Perubahan
Leksikal Dalam Bahasa Melayu Riau
Dua Desa Di Dua
Kecamatan
Kabupaten
Rokanhulu
DISUSUN OLEH :
NUR ATIKA
SEMESTER
V KELAS B
JURUSAN
SASTRA MELAYU
FAKULTAS IMU BUDAYA
UNIVERSITAS
LANCANG KUNING
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan, karunia, rahmat,
dan hidayah-Nya kepada kita semua, Hanya kepada-Nya kembali segala sanjungan,
kepada-Nya kami memohon pertolongan dan ampunan, dan atas ridhonya , terutama
kepada penulis yang selalu diberikan kesehatan untuk menulis serta
menyelesaikan penelitian ini. Yang merupakan hasil penelitian kami selama satu
bulan ini dengan judul “Perubahan Leksikal Dalam Bahasa Melayu Riau Dua Desa Di
Dua Kecamatan Kabupaten Rokanhulu”
Dalam
Penyusunan laporan ini banyak hikmah yang penulis peroleh dan pengalaman-pengalaman
berharga tentunya, penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat bekerja seorang
diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama kedua orangtua yang selalu
memberikan dukungan moril terhadap penulis atas terselesaikannya tugas ini.
Oleh karna itu juga kami mengucapkan ribuan terimakasih yang tak terhingga
kepada dosen pembimbing Dr. Evizaariza,Mhum. dan teman-teman seperjuangan kelas
V.B beserta seluruh pihak yang tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu.
Pekanbaru , November 2016
Penulis
Nur atika
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
|
i
|
DAFTAR ISI
|
ii
|
BAB I PENDAHULUAN
|
1
|
1.1 Latar Belakang
|
1
|
1.2 Rumusan Masalah
|
2
|
1.3 Tujuan
|
2
|
1.4 Manfaat
|
2
|
BAB II KAJIAN TEORI
|
3
|
BAB III METODE PENELITIAN
|
11
|
3.1 Metode Penelitian
|
12
|
3.1.1 Sumber Data
|
12
|
3.1.2 Lokasi Penelitian
|
12
|
3.2 Metode Dan Teknik Pengumpulan
Data
|
13
|
3.3 Metode Dan Teknik Analisis
Data
|
14
|
3.4 Daftar Tanya (Instrumen
Penelitian)
|
15
|
BAB IV PENUTUP
|
16
|
4.1 Kesimpulan
|
16
|
4.2 Saran
|
16
|
DAFTAR PUSTAKA
|
17
|
Lampiran 1
|
18
|
Lampiran 2
|
28
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena dengan bahasa
seseorang dapat menyampaikan maksud dan keinginan kepada orang lain. Dengan
kata lain, dengan bahasa seseorang dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan
manusia lain, seperti yang dikatakan oleh Kridalaksana (1983:4), bahasa adalah
sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh para kelompok sosial untuk
bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri. Bahasa bersifat
manusiawi, artinya bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki oleh
manusia.
Pada dasarnya bahasa tersebut mempunyai
dua aspek mendasar, yaitu aspek bentuk dan makna. Aspek bentuk berkaitan dengan
bunyi, tulisan maupun struktur bahasa, sedangkan aspek makna berkaitan dengan
leksikal, fungsional maupun gramatikalnya. Apabila kita perhatikan dengan
terperinci dan teliti bahasa itu dalam bentuk dan maknanya menunjukkan
perbedaan antar pengungkapannya, antara penutur yang
satu dengan penutur yang lain. Perbedaan-perbedaan bahasa itu menghasilkan
ragam-ragam bahasa atau variasi bahasa. Variasi itu muncul karena kebutuhan
penutur akan adanya alat komunikasi dan kondisi sosial, serta faktor-faktor
tertentu yang mempengaruhinya, seperti letak geografis, kelompok sosial,
situasi berbahasa atau tingkat formalitas, dan karena perubahan waktu.
