Senin, 10 Desember 2018

Teruntuk anak Roesli

Teruntuk anak perempuan Roesli.

Aku tahu kau lelah dik, Kakak kita juga, aku juga. Tapi dia Roesli Abah kita sudah menempah kita demikian keras, sekeras karang dilautan tak peduli ombak dan onak bagaimanapun menerpa kita harus tegar dan kuat karna apa? karna kita perempuan-perempuan Roesli.

Aku tahu dik kau kecewa, kecewa dengan janji-janji cintamu yang lama kau tunggu. Kakak kita juga begitu, aku juga bahkan mama kita juga sama. Tapi janganlah kau salahkan dia yang memberi janji cinta itu, Bukankah kita dan kau dik sebenarnya tahu itu adalah janji palsu namun kita tetap mengalahkan hati kita mempercayai hati kita menekankan bahwa itu tidaklah harapan palsu. Karna hanya dengan janji-janji itu kita masih punya impian hidup. Sudahlah Dik, sampai kapan kau akan menangisi hal kecil itu. Tidakkah kau lihat matahari masih bersinar cerah, walau hujan dan badai tadi malam terus menimpa bumi ini. Tak ada jalan lain yang bisa kau lakukan Dik, selain menyerahkan kepada Tuhan dan limpahkan semua janji palsu itu padanya, biarkan saja musnah dimakan usia. Lihatlah Kakak kita betapa kuatnya dia belasan tahun menghadapi hal yang lebih dari kita, jika kau mau melihat lagi, pandangilah mama kita betapa ia menahan nestapa hidupnya selama usianya. Tapi kini berbuah manis.

Aku tahu dik kau lelah. Melihat anak-anak tumbuh dengan rasamu yang aneh setiap hari, kau harus berpura-pura bahagia dihadapan mereka, mungkin kau juga berpura-pura kenyang didepan suamimu, bahkan kau harus tersenyum selalu pada tetanggamu. Tapi Dik harus kau tahu kami yang lahir dari rahim yang sama denganmu tahu semua yang kau sembunyikan. Setiap kali kau sedih darah kami berserak seperti waktu kecil dulu kita yang menangis dalam satu pelukan saat mama kita diseret sepanjang rumah. Kita anak perempuan Roesli bukankah sudah dididik untuk berfikir keras nenyelesaikan masalah kita sendiri, kita harus menemukan cara sendiri. Seperti aku dan kakak kita harus melepaskan rantai dikaki kami waktu dikurung dan diikat oleh Abah Roesli saat dulu sekali.

Sudahlah Dik, karna kita perempuan Roesli, jangan sekali-kali membuat dia Abah Roesli merasa gagal akan kinerja kerasnya, ia merasa sia-sia atas didikannya selama ini pada kita. Masih ingatkah kau ucapan nya saat terakhir kali ia melepas kita pada lelaki yang kita sebut suami itu? "Kau nak adalah perempuan, ingat selalu semua yang Abah ajarkan, jika suamimu tak sanggup mengerjakan apapun untuk kehidupanmu kau harus bisa melakukannya sendiri. Sekalipun untuk membuat meja dapurmu".
Lalu mengapa kau selalu menaruh harap pada janji dan menunggu harapan-harapan yang belum tantu menjadi milikmu dik?. 

Berdirilah kau dikakimu sendiri, jika jatuh kita bangun lagi, jika lelah kau hanya perlu berjalan pelan, namun jangan berhenti, kalau kau gagal ulang lagi, tapi jangan menunggu uluran tangan siapapun sekalipun itu cintamu yang dulu kau sangat mengharapkan dia akan menjaga kau seumur hidupmu. Karna itu jugalah yang dilakukan mama kita untuk bertahan hidup, juga dilakukan oleh kakak kita, juga aku sendiri dan kau hanya perlu melihat dan lakukanlah hal yang sama. Karna kita anak perempuan Roesli.

Dirumah Roesli, 11 Desember 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...