Rabu, 28 Desember 2016

METODOLOGI BAHASA

Perubahan Leksikal Dalam Bahasa Melayu Riau
Dua Desa Di Dua Kecamatan
Kabupaten Rokanhulu





DISUSUN OLEH :
NUR ATIKA




SEMESTER V KELAS B
JURUSAN SASTRA MELAYU
FAKULTAS IMU BUDAYA
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU 2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan, karunia, rahmat, dan hidayah-Nya kepada kita semua, Hanya kepada-Nya kembali segala sanjungan, kepada-Nya kami memohon pertolongan dan ampunan, dan atas ridhonya , terutama kepada penulis yang selalu diberikan kesehatan untuk menulis serta menyelesaikan penelitian ini. Yang merupakan hasil penelitian kami selama satu bulan ini dengan judul “Perubahan Leksikal Dalam Bahasa Melayu Riau Dua Desa Di Dua Kecamatan Kabupaten Rokanhulu”
Dalam Penyusunan laporan ini banyak hikmah yang penulis peroleh dan pengalaman-pengalaman berharga tentunya, penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat bekerja seorang diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak,  terutama kedua orangtua yang selalu memberikan dukungan moril terhadap penulis atas terselesaikannya tugas ini. Oleh karna itu juga kami mengucapkan ribuan terimakasih yang tak terhingga kepada dosen pembimbing Dr. Evizaariza,Mhum. dan teman-teman seperjuangan kelas V.B beserta seluruh pihak yang tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu.


Pekanbaru ,  November  2016

                                                                                    Penulis

 Nur atika

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I             PENDAHULUAN
1
            1.1 Latar Belakang
1
            1.2 Rumusan Masalah
2
            1.3 Tujuan
2
            1.4 Manfaat
2
BAB II                        KAJIAN TEORI
3
BAB III          METODE PENELITIAN
11
            3.1 Metode Penelitian
12

                        3.1.1 Sumber Data

12

                        3.1.2 Lokasi Penelitian

12

           3.2 Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
13
           3.3 Metode Dan Teknik Analisis Data
14
           3.4 Daftar Tanya (Instrumen Penelitian)
15
BAB IV PENUTUP
16
          4.1   Kesimpulan
16
          4.2   Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Lampiran 1
18
Lampiran 2
28


BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Bahasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan maksud dan keinginan kepada orang lain. Dengan kata lain, dengan bahasa seseorang dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan manusia lain, seperti yang dikatakan oleh Kridalaksana (1983:4), bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh para kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri. Bahasa bersifat manusiawi, artinya bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki oleh manusia.
Pada dasarnya bahasa tersebut mempunyai dua aspek mendasar, yaitu aspek bentuk dan makna. Aspek bentuk berkaitan dengan bunyi, tulisan maupun struktur bahasa, sedangkan aspek makna berkaitan dengan leksikal, fungsional maupun gramatikalnya. Apabila kita perhatikan dengan terperinci dan teliti bahasa itu dalam bentuk dan maknanya menunjukkan perbedaan antar pengungkapannya, antara penutur yang satu dengan penutur yang lain. Perbedaan-perbedaan bahasa itu menghasilkan ragam-ragam bahasa atau variasi bahasa. Variasi itu muncul karena kebutuhan penutur akan adanya alat komunikasi dan kondisi sosial, serta faktor-faktor tertentu yang mempengaruhinya, seperti letak geografis, kelompok sosial, situasi berbahasa atau tingkat formalitas, dan karena perubahan waktu.
Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mempunyai idiolek masing–masing tetapi mereka juga memiliki ciri yang khas untuk menandai bahwa mereka berada dalam satu dialek, misalnya Bahasa Melayu Ujungbatu (yang selanjutnya disingkat BMU), dengan Bahasa Melayu Pagaran Tapah (yang selanjutnya disingkat BMP),
Alasan peneliti meneliti perbedaan Leksikal  BMU dengan BMP karena dalam bahasa Melayu Rokanhulu terdapat lebih dari 20 dialek yang berbeda. Hampir setiap desa perkecamatannya memiliki variasi bahasa. Perbedaan itu dapat dilihat dari segi leksikal, dari bedanya pilihan kata yang digunakan masing-masing daerah untuk merealisasikan suatu makna. Selain itu, antar penutur dialek bahasa juga tidak sepenuhnya saling memperdulikan asal bahasa mereka. Oleh sebab itu untuk melihat lebih jelas perbedaan bahasa secara leksikal, peneliti merasa perlu meneliti variasi leksikal BMU dan membandingkannya dengan BMP karena variasi leksikal sangat terlihat jelas pada setiap daerahnya

1.2       Rumusan Masalah

1.      Apa saja persamaan dan perbedaan leksikal dalam bahasa Melayu Riau di desa Ujungbatu Kecamatan Ujungbatu dengan desa Pagarantapah Kecamatan Pagarantapah Kabupaten Rokanhulu
2.      Bagaimana bentuk perwujudan leksikal dalam bahasa Melayu Riau di desa Ujungbatu Kecamatan Ujungbatu dengan desa Pagarantapah Kecamatan Pagarantapah Kabupaten Rokanhulu

1.3       Tujuan
1.      Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan leksikal dalam bahasa Melayu Riau di desa Ujungbatu Kecamatan Ujungbatu dengan desa Pagarantapah Kecamatan Pagarantapah Kabupaten Rokanhulu
2.      Untuk mendeskripsikan bentuk perwujudan leksikal dalam bahasa Melayu Riau di desa Ujungbatu Kecamatan Ujungbatu dengan desa Pagarantapah Kecamatan Pagarantapah Kabupaten Rokanhulu