Para penutur dalam suatu dialek,
meskipun mempunyai idiolek masing–masing tetapi mereka juga memiliki ciri yang
khas untuk menandai bahwa mereka berada dalam satu dialek, misalnya Bahasa
Melayu Ujungbatu (yang selanjutnya disingkat BMU), dengan Bahasa Melayu Pagaran Tapah
(yang
selanjutnya disingkat BMP),
Alasan
peneliti meneliti perbedaan Leksikal BMU dengan BMP karena dalam bahasa Melayu Rokanhulu
terdapat lebih dari 20 dialek yang berbeda. Hampir setiap desa perkecamatannya
memiliki variasi bahasa. Perbedaan itu dapat dilihat dari segi leksikal, dari
bedanya pilihan kata yang digunakan masing-masing daerah untuk merealisasikan
suatu makna. Selain itu, antar penutur dialek bahasa juga tidak sepenuhnya
saling memperdulikan asal bahasa mereka. Oleh sebab itu untuk melihat lebih
jelas perbedaan bahasa secara leksikal, peneliti merasa perlu meneliti variasi
leksikal BMU dan membandingkannya dengan BMP karena variasi leksikal sangat
terlihat jelas pada setiap daerahnya
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
saja persamaan dan perbedaan leksikal dalam bahasa Melayu Riau di desa Ujungbatu
Kecamatan Ujungbatu dengan desa Pagarantapah Kecamatan Pagarantapah Kabupaten
Rokanhulu
2. Bagaimana
bentuk perwujudan leksikal dalam bahasa Melayu Riau di desa Ujungbatu Kecamatan
Ujungbatu dengan desa Pagarantapah Kecamatan Pagarantapah Kabupaten Rokanhulu
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui persamaan dan perbedaan leksikal dalam bahasa Melayu Riau di desa
Ujungbatu Kecamatan Ujungbatu dengan desa Pagarantapah Kecamatan Pagarantapah Kabupaten
Rokanhulu
2. Untuk
mendeskripsikan bentuk perwujudan leksikal dalam bahasa Melayu Riau di desa
Ujungbatu Kecamatan Ujungbatu dengan desa Pagarantapah Kecamatan Pagarantapah Kabupaten
Rokanhulu
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pengembangan telaah kebahasaan dan juga sebagai
informasi mengenai wujud variasi leksikal bahasa melayu didesa Ujungbatu dan
didesa Pagarantapah. Sementara itu secara praktis penelitian ini juga
diharapkan dapat bermanfaat bagi guru sebagai sumber pengajaran, serta bagi
peneliti yang akan meneliti lebih lanjut mengenai bahasa melayu didesa Ujungbatu.
BAB
II
KAJIAN TEORI
2.1 Dialektologi
Dialektologi
adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi-variasi bahasa dengan
memperlakukannya dengan struktur yang utuh (Kridalaksana, 2001: 42). Cabang
ilmu bahasa yang khusus mempelajari variasi-variasi bahasa dalam semua aspeknya
disebut dialektologi (Keraf, 1984:143). Dialektologi kemudian dibagi
menjadi dua cabang yaitu goegrafi dialek dan sosiolinguistik. Sisiolinguistik
mempelajari variasi bahasa berdasarkan pola-pola kemasyarakatan. Sebaliknya
geografi dialek mempelajari variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam
satu wilayah. Perbedaan ini menyangkut perbedaan leksikal suatu bahasa.
Mahsun
(1995:11) menyatakan, di dasarnya dialektologi merupakan ilmu tentang dialek:
atau cabang dari linguistik yang mengkaji perbedaan-perbedaan isolek dengan
memperlakukan perbedaan tersebut secara utuh. Perbedaan isolek satu dengan
isolek lainnya dianalisis sehingga dapat ditentukan eksistensi sebuah isolek;
sebagai bahasa, sebagai dialek, atau sebagai subdialek. Selain itu, dapat pula
ditentukan hubungan antar dialek/subdialek dengan dialek/subdialek lainnya
dalam suatu bahasa, hubungan antara dialek/subdialek dengan bahasa induk yang
menurunkannya, dan dapat juga ditentukan hubungan antara dialek/subdialek itu
dengan dialek/subdialek dari bahasa lain.
