar, tiada salah. mereka juga sering bertanya mengapa terlihat begitu mesra.
karna kami punya satu tujuan menjunjung tinggi agama Allah.
Apapun yang aku dan dia lakukan semua semata demi agama Allah.

Iya, berjihad tidak harus dilakukan di atas mimbar, beruntunglah mereka yang tahu banyak ilmu. Tidak hanya mempelajari ilmu tasawuf, ilmu agama mereka juga mempelajari ilmu psikologi, politik, sosial, budaya dan lainnya, dengan begitu kita dapat menemukan masalah yang lebih kecil sebenarnya yang membuat orang-orang jauh dari agamanya. Ternyata bukan hanya karna dia tak mau sholat tapi lebih karna ia masih melakukan banyak maksiat, masih durhaka kepada orang tua. Bagaimana mereka dapat mendengarkan ceramah sedangkan mereka tak pernah ke masjid? harus ada yang masuk kedunia mereka. menelisik lebih jauh pribadi mereka. sejatinya mereka semua adalah orang baik. sentuhlah jiwanya yang baik itu, lalu kita ajak dia berkegiatan positif dulu, sehari, dua hari, seminggu, sebulan, mungkin setahun, bisa jadi lima tahun cepat atau lambat mereka dari 10. 2 mengikuti kita. dan Alhamdulillah kini aku sudah melihat mereka bangkit. bangkit mencintai keluarganya, menemukan jati dirinya, menatap masa depan mereka dengan optimis, berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Dilain waktu kami juga punya hobby bersama, kami punya misi bersama, kami punya makanan favorit bersama. lain dari itu kami memang sungguh berbeda.

bukankah kita juga dipertemukan dalam keadaan berbeda? laki dan perempuan, langit dan bumi, siang dan malam. Atas perbedaan itulah aku mencintaimu. Mencintai segala yang tak kupunyai ada di dirimu, semua yang aku butuhkan ada di dirimu. Aku dengan segala kelemahanku hanyalah milik Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...