1.4       Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan telaah kebahasaan dan juga sebagai informasi mengenai wujud variasi leksikal bahasa melayu didesa Ujungbatu dan didesa Pagarantapah. Sementara itu secara praktis penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi guru sebagai sumber pengajaran, serta bagi peneliti yang akan meneliti lebih lanjut mengenai bahasa melayu didesa Ujungbatu.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1       Dialektologi
Dialektologi adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi-variasi bahasa dengan memperlakukannya dengan struktur yang utuh (Kridalaksana, 2001: 42). Cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari variasi-variasi bahasa dalam semua aspeknya disebut dialektologi (Keraf, 1984:143).  Dialektologi kemudian dibagi menjadi dua cabang yaitu goegrafi dialek dan sosiolinguistik. Sisiolinguistik mempelajari variasi bahasa berdasarkan pola-pola kemasyarakatan. Sebaliknya geografi dialek mempelajari variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam satu wilayah. Perbedaan ini menyangkut perbedaan leksikal suatu bahasa.
Mahsun (1995:11) menyatakan, di dasarnya dialektologi merupakan ilmu tentang dialek: atau cabang dari linguistik yang mengkaji perbedaan-perbedaan isolek dengan memperlakukan perbedaan tersebut secara utuh. Perbedaan isolek satu dengan isolek lainnya dianalisis sehingga dapat ditentukan eksistensi sebuah isolek; sebagai bahasa, sebagai dialek, atau sebagai subdialek. Selain itu, dapat pula ditentukan hubungan antar dialek/subdialek dengan dialek/subdialek lainnya dalam suatu bahasa, hubungan antara dialek/subdialek dengan bahasa induk yang menurunkannya, dan dapat juga ditentukan hubungan antara dialek/subdialek itu dengan dialek/subdialek dari bahasa lain.
Menurut Weijnen dkk (dalam Ayatrohaedi, 1983:1) jika disimpulkan adalam sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakannya dari masyarakat lain yang bertetangga yang mempergunakan sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya.
Menurut Meillet (dalam Ayatrohaedi, 1983:2) dialek memiliki dua ciri yaitu: 1) dialek adalah seperangkat ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, 2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa.
Selain itu, Trudgill (1985 : 17) menyatakan bahwa dialek mengacu pada perbedaan-perbedaan antara macam-macam bahasa yang berbeda kosa kata, tata bahasa dan juga pengucapannya.
Guna mengukur seberapa jauh perbedaan dan persamaan yang terdapat di tempat yang diteliti melalui pembandingan sejumlah bahan yang dikumpulkan dari tempat-tempat yang bersangkutan  (Mahsun, 1995:118).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dialektologi merupakan cabang linguistik yang mempelajari tentang dialek, serta membandingkan bahasa-bahasa yang masih serumpun untuk mencari persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, dalam hal ini perbedaan leksikalnya.
2.2       Geografi Dialek
Geografi dialek yang dipakai di sini diambil dari Dubois, et al. yang mengatakan geografi dialek ialah cabang dialektologi yang mempelajari dialek kewilayahan (Dubois dalam Ayatrohaedi, 1983:23). Sementara ahli lain mengatakan geografi dialek merupakan kajian mengenai variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam suatu wilayah bahasa (Keraf, 1991:143). Kajian ini merupakan cabang dialektologi yang mempelajari hubungan dan keragaman di antara dialek-dialek kewilayahan tersebut (Sudaryono dkk, 1990:3). Beda halnya menurut pendapat Lauder dan Lauder (2007: 34) mengatakan geografi dialek adalah salah satu bidang di dalam dialektologi yang bertugas melakukan pemetaan bahasa dan melakukan analisis kebahasaan yang dikaitkan dengan faktor-faktor geografi setempat. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa geografi dialek merupakan kajian linguistik yang berobjekkan dialek geografis. Geografi dialek sebagai penerapan teori gelombang, teori yang diusulkan oleh Johan Schmidt pada 1872, muncul lebih awal daripada dialektologi (Keraf 1991:143). Pada awal perkembangannya, geografi dialek merupakan bagian dari linguistik historis, yang secara khusus membahas mengenai dialek-dialek atau perbedaan-perbedaan lokal.
Selanjutnya hubungan dengan linguistik, geografi dialek memiliki kedudukan yang penting. Dalam penelitian geografi dialek, pada saat yang sama dapat diperoleh gambaran umum mengenai sejumlah dialek. Gambaran umum ini akan tampak jelas jika gejala kebahasaan yang ditampilkan dari data yang terkumpul selama penelitian ditetapkan. Oleh karena itu, data yang diperoleh di lapangan dapat mencerminkan hasil perubahan yang terjadi.
2.3       Pembeda Dialek
Bahasa memiliki beberapa dialek, dari semua dialek memiliki perbedaan dari satu dialek ke dialek yang lain karena masing-masing memiliki kekhasan yang bersifat lingual. Kekhasan inilah yang menjadi pembeda bagi dialek-dialek tersebut. Menurut Ayatroheadi (1983:3-5) mengacu pada pandangan Guiraud (1970) dalam Wahya (2005:44), berpendapat bahwa pembeda dialek pada garis besarnya ada lima macam, yakni sebagai berikut:
1. perbedaan fonetis. Perbedaan itu berada di bidang fonologi, dan biasanya  sipemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut, contoh: “dapuo” dapu.
2. perbedaan semantis, yang mencakup (a) sinonimi, yaitu nama yang berbeda untuk lambang yang sama pada beberapa tempat yang berbeda, misalnya, lapiek dan tika‟ dalam bahasa Melayu Riau dialek Melayu Rokanhulu kemudian (b) homonimi, yaitu nama yang sama untuk hal yang berbeda pada beberapa tempat yang berbeda, misalnya, sungkuik „penutup lauk pauk‟ dan „jemuran ikan‟
3. perbedaan onomasiologis yang menunjukan nama yang berbeda berdasarkan satu konsep yang diberikan di beberapa tempat berbeda. Menghadiri kenduri misalnya, di beberapa daerah bahasa Melayu Riau tertentu biasanya disebut bolek, dan bagholek, sedangkan di tempat lain disebut nikah kawin;
4. perbedaan semasiologis yang merupakan kebalikan dari perbedaan onomasiologis yaitu pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda, misalnya, kuok „nama daerah‟, nama penyakit kulit‟;
5. perbedaan morfologis, yaitu perbedaan dalam bentukan kata, seperti, maliyu dan mÉ™ndÉ™liyu „meludah‟.
Berdasarkan kepentingan penelitian ini hanya fokus pada perbedaan leksikal.