Menurut
Weijnen dkk (dalam Ayatrohaedi, 1983:1) jika disimpulkan adalam sistem
kebahasaan yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakannya dari
masyarakat lain yang bertetangga yang mempergunakan sistem yang berlainan
walaupun erat hubungannya.
Menurut
Meillet (dalam Ayatrohaedi, 1983:2) dialek memiliki dua ciri yaitu: 1) dialek
adalah seperangkat ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri
umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran
lain dari bahasa yang sama, 2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran
dari sebuah bahasa.
Selain
itu, Trudgill (1985 : 17) menyatakan bahwa dialek mengacu pada
perbedaan-perbedaan antara macam-macam bahasa yang berbeda kosa kata, tata
bahasa dan juga pengucapannya.
Guna
mengukur seberapa jauh perbedaan dan persamaan yang terdapat di tempat yang
diteliti melalui pembandingan sejumlah bahan yang dikumpulkan dari
tempat-tempat yang bersangkutan (Mahsun, 1995:118).
Dari
beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dialektologi
merupakan cabang linguistik yang mempelajari tentang dialek, serta
membandingkan bahasa-bahasa yang masih serumpun untuk mencari
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, dalam hal ini perbedaan
leksikalnya.
2.2 Geografi Dialek
Geografi dialek yang dipakai di sini diambil dari
Dubois, et al. yang mengatakan geografi dialek ialah cabang dialektologi yang
mempelajari dialek kewilayahan (Dubois dalam Ayatrohaedi, 1983:23). Sementara
ahli lain mengatakan geografi dialek merupakan kajian mengenai variasi-variasi
bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam suatu wilayah bahasa (Keraf,
1991:143). Kajian ini merupakan cabang dialektologi yang mempelajari hubungan
dan keragaman di antara dialek-dialek kewilayahan tersebut (Sudaryono dkk, 1990:3).
Beda halnya menurut pendapat Lauder dan Lauder (2007: 34) mengatakan geografi
dialek adalah salah satu bidang di dalam dialektologi yang bertugas melakukan
pemetaan bahasa dan melakukan analisis kebahasaan yang dikaitkan dengan
faktor-faktor geografi setempat. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa geografi dialek merupakan kajian linguistik yang berobjekkan
dialek geografis. Geografi dialek sebagai penerapan teori gelombang, teori yang
diusulkan oleh Johan Schmidt pada 1872, muncul lebih awal daripada dialektologi
(Keraf 1991:143). Pada awal perkembangannya, geografi dialek merupakan bagian
dari linguistik historis, yang secara khusus membahas mengenai dialek-dialek
atau perbedaan-perbedaan lokal.
Selanjutnya hubungan dengan linguistik, geografi
dialek memiliki kedudukan yang penting. Dalam penelitian geografi dialek, pada
saat yang sama dapat diperoleh gambaran umum mengenai sejumlah dialek. Gambaran
umum ini akan tampak jelas jika gejala kebahasaan yang ditampilkan dari data yang
terkumpul selama penelitian ditetapkan. Oleh karena itu, data yang diperoleh di
lapangan dapat mencerminkan hasil perubahan yang terjadi.
2.3 Pembeda Dialek
Bahasa memiliki beberapa dialek, dari semua dialek
memiliki perbedaan dari satu dialek ke dialek yang lain karena masing-masing
memiliki kekhasan yang bersifat lingual. Kekhasan inilah yang menjadi pembeda
bagi dialek-dialek tersebut. Menurut Ayatroheadi (1983:3-5) mengacu pada
pandangan Guiraud (1970) dalam Wahya (2005:44), berpendapat bahwa pembeda
dialek pada garis besarnya ada lima macam, yakni sebagai berikut:
1.
perbedaan fonetis. Perbedaan itu berada di bidang fonologi, dan biasanya sipemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan
tidak menyadari adanya perbedaan tersebut, contoh: “dapuo” dapu.