2.4       Variasi bahasa
Bahasa memiliki sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun, hal itu karena penutur berada dalam masyarakat yang sama, bukan merupakan kumpulan masyarakat yang heterogen. Menurut Chaer (1995:80), karena penutur bahasa, meski berada dalam masyarakat tutur, bukan merupakan kumpulan masyarakat yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret menjadi tidak seragam. Dengan kata lain, bahasa yang digunakan bervariasi dari berbagai segi, salah satunya dari segi leksikal.
Terjadinya keragaman atau variasi bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa. Hal ini dapat terlihat pada keragaman atau variasi bahasa yang terjadi di Ujungbatu dan Pagarantapah yang disebabkan oleh kegiatan dan wilayah yang berbeda. mengemukakan bahwa keragaman ini akan semakin bertambah bila bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas (Chaer, 1995:81).
Menurut Kawira (1990:3), variasi bahasa berdasarkan pemakaiannya yang disebut ragam atau register dapat dibedakan menurut bidang (field), cara (mode), dan gaya (style) penuturnya. Menurut Chaer (1995:82), variasi bahasa dapat dibedakan berdasarkan penutur dan penggunaannya.
Selanjutnya, Hotman dan Stork dalam Chaer (1995:82) membedakan variasi berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografi dan sosial penutur; (b) medium yang digunakan; dan (c) pokok pembicaraan. Preston dan Shiy dalam Chaer (1995:82) membagi variasi bahasa, khususnya untuk bahasa Inggris Amerika berdasarkan (a) penutur,(b) interaksi, (c) kode, dan (d) realisasi. Halliday (dalam Pateda, 1987: 53) membagi variasi bahasa berdasarkan pemakaiannya (ragam) dan variasi berdasarkan pemakai (dialek).
Chaer (1995:82), mengemukakan bahwa variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat.
Sehubungan dengan penlitian ini, bahasa yang digunakan bervariasi dari berbagai segi, salah satunya dari segi leksikal yang selanjutnya akan  menjadi objek kajian penelitian ini.
2.5  Variasi Leksikal
Suatu perbedaan disebut sebagai perbedaan dalam bidang leksikal, jika leksem-leksem yang digunakan untuk merealisasikan suatu makna yang sama tidak berasal dari satu etimon prabahasa. Semua perbedaan bidang leksikal selalu berupa variasi (Mahsun, 1995:4).
Contoh dalam bahasa Melayu Rokanhulu terdapat variasi leksikal dalam meralisasikan makna ‘kesemutan’ adalah [kepocong] di BMU, [cokouik] di BMP. Variasi leksikal dalam merealisasikan makna ‘kikir’ adalah [kikik] di BMU dan [dogi] di BMP.
Dari contoh di atas terdapat dua kata untuk makna ‘kepocong’ yaitu kepocong dan cokouik. Dua kata tersebut memiliki variasi dari segi leksikal karena kata kepocong dan cokouik digunakan dalam kehidupan sehari-hari di dua desa didua Kecamatan Rokanhulu. Kata ‘kikir’ juga terdapat dua kata yang memiliki variasi leksikal. Kata kikik dan dogi digunakan untuk menyebutkan sifat seseorang.
Dalam penelitian bahasa Melayu  ini yang diteliti hanya variasi leksikal karena bahasa Melayu Riau di dua desa dalam Dua Kecamatan Kabupaten Rokanhulu banyak terdapat persamaan dan perbedaan berdasarkan dialeknya.
2.6       Kabupaten Rokanhulu
2.6.1    Wilayah Rokanhulu
Kabupaten Rokan Hulu, merupakan sebuah kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kampar, yang berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 berdasarkan kepada UU Nomor 53 tahun 1999 dan UU No 11 tahun 2003 tentang perubahan UU RI No 53 tahun 1999, yang diperkuat dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 010/PUU-1/2004, tanggal 26 Agustus 2004.
Kabupaten yang diberi julukan sebagai Negeri Seribu Suluk ini mempunyai penduduk sebanyak 515.724 jiwa dengan luas wilayah 7.449,85 km2, dimana 85% terdiri dari dataran dan 15% rawa-rawa dan perairan dan berbatasan langsung dengan:
o   Sebelah Utara, berbatasan dengan Provinsi Sumatra Utara dan Kabupaten Rokan Hilir
o   Sebelah Barat, berbatasan dengan Provinsi Sumatra Utara dan Sumatra Barat
o   Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Kampar, Bengkalis dan Siak
o   Sebelah Selatan, berbatasan dengan Provinsi Sumatra Barat.
Secara Administrasi terdiri dari 16 Kecamatan :
•           Kecamatan Ujung Batu
•           Kecamatan Rokan IV Koto
•           Kecamatan Rambah
•           Kecamatan Tambusai
•           Kecamatan Kepenuhan
•           Kecamatan Kunto Darussalam
•           Kecamatan Rambah Samo
•           Kecamatan Rambah Hilir
•           Kecamatan Tambusai Utara
•           Kecamatan Bangun Purba
•           Kecamatan Tandun
•           Kecamatan Kabun
•           Kecamatan Pagaran Tapah Darussalam
•           Kecamatan Bonai Darussalam
•           Kecamatan Kepenuhan Hulu
•           Kecamatan Pendalian IV Koto
dan memiliki 8 Kelurahan dan 126 Desa.
2.6.2    Masyarakat Rokanhulu
Dengan jumlah penduduk 380.000 Jiwa dan luas wilayah 7.449.85 Km2, Kabupaten Rokan Hulu memiliki berbagai macam suku dan ragam budaya, sebagian besar merupakan keturunan suku Melayu Rokan dan Mandailing. Selain itu terdapat pula suku Minang Kabau, Jawa, Sunda dan masih terdapat adanya masyarakat terasing yaitu : Suku Bonai dan Suku Sakai, dua suku pertama dan suku terakhir merupakan suku asli Rokan Hulu.
Masyarakat Rokan Hulu masih sangat kuat memegang teguh budaya dan tradisi kesehariannya. Hukum dan Adat masih berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat, terlihat dengan upacara Perkawinan, Penyambutan Tamu Negeri dan acara budaya lainnya.
Diantara masyarakat Rokanhulu masyarakat Ujungbatu dan Pagarantapah adalah sebagian besar masayarakat yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kabupaten. Kecamatan Ujungbatu dan Kecamatan Pagarantapah adalah dua kecamatan yang terletak di kabupaten Rokanhulu yang saling berdampingan. Kota Ujungbatu memiliki letak yang sangat strategis dimana berada pada jalan lintas Sumatera yang menghubungkan Kota Medan dan Kota Pekanbaru. Secara Administratif Kota Ujungbatu berada dalam wilayah Kecamatan Ujungbatu yang merupakan wilayah pemekaran dari kecamatan Tandun dalam kabupaten Rokan Hulu. Wilayah Kota Ujungbatu berbatasaan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pagaran Tapah Darussalam
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rokan IV Koto
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Rambah Samo
Dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tandun.
            Sedangkan Kecamatan Pagarantapah berada dalam wilayah kecamatan Pagarantapah yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan SAI
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Intan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ngaso
Dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kunto Darussalam.
Ujungbatu terdiri atas lima daerah yaitu, tiga desa dan 2 kelurahan masing-masing desa pematang tebih, desa sukadamai, desa ujungbatu timur, kelurahan ngaso dan kelurahan ujungbatu. Sedangkan Pagarantapah terdiri dari 5 desa rimbo makmur, rimbo jaya, sangkir indah, kembang damai, pagarantapah.
2.6.3    Bahasa Rokanhulu
            Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Rokanhulu adalah Bahasa Rokanhulu, karena masyarakat Rokanhulu berasal dari berbagai suku dan dikelilingi oleh 3 sungai yaitu, Sungai Rokan Kiri, Sungai Rokan Kanan, Sungai Sosah, maka bahasa yang digunakanpun beragam, hampir setiap kecamatan memiliki bahasa yang khas dan unik.
Dalam penulisan ini penulis mengambil contoh bahasa Ujungbatu dan Pagarantapah karena selain letak kedua kecamatan yang berdekatan, dua daerah ini adalah daerah perwakilan bahasa Rohul yang paling dominan serta memiliki sejarah yang kemudian pada akhirnya membentuk wilayah yang lain. Bahasa melayu Ujungbatu digunakan sebagai alat komunikasi antar masyarakat begitu juga bahasa Pagarantapah. baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Ini dapat diketahui dari acara-acara resmi, penggunaan BMU dan BMP masih digunakan oleh masyarakat Rohul. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, dapat dijumpai penggunaan BMU dan BMP oleh masyarakat dalam berkomunikasi.
Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian yaitu hanya didesa Ujungbatu dan desa Pagarantapah, mengingat desa pematangtebih adalah tempat penulis dibesarkan, bergaul, berinteraksi dengan masyarakat dan orangtua penulis sendiri adalah masyarakat asli desa pematangtebih tersebut. dan desa Pagarantapah adalah desa yang terdekat dengan desa penulis sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan informasi tentang bahasa didesa tersebut. Dan banyak penduduk atau masyarakat Pagarantapah yang beraktifitas atau berkegiatan di Ujungbatu, hal ini memudahkan akses penulis untuk memperoleh informasi tentang bahasa Pagarantapah.




 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN


3.1       Metode Penelitian     

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Meleong (2005:4) metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif lebih mementingkan penjelasan mengenai hubungan antara data yang diteliti, sedangkan sasaran dalam penelitian kualitatif adalah prinsip-prinsip atau pola-pola yang secara umum dan mendasar, berlaku dan mencolok berdasarkan atas gejala-gejala yang dikaji. perbedaan, bentuk yang berbeda itu dianggap unsur bahasa dua Kecamatan di Kabupaten Rokanhulu. Unsur dapat merupakan unsur setempat, dapat pula merupakan unsur pengaruh atau pinjaman dari bahasa lain.

3.1.1    Sumber Data

Penentuan sumber data dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas data yang diharapkan sesuai dengan tujuan penelitian, sumber data adalah informan. Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi data dialek bahasa yang diteliti. Informan penelitian dialektologi dipilih dengan menggunakan kriteria tertentu. Dalam memilih informan, peneliti dapat menggunakan kriteria yang dikemukan oleh Nothofer (1991:5) dan Fernandez (1992:2).
Dalam penelitian dialek geografi, informan penelitian dipilih dengan kriteria:
(1)   berjenis kelamin laki-laki atau perempuan,
(2)   berusia  + 30 s.d. +  60 tahun;
(3)   lahir dan besar di desa setempat;
(4)   dapat berbahasa Ujungbatu dan Pagarantapah;
(5)   dapat berbahasa Indonesia; dan
(6)   sehat rohani dan jasmani dalam arti alat bicaranya sempurna;
Kriteria tersebut terutama digunakan dalam penelitian dialek geografis. Setiap titik pengamatan dipilih dua informan, satu informan utama dan satu orang informan pendamping.
Dalam penelitian dialek geografis, kriteria tersebut belum menjangkau variabel geografis penelitian ini. Karena itu, informan dalam penelitian dialek geografis dipilih berdasarkan kriteria yang berkaitan dengan variabel (pegawai dan non pegawai), variabel tingkat pendidikan (tinggi dan rendah), variabel usia (tua dan muda), dan sebagainya. Kriteria variabel pegawai adalah pegawai negeri atau pegawai swasta di suatu instansi atau perusahaan, sedangkan variabel nonpegawai adalah pedagang, buruh, petani, dan pengusaha kecil. Kriteria pendidikan tinggi adalah serendah-rendahnya SMA, sedangkan pendidikan rendah adalah setinggi-tingginya sekolah dasar (SD). Kriteria ini dapat berubah sesuai dengan kondisi pendidikan penduduk pada masing-masing titik pengamatan. Adapun variabel usia tua 50 s.d. 60 tahun dan usia muda 30 s.d. 49 tahun. Dalam penelitian dialek, hendaknya tidak memilih informan yang berusia di bawah tiga puluh tahun karena pada usia ini diasumsikan seseorang belum mengalami kestabilan dalam emosi maupun dalam pemakaian bahasanya. Mereka cenderung masih senang mengikuti mode atau mudah terpengaruh oleh perubahan situasi dan kondisi, baik dalam pola pikir maupun dalam pemakaian bahasa.
Dalam penelitian ini berdasarkan variabel jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan usia penutur dialek dipilih sembilan informan utama dan 18 informan pendamping pada setiap titik pengamatan. Dalam pelaksanaanya di lapangan, kriteria yang telah di tetapkan tersebut dimungkinkan tidak dapat diterapkan secara keseluruhan, karena kondisi masing-masing titik pengamatan berbeda, seperti tingkat pendidikannya, usianya, pekerjaannya, dan sebagiannya. Oleh karena itu, penelitian perlu menentukan informan yang mendekati kriteria yang ideal.

3.1.2    Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua desa pada dua Kecamatan, yang terdapat di Kabupaten Rokanhulu yaitu kecamatan Ujungbatu dan Kecamatan Pagarantapah, dengan populasi penelitian semua penutur bahasa Kabupaten Rokanhulu Riau. Adapun sampel penelitian adalah penutur bahasa Rokanhulu yang berada pada beberapa titik pengamatan yang terdiri atas dua desa dari kecamatan Ujungbatu dan Pagarantapah di Kabupaten Rokanhulu, yaitu sebagai berikut :
1.      Desa Ujungbatu, Kecamatan Ujungbatu, Kabupaten Rokanhulu;
2.      Desa Pagarantapah, Kecamatan Pagarantapah, Kabupaten Rokanhulu
Pemilihan kedua desa dari beberapa desa yang ada di tiap Kecamatan tersebut, dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: (1) desa asli atau lebih tua (bukan desa hasil pemekaran), (2)saling berdekatan wilayah dengan asumsi desa yang berada pada wilayah perbatasan akan terjadi kontak bahasa, (3) banyak penduduk asli yang tidak merantau pada setiap daerah tersebut, (4) berdekatan dengan pusat industri, (5) daerah pengamatan merupakan pusat Kecamatan, (6) daerah pengamatan merupakan daerah pemekaran, (7) daerah pengamatan merupakan daerah terisolir, (8) daerah pengamatan berbatas dengan Kota Kampar.
Pemilihan Kabupaten Rokanhulu dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa alasan: (1) merupakan daerah asal dari peneliti, (2) merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan dengan Kampar (3) Kabupaten Rokanhulu merupakan wilayah yang memiliki banyak variasi bahasa (4) berdasarkan sumber lisan, Rokanhulu ini memiliki dialek khusus yaitu dialek Rohul (5) dekat dengan pusat Ibukota Rokanhulu.