2.
perbedaan semantis, yang mencakup (a) sinonimi, yaitu nama yang berbeda untuk
lambang yang sama pada beberapa tempat yang berbeda, misalnya, lapiek dan tika‟
dalam bahasa Melayu Riau dialek Melayu Rokanhulu kemudian (b) homonimi, yaitu
nama yang sama untuk hal yang berbeda pada beberapa tempat yang berbeda,
misalnya, sungkuik „penutup lauk pauk‟ dan „jemuran ikan‟
3.
perbedaan onomasiologis yang menunjukan nama yang berbeda berdasarkan satu
konsep yang diberikan di beberapa tempat berbeda. Menghadiri kenduri misalnya,
di beberapa daerah bahasa Melayu Riau tertentu biasanya disebut bolek, dan
bagholek, sedangkan di tempat lain disebut nikah kawin;
4.
perbedaan semasiologis yang merupakan kebalikan dari perbedaan onomasiologis
yaitu pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda, misalnya, kuok
„nama daerah‟, nama penyakit kulit‟;
5.
perbedaan morfologis, yaitu perbedaan dalam bentukan kata, seperti, maliyu dan
mÉ™ndÉ™liyu „meludah‟.
Berdasarkan kepentingan penelitian ini hanya fokus
pada perbedaan leksikal.
2.4 Variasi bahasa
Bahasa
memiliki sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu.
Namun, hal itu karena penutur berada dalam masyarakat yang sama, bukan
merupakan kumpulan masyarakat yang heterogen. Menurut Chaer (1995:80), karena
penutur bahasa, meski berada dalam masyarakat tutur, bukan merupakan kumpulan
masyarakat yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret menjadi tidak seragam.
Dengan kata lain, bahasa yang digunakan bervariasi dari berbagai segi, salah
satunya dari segi leksikal.
Terjadinya
keragaman atau variasi bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya
yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka
lakukan sangat beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya
keragaman bahasa. Hal ini dapat terlihat pada keragaman atau variasi bahasa
yang terjadi di Ujungbatu dan Pagarantapah yang disebabkan oleh kegiatan dan
wilayah yang berbeda. mengemukakan bahwa keragaman ini akan semakin bertambah
bila bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam
wilayah yang sangat luas (Chaer, 1995:81).
Menurut
Kawira (1990:3), variasi bahasa berdasarkan pemakaiannya yang disebut ragam
atau register dapat dibedakan menurut bidang (field), cara (mode),
dan gaya (style) penuturnya. Menurut Chaer (1995:82), variasi bahasa
dapat dibedakan berdasarkan penutur dan penggunaannya.
Selanjutnya,
Hotman dan Stork dalam Chaer (1995:82) membedakan variasi berdasarkan kriteria
(a) latar belakang geografi dan sosial penutur; (b) medium yang digunakan; dan
(c) pokok pembicaraan. Preston dan Shiy dalam Chaer (1995:82) membagi variasi
bahasa, khususnya untuk bahasa Inggris Amerika berdasarkan (a) penutur,(b)
interaksi, (c) kode, dan (d) realisasi. Halliday (dalam Pateda, 1987: 53)
membagi variasi bahasa berdasarkan pemakaiannya (ragam) dan variasi berdasarkan
pemakai (dialek).
Chaer
(1995:82), mengemukakan bahwa variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau
fungsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang
menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya
bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya.
Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam
hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang
tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya
menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah
kosakata yang tepat.