3.2       Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak dan metode cakap (wawancara), yaitu percakapan antara peneliti dengan informan yang dialeknya diteliti yang disertai dengan aneka tekniknya.
Metode simak adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Metode simak digunakan untuk menyimak pemakaian bahasa oleh informan. Dalam hal ini, peneliti ikut berpartisipasi dalam pembicaraan sambil menyimak berian dari informan dan sekaligus merekam dan mencatat hal-hal yang dipandang penting guna melengkapi data. Rekaman dan catatan itu saling  melengkapi dalam rangka mengontrol data. Selain itu, digunakan juga metode cakap semuka (lihat Sudaryanto, 1993:7). Peneliti wawancara langsung dengan informan disertai perekaman dan pencatatan (teknik catat dan rekam) hal-hal yang penting dalam data.
Metode cakap adalah cara yang ditempuh dalam pengumpulan data berupa percakapan antara peneliti dengan informan. Metode cakap ini memiliki teknik dasar berupa teknik pancing. Pancingan atau stimulasi itu biasanya berupa makna-makna yang tersusun dalam daftar pertanyaan. Teknik dasar tersebut dijabarkan ke dalam empat teknik lanjutan, sebagai berikut:
(1)   Teknik cakap semuka, yakni peneliti langsung mendatangi setiap daerah pengamatan dan melakukan percakapan (bersumber pada pancingan yang berupa daftar pertanyaan) dengan para informan.
(2)   Teknik catat, yakni data yang diperoleh langsung dari lapangan dan itu dilakukan peneliti atau pembantu peneliti.
(3)   Teknik rekam, yakni data yang diperoleh langsung dari informan dan teknik ini dapat digunakan pada saat penerapan teknik cakap semuka. Status teknik ini bersifat melengkapi teknik mencatat. Maksudnya, apa yang dicatat itu dapat dicek kembali dengan rekaman yang dihasilkan.

3.3       Metode dan Teknik Analisis Data

Dalam analisis data digunakan metode padan dengan teknik hubung banding menyamakan (Mahsun, 2005:113). Penerapannya dilakukan sebagai berikut. Untuk menentukan inovasi internal bahasa Rokanhulu di lapangan, dua varian, baik bentuk maupun makna, dibandingkan dengan varian lainnya, baik pada titik pengamatan yang sama maupun titik pengamatan yang berbeda dalam satu wilayah isolek. Kemudian entitas varian hasil pembandingan tersebut diidentifikasi struktur internalnya setelah dibandingkan dengan varian lain yang diidentifikasi sebagai bentuk asal.
Data yang diperoleh di lapangan dibandingkan dengan bahasa Rokanhulu Riau lain dengan dasar tata bahasa dan rujukan lainnya. Jika dari hasil pembandingan itu ditemukan Kabupaten Rokanhulu tidak terlalu sulit, karena secara geografis berada pada lintas jalan Nasional Rokanhulu-Kampar, Rokanhulu-Pekanbaru.

3.4       Daftar Tanya (Instrumen Penelitian)

Untuk mengungkapkan sistem lingual secara lengkap diperlukan instrumen penelitian yang dapat menjaring data sebanyak-banyaknya. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, instrumen yang digunakan terutama untuk menjaring data yang berupa kosakata (leksikon). Daftar tanya yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan yang diajukan kepada informan itu didasarkan pada daftar 200 kosa kata dasar Swadesh. Daftar pertanyaan itu dapat dikembangkan menjadi 370 butir pertanyaan leksikon dasar dan leksikon budaya. Kedua jenis leksikon ini digabungkan dan dipilah menurut medan makna.
Berdasarkan kesamaan komponen maknanya, leksikon pada daftar tanya ini diklasifikasikan atas delapan belas medan makna tersebut adalah: (1) kekerabatan (20), (2) kehidupan masyarakat desa (18), (3) rumah dan sekitarnya (22), (4) peralatan rumah tangga dan perlengkapan tidur (20), (5) tanaman dan buah-buahan (14), (6) binatang (23), (7) perkakas dan alat pancing (15), (8) makanan dan minuman (24), (9) penyakit (18), (10) sifat dan rasa (19), (11) keadaan dan warna (18), (12) alam sekitar (26), (13) bagian tubuh (28), (14) aktivitas (50), (15) alat musik (6), (16) pakaian dan perhiasan (13), (17) bilangan (20), (18) kata tunjuk dan kata ganti (20). Medan makna yang dialeknya diteliti adalah medan makna budaya yang cenderung mangalami inovasi atau pembaharuan dalam kurun waktu yang relatif lama. Tujuan digunakannya daftar pertanyaan itu adalah untuk mendapatkan data konkrit yang lengkap dengan pencatatan dan perekaman.



BAB IV
PENUTUP

4.1       Kesimpulan
Variasi atau ragam bahasa itu terjadi akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.Semua dialek memiliki perbedaan dari satu dialek ke dialek yang lain karena masing-masing memiliki kekhasan yang bersifat lingual. Kekhasan inilah yang menjadi pembeda bagi dialek-dialek tersebut.
Bahasa melayu Ujungbatu dan Pagaratantapah adalah sebagian kecil contoh dari variasi bahasa dari segi perbedaan leksikal yang ada di wilayah Rokanhulu. Perubahan leksikal yang jelas terlihat dari 370 pertanyaan yang penulis teliti hampir 60% nya adalah perbedaan leksikal kemudian selebihnya perbedaan fonetis, semantis, onomasiologis dan perbedaan semasiologis. Variasi itu muncul karena kebutuhan penutur akan adanya alat komunikasi dan kondisi sosial, serta faktor-faktor tertentu yang mempengaruhinya, seperti letak geografis, kelompok sosial, situasi berbahasa atau tingkat formalitas, dan karena perubahan waktu.
4.2       Saran
Perbedaan dalam variasi bahasa Ujungbatu dan Pagarantapah bisa menjadi pemersatu dan mengikat tali persaudaraan antar kedua daerah karena berasal dari satu kabupaten yang sama yaitu Rokanhulu, kedua daerah seharusnya sangat bangga dengan kekayaan bahasa atau dialek yang dimiliki karena sudah banyaknya anak-anak muda sekarang yang kami temui tidak tahu mengenai bahasa daerahnya sendiri.
Bagi mahasiswa khususnya mahasiswa sastra melayu yang berasal dari Rokanhulu agar ikut berpartisipasi mengembangkan dan melestarikan bahasa daerahnyadisamping mempelajari bahasa indonesia yang benar mahasiswa diharapkan mampu menghidupkan kembali kata-kata lama yang sudah jarang dipakai kedalam bahasa sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA
___________09-Oktober-2016. Data statistik desa Ujungbatu. Kantor desa Ujungbatu. Ujungbatu
Arifin, Zainal, E. 1985. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
            Jakarta : Antar Kota.
Chaer Abdul dan Agustina Leonie. 2004. Sosio Linguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1989. Ragam Bahasa Indonesia Yang Baku. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Guntur, Hendry. 2009. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa Bandung.
http://myth90.blogspot.com/2016/10/05-variasi-dan-ragam-bahasa-indonesia.html
http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494/htt, diakses pada 04 Oktober 2016.
Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kapita Selekta Sosiolinguistik. Surabaya : Usaha Nasional.
Maralis. 2013. Bahan Penunjang Sosiolinguistik. Pekanbaru.__________
Nandra dan Reniwati. 2009. Dialektologi Teori dan Metode. Yogyakarta: Elmatera Publishing.
Suhardi.  2013. Pengantar Linguistik Umum. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Wawancara. 05 September 2016, 17.00 Wib. Rusli dan Ardianis. Kosa Kata Bahasa Ujungbatu.Ujungbatu.
Wawancara. 30 September 2016, 08.00 Wib. Elna Malina. Bahasa Pagarantapah.Pagarantapah.
Lampiran 1
Daftar pertanyaan dan jawaban
No
Glos
Ujungbatu
Pagarantapah
1
Adik
Adiek
Adik
2
Ayah
Ayah
Abah
3
Besan
Besan
Moyan
4
Ibu
Ibu
Omak
5
Cucu
Cucu
Cucu
6
Isteri
Bini
Bini
7
kakak perempuan
Akak
uni akak
8
kakak laki- laki
Abang
uda, ongah
9
Kakek
Atuok
Atuk
10
Menantu
monantu
Nantu
11
Mertua
mintuwo
Ntuo
12
Nenek
Enek
Uwak
13
kakak ibu paling tua
mak tuo
mak tuo
14
kakak ibu paling tengah
mak ongah
mak tongah
15
adek ibu paling kecil
mak ociek
ocik bonsu
16
panggilan anak laki- laki
buyuong
buyuong
17
panggilan anak perempuan
Upiek
gadih
18
paman paling tua
pak tuo
mamak
19
paman paling muda
pak ociek
mamak
20
Suami
Laki
laki
21
Hamil
boboban
nganduong
22
Khitanan
Sunat
sunat
23
Berkebun
bokobun
bokobun
24
dukun khitanan
tukang sunat
tukang sunat
25
Hajatan
Boniek
sorokah
26
kerja bakti
gotong royong
gotong royong
27
tukang penggali kuburan
tukang gali kuburan
tukang gali kubu
28
tukang memandikan mayat
tukang memandikan mayat
tukang mandi ughang mati
29
tukang pantun
tukang pantun
tukang pantun
30
para undangan
para undangan
para undangan
31
Tunangan
tunangan
tunangan
32
penghulu
pak wali
kua, tuan kodi
33
Tahlilan
bosisilah
yasinan
34
tetangga
sebolah umah
sebolah umah
35
menuju hari
manujuo ai
nujuh ai
36
menuju bulan
manujuo bulan
nujuh bulan
37
ternak kerbau
tonak kobau
tonak kobau
38
guru
Guru
guru
39
dapur
dapuo
dapu
40
halaman rumah
Laman
laman umah
41
jendela
jendela
jendela
42
kamar
Biliek
kamar
43
kunci
Kunci
kunci
44
langit- langit rumah
loteng
kasau
45
lantai yang terbuat dari semen
Lantai
lantai simin
46
lantai yang terbuat dari keramik
lantai keramik
lantai ubin
47
tempat memasak
kompor
tungku
48
tangga
jonjang
jonjang
49
tempat beras
kuntuong
tompek boeh
50
termpat membersihkan beras
tompi
ponompi
51
genterng
atok genteng
atok genteng
52
kandang ayam
toatak
kandang ayam
53
kandang kambing
toatak kambiang
kandang kambiang
54
kandang kerbau
toatak kobau
kandang kobau
55
tempat tidur
Lipan
kero
56
ruang keluarga
ruang tongah
ruang keluarga
57
toilet
Wese
kakus
58
penahan rumah/ pengokoh rumah
sondi umah
ponahan umah
59
mesjid kecil
musolla
mushala, surau
60
selokan
bonda
bonda, paik
61
keranjang belanja
kujuik belanjo
keranjang belanjo
62
sendok nasi
sendok nasi
sudunasi
63
cobek
Lagan
tungkahan, singkalan
64
gayung
gayuong
timbo
65
handuk
anduok
anduk
66
kasur
Kasuo
kasu
67
lampu minyak
semprong
minyak pasang
68
tempat menanak nasi
piwuok
piyuk
69
piring
pinggan
pinggan, piyiang
70
gelas
Goleh
goleh
71
tempat nasi
tompek nasi
potambuhan
72
baskom
Capah
capah
73
tikar
Lapiak
tika
74
lemari
lemari
bopet
75
teko air
Teko
teko
76
penutup lauk pauk
sungkuik
sangai
77
penyaring santan
tapi santan
tapisan
78
karung
Goni
goni
79
beras
Boreh
boeh
80
jambu biji
parawe
jambu paraweh
81
belimbing kecil
asam imbang
asam bolimbiang
82
jamur
tendawan
tenawan
83
rumput
umpuik
umpuik
84
jeruk kecil
asam limau
asam limau
85
labu
Labu
labu cino, labu ayi
86
biji
Bijo
biyek
87
genjer
genjer
genjer
88
bunga sanggul
Asoka
bungo sanggu
89
sirsak
duyan blando
duyan bolando
90
kelapa
kembie
kolambi
91
buah kalimunting
keduduok
keduduk
92
bunga kertas
bungo koteh
bungo koroteh
93
anak ikan
anak ikan
anak ikan, paitan
94
ikan
Ikan
ikan
95
anjing
anjieng
anjiang
96
ayam jantan
apak ayam
apak ayam
97
ikan gabus
ikan gabuih
ikan tanah
98
ikan sepat
ikan sopek
ikan sopek
99
ekor
Ikuo
iku
100
beruang
beuang
beruang
101
harimau
dubalang alam
imau
102
kelelawar
kelelawar
kelelawa
103
kerbau
kobau
kobau
104
sapi
Sapi
sapi
105
kunang- kunang
unang- unang
kolok- kolok
106
kutu busuk
Cinok
kepindiang
107
lintah
Lintah
lintah
108
ular
Ulek
ulek
109
tikus
moncik
moncik
110
siput
Cipuik
lingkitang
111
burung jalak
burung jalak
unggeh jalak
112
burung pipit
burung pipit
unggeh pipik
113
burung bangau
burung bangau
unggeh bangau
114
burung uwak- uwak
burung uwak- uwak
uwak- uwak
115
bajak
Bajak
bajak
116
cangkul
cangkuo
cangku
117
gergaji
gergaji
gergaji
118
mesin padi
dialer padi
eler
119
golok
ladieng
pisau
120
jaring kecil untuk menangkap ikan
Jalo
jalo
121
keramba ikan
kutuong ikan
keramba
122
kapak
Kapak
kapak
123
pancing
jangan kanyie
kanyi
124
sabit
Sabik
sabik
125
palu
penokok
tokok paku
126
tali pancing
Tansi
tali kanyi, tali tansi
127
tempat ikan
kuntuong
tompek ikan
128
tangga
tang
tang
129
obeng
obeng
obeng
130
bubur kacang hijau
kolak kacang hijau
bubu kacang ijau
131
dendeng
dendeng
dendeng
132
gulai asam pedas
sempode
gulai asam podeh
133
getuk
copuo ubi
tumbuk ubi
134
pongek daging
kole dagieng
koleh dagiang
135
kue kukus
apam bagi
kue kukuih
136
kerak nasi
Koak
koak nasi
137
kerupuk kulit
kupuk jangek
kerupuk jangek
138
kerupuk
kupuok
kerupuk 
139
lalapan
Ulam
ulam
140
rempeyek
peyek
peyek
141
kue sepit
kue sopik
kue sopik
142
kue bakar
kue panggang
kue baka
143
sari kaya
sarikaya
sari kayo
144
lemang
lomang
lomang
145
lumpia
lumpia
lumpia
146
bubur hitam
bubu itam
bubu itam
147
air teh
ai teh
ayi teh
148
air hijau (aka)
ai aka
ayi aka
149
pudding
agar- agar
gagar
150
kue tar
kue beking
kue beking
151
pecal
Pical
pical
152
lontong kuah
lontong kuah
lontong kuah
153
lotek
Lotek
lotek
154
batuk
batuok
batuk
155
bersin
Bosin
bosin
156
bengek (asma)
Sosak
sosak susu, sak susu
157
bisul
Bisuo
bisu
158
kudis
Kudi
kudi
159
kurap
Kuok
kuok
160
kutu air
kutu ai
kutu ayi
161
telinga bernanah
tuyiek
turik
162
pusing
ponieng
poniang
163
kesemutan
kepocong
cokouik
164
sakit perut
sakik pouik
sakik pouik
165
encok
Tekilie
tokili
166
katarak
Abun
kotaghak
167
tbc
sakik togak
sakik tebese
168
kaki gajah
untuik
antak untuik
169
anemia
penyakik kuniang
kuang daghah
170
muntaber
tesapo
muntah cighik
171
cacar
ketapok
tapok
172
step
sawan
sawan
173
pemarah
pembongi
pombeang
174
cerewet
petuyak, inyie- nyie
biso
175
pemalas
menyogan
ponyogan
176
asam
Asam
masam
177
asin
Asin
masin
178
manis
Mani
manih
179
bodoh
bongak
bongak
180
jahil
nginca uwang
tongka
181
jelek
buwuok
buruk
182
cantik
Ancak
ancak
183
ramah
ramah
amah/ ponyapo
184
takut
takuik
takuik
185
suka memberi
poagie
pocuah
186
tamak
Lobo
lobo tomao
187
nakal
Jaek
jahat
188
miskin
bangsat
bangsat
189
amis
Anyie
anyi
190
pelit
Kikik
dogi
191
bagus
Elok
elok
192
basah
Biak
biak
193
bolong
posuok
bolubang
194
biru
Hijau
biyu
195
merah
Sigha
merah
196
kuning
kunieng
kuniang
197
hijau
Ijau
ijau
198
merah jambu
merah jambu
merah jambu
199
dingin
sojuok
sojuk
200
hangat
angek ngilu
angek
201
hitam
Itam