Sehubungan
dengan penlitian ini, bahasa yang digunakan bervariasi dari berbagai segi, salah
satunya dari segi leksikal yang selanjutnya akan menjadi objek kajian
penelitian ini.
2.5
Variasi Leksikal
Suatu
perbedaan disebut sebagai perbedaan dalam bidang leksikal, jika leksem-leksem
yang digunakan untuk merealisasikan suatu makna yang sama tidak berasal dari
satu etimon prabahasa. Semua perbedaan bidang leksikal selalu berupa variasi
(Mahsun, 1995:4).
Contoh
dalam bahasa Melayu Rokanhulu terdapat variasi leksikal dalam meralisasikan makna
‘kesemutan’ adalah [kepocong] di BMU, [cokouik] di BMP. Variasi leksikal dalam
merealisasikan makna ‘kikir’ adalah [kikik] di BMU dan [dogi] di BMP.
Dari
contoh di atas terdapat dua kata untuk makna ‘kepocong’ yaitu kepocong dan cokouik. Dua kata tersebut
memiliki variasi dari segi leksikal karena kata kepocong dan cokouik
digunakan dalam kehidupan sehari-hari di dua desa didua Kecamatan Rokanhulu.
Kata ‘kikir’ juga terdapat dua kata yang memiliki variasi leksikal. Kata kikik
dan dogi digunakan untuk menyebutkan sifat seseorang.
Dalam
penelitian bahasa Melayu ini yang diteliti hanya variasi leksikal karena
bahasa Melayu Riau di dua desa dalam Dua Kecamatan Kabupaten Rokanhulu banyak
terdapat persamaan dan perbedaan berdasarkan dialeknya.
2.6 Kabupaten Rokanhulu
2.6.1 Wilayah Rokanhulu
Kabupaten Rokan Hulu, merupakan sebuah
kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kampar, yang berdiri pada tanggal 12
Oktober 1999 berdasarkan kepada UU Nomor 53 tahun 1999 dan UU No 11 tahun 2003
tentang perubahan UU RI No 53 tahun 1999, yang diperkuat dengan Keputusan
Mahkamah Konstitusi No. 010/PUU-1/2004, tanggal 26 Agustus 2004.
Kabupaten yang diberi julukan sebagai
Negeri Seribu Suluk ini mempunyai penduduk sebanyak 515.724 jiwa dengan luas
wilayah 7.449,85 km2, dimana 85% terdiri dari dataran dan 15% rawa-rawa dan
perairan dan
berbatasan langsung dengan:
o
Sebelah
Utara, berbatasan dengan Provinsi Sumatra Utara dan Kabupaten Rokan Hilir
o
Sebelah
Barat, berbatasan dengan Provinsi Sumatra Utara dan Sumatra Barat
o
Sebelah
Timur, berbatasan dengan Kabupaten Kampar, Bengkalis dan Siak
o
Sebelah
Selatan, berbatasan dengan Provinsi Sumatra Barat.
Secara Administrasi terdiri dari 16
Kecamatan :
• Kecamatan
Ujung Batu
• Kecamatan
Rokan IV Koto
• Kecamatan
Rambah
• Kecamatan
Tambusai
• Kecamatan
Kepenuhan
• Kecamatan
Kunto Darussalam
• Kecamatan
Rambah Samo
• Kecamatan
Rambah Hilir
• Kecamatan
Tambusai Utara
• Kecamatan
Bangun Purba
• Kecamatan
Tandun
• Kecamatan
Kabun
• Kecamatan
Pagaran Tapah Darussalam
• Kecamatan
Bonai Darussalam
• Kecamatan
Kepenuhan Hulu
• Kecamatan
Pendalian IV Koto
dan memiliki 8 Kelurahan dan 126
Desa.