202
panas
angek ngelogak
hangek
203
rimbun
imbun
imbun
204
teduh
toduoh
toduh
205
sunyi
longang
longang
206
gelap
Kolam
golap, kolam
207
ramai
Rami
ramai
208
capek
ponek
lotih
209
air
Ayie
ayi
210
api
Api
api
211
arang
aghang
aghang
212
asap
asok
asok
213
awan
awan
awan
214
batu
batu
batu
215
bintang
bintang
bintang
216
bulan
Bulan
bulan
217
bulan purnama
bulan 14
bulan 14
218
bulan sabit
bulan sabik
bulan sabik
219
gerhana bulan
gano bulan
gano bulan
220
gerhana matahari
gano matahari
gano matahari
221
gunung
gunuong
gunuong
222
sungai
sungai
sungai
223
laut
Lawuk
 Lawik
224
halilintar/ petir
Potui
 Potui
225
hujan
Ujan
Ujan
226
gerimis
Inyai
 Ronyai
227
angin
Angin
Angin
228
pelangi
mangun
Mangun
229
pantai
pantai
Pantai
230
tanah
Tanah
Tanah
231
hutan
Rimbo
Rimbo
232
kabut
kabuik
Kabuik
233
musim hujan
panono
musim ujan
234
arus deras
Dore
Doeh
235
alis
Alis
Alis
236
bahu
Bau
Bahu
237
betis
Boti
Botih
238
bibir
Bibie
Bibi
239
dagu
Dagu
Dagu
240
jidat
konieng
Koniang
241
hidung
iduong
Iduong
242
telinga
telingo
Telingo
243
ibu jari
ampu  tangan
ampu  tangan
244
jari tengah
jaghi malang
jaghi malang
245
jari manis
jaghi mani
jaghi mani
246
telunjuk
tunjuok
Tunjuk
247
kelingking
kelingkieng
kolingkiang
248
paha
Pawo
Paho
249
rambut
obuok
Ambuik
250
tumit
Tumik
Tumik
251
telapak kaki
tapak kaki
tapak kaki
252
leher
Lie
Lihi
253
kumis
sunguik
Kumis
254
jenggot
jangguik
Jangguik
255
pantat
Ikuo
Citan
256
perut
powik
Pouik
257
pesek
pesek
Pesek
258
mancung
mancuong
Mancuong
259
pinggang
pinggang
Pinggang
260
tenggorokan
ngkungan
Ngkungan
261
lutut
Lutuik
Lutuik
262
punggung
pungguong
pungguong
263
bangun
Jago
Jago
264
bekerja
bokojo
Bokojo
265
menanam
menanam
Nanam
266
menjaga ternak
menjaga ternak
menjago tonak
267
memupuk
memupuk
Mupuk
268
bertepuk tangan
botopuok tangan
topuk tangan
269
cerita
Cito
Cito
270
berpantun
bopantun
Mounju
271
duduk selonjor
meunjuo
Gauik
272
garuk
Gawik
Gawik
273
gigit
Gigik
Gigik
274
hidup
Iduik
Iduik
275
berjalan
bojajang
Bojojang
276
hitung
ituong
Ituong
277
injak
Pijak
Pijak
278
jatuh
Jatuo
Jatuh
279
jilat
Jilek
Jilek
280
jongkok
cangkuong
Cangkuong
281
makan
makan
Makan
282
kunyah
kunyah
Kunyah
283
makan bersama
makan rami
makan samo
284
mencangkul
mencangkuo
moncangku
285
mendengkur
begowuo
Bokouh
286
melahirkan
boanak kociek
molahirkan
287
meludah
buang aye lighu
buang ayi liu
288
ludah (air ludah)
Ludah
ayi liyu
289
mengangkat
meangkek
Moangkek
290
menggaruk
menggawik
menggawik
291
menggenggam
menggonggam
monggonggam
292
pelan- pelan
lambek
lambek- lambek
293
menyuci
menyosa
Monyosah
294
menggosok
menggosok
monggosok
295
berbicara/ ngobrol
mengecek
Boleseng
296
pikul
Pikuo
Piku
297
pulang
pulang
Balik
298
selesai
Sudah
Solosai
299
telungkup
menangkuik
Nangkuik
300
tidur
Tiduo
Tidu
301
menulis
menuli
Nulih
302
merantau
moantau
Moantau
303
memasak air
joghang ayie
masak ayi
304
mengompol
tekonciang lapiek
Tokonciang
305
melihat
mencolo
Moncolo
306
lihat
Colo
Colo
307
meloncat
mambu
Moluncek
308
menyisir
menyikek
Nyikek
309
menjalin rambut
melopie obuok
molopih ambuik
310
menjahit
menjaik
Monjaik
311
berbelanja
poi lanjo
poi bolanjo
312
mencium
moidu
Moidu
313
gong
oguong
Oguong
314
kecapi
kecapi
Kecapi
315
gendang
gondang
Gondang
316
terompet bambu
pupuik
terompet bambu
317
beduk
Tabuo
Tabuh
318
seruling
sulieng
Suling
319
baju
Baju
Baju
320
celana
Sewa
Selewa
321
cincin
Cincin
Cincin
322
gelang
golang
Golang
323
kebaya
kebaya
Kebaya
324
kopiah
kopiah
Kopiah
325
selendang
selendang
Selendang
326
songket
sungkit
Songket
327
sarung untuk laki- laki
sawuong
kain sauong
328
baju muslim
baju kuwuong
baju kughong
329
sarung untuk perempuan
kain pinggang
kain sauong
330
baju koko
baju koko
baju toluk bolango
331
satu
ciek
Satu
332
dua
duo
Dua
333
tiga
tigo
Tigo
334
empat
ompek
Ompek
335
lima
limo
Limo
336
enam
onam
Onam
337
tujuh
tujuo
Tujuh
338
delapan
lapan
Lapan
339
sembilan
sembilan
Sombilan
340
sepuluh
sepuluo
Sopuluh
341
sebelas
sebole
Soboleh
342
dua belas
duo bole
duo boleh
343
tujuh belas
tujuo bole
tujuh boleh
344
enam belas
onam bole
onam boleh
345
dua puluh
duo puluo
duo puluh
346
dua puluh satu
duo puluo satu
duo puluh satu
347
seratus
satui
Satuih
348
seribu
sibu
Sibu
349
sepuluh ribu
sepuluo ibu
sopuluh ibu
350
tiga puluh
tigo puluo
tigo puluh
351
besok
bisuok
Buisuk
352
besok lusa
aghi ciek lai
bisuk lusa
353
saya
aku
Aku
354
kami
kami
Kami
355
mereka
ughang
Ughang
356
di sana
siten
Siten
357
di sini
siko
Siko
358
ke sana
kiyen
keen
359
ke sini
komai
komai
360
di atas
di ate
di ateh
361
di bawah
di bawah
di bawah
362
hari ini
ai ko
ai ko
363
ini
iko
iko
364
kiri
kida
kida
365
timur
timur
timur
366
barat
barat
barat
367
selatan
selatan
selatan
368
utara
utara
utara
369
kanan
kanan
kanan
370
itu
itu
itu