2.6.2 Masyarakat Rokanhulu
Dengan
jumlah penduduk 380.000 Jiwa dan luas wilayah 7.449.85 Km2, Kabupaten Rokan
Hulu memiliki berbagai macam suku dan ragam budaya, sebagian besar merupakan
keturunan suku Melayu Rokan dan Mandailing. Selain itu terdapat pula suku
Minang Kabau, Jawa, Sunda dan masih terdapat adanya masyarakat terasing yaitu :
Suku Bonai dan Suku Sakai, dua suku pertama dan suku terakhir merupakan suku
asli Rokan Hulu.
Masyarakat
Rokan Hulu masih sangat kuat memegang teguh budaya dan tradisi kesehariannya.
Hukum dan Adat masih berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat, terlihat dengan
upacara Perkawinan, Penyambutan Tamu Negeri dan acara budaya lainnya.
Diantara
masyarakat Rokanhulu masyarakat Ujungbatu dan Pagarantapah adalah sebagian
besar masayarakat yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kabupaten. Kecamatan
Ujungbatu dan Kecamatan Pagarantapah adalah dua kecamatan yang terletak di
kabupaten Rokanhulu yang saling berdampingan. Kota Ujungbatu memiliki letak yang
sangat strategis dimana berada pada jalan lintas Sumatera yang menghubungkan
Kota Medan dan Kota Pekanbaru. Secara Administratif Kota Ujungbatu berada dalam
wilayah Kecamatan Ujungbatu yang merupakan wilayah pemekaran dari kecamatan
Tandun dalam kabupaten Rokan Hulu. Wilayah Kota Ujungbatu berbatasaan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pagaran Tapah
Darussalam
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rokan IV Koto
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Rambah Samo
Dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tandun.
Sedangkan
Kecamatan Pagarantapah berada dalam wilayah kecamatan Pagarantapah yang
berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan SAI
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei
Intan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ngaso
Dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Kunto Darussalam.
Ujungbatu
terdiri atas
lima daerah yaitu, tiga desa dan 2 kelurahan
masing-masing desa pematang tebih, desa sukadamai, desa ujungbatu timur,
kelurahan ngaso dan kelurahan ujungbatu. Sedangkan Pagarantapah terdiri dari 5
desa rimbo makmur, rimbo jaya, sangkir
indah, kembang damai, pagarantapah.
2.6.3 Bahasa Rokanhulu
Bahasa
yang digunakan oleh
masyarakat Rokanhulu adalah Bahasa Rokanhulu,
karena masyarakat Rokanhulu berasal dari berbagai suku dan dikelilingi oleh 3
sungai yaitu, Sungai Rokan Kiri, Sungai Rokan Kanan, Sungai Sosah, maka bahasa
yang digunakanpun beragam, hampir setiap kecamatan memiliki bahasa yang khas
dan unik.
Dalam
penulisan ini penulis mengambil contoh bahasa Ujungbatu dan Pagarantapah karena selain letak
kedua kecamatan yang berdekatan, dua daerah ini adalah daerah perwakilan bahasa
Rohul yang paling dominan serta memiliki sejarah yang kemudian pada akhirnya
membentuk wilayah yang lain. Bahasa melayu Ujungbatu digunakan sebagai alat komunikasi antar
masyarakat begitu juga bahasa Pagarantapah. baik dalam situasi resmi maupun tidak
resmi. Ini dapat diketahui dari acara-acara resmi, penggunaan BMU
dan BMP masih
digunakan oleh masyarakat Rohul. Begitu pula dalam kehidupan
sehari-hari, dapat dijumpai penggunaan BMU dan BMP oleh masyarakat dalam berkomunikasi.
Dalam penelitian ini penulis
membatasi penelitian yaitu hanya didesa Ujungbatu dan desa Pagarantapah,
mengingat desa pematangtebih adalah tempat penulis dibesarkan, bergaul,
berinteraksi dengan masyarakat dan orangtua penulis sendiri adalah masyarakat
asli desa pematangtebih tersebut. dan desa Pagarantapah adalah desa yang
terdekat dengan desa penulis sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan
informasi tentang bahasa