Lampiran 2
Data Informan
Nama
: Rusli
Jenis kelamin
: laki-laki
Umur
: 58 Tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Ujungbatu
Bahasa yang dikuasi selain bahasa daerah Ujungbatu
: Minang, Melayu   Malaysia, Jawa
Asal orang tua
: Ujungbatu
Asal istri
: Kampar
Nama
: Ardianis
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 50 Tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Ujungbatu
Bahasa yang dikuasi selain bahasa daerah Pagarantapah
: -
Asal orang tua
: Kampar
Asal suami
: Ujungbatu

Nama
: Elna Malina, Spd
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 36 Tahun
Pendidikan
: S1 PGSD
Pekerjaan
: Guru
Alamat
: Pagarantapah
Bahasa yang dikuasi selain bahasa daerah Pagarantapah
: -
Asal orang tua
: Pagarantapah
Asal suami
: Pagarantapah



Data Penulis
Nama                           :    NUR ATIKA
Tempat/ tanggal lahir  :    Sibiruang 13 Koto Kampar , 02 Desember 1988
Umur                           :    28 Tahun
Alamat                        :  RK. Harapan, Komplek Syuhada No. 3 Ujungbatu, Kelurahan  Ujungbatu,   Kec. Ujungbatu, Kab. Rokan Hulu, Pasirpengarayan
Agama                         :    Islam
Jenis kelamin               :    Perempuan
Pekerjaan                     :    Guru
Nomor hp.                   :    0823-8885-9812


Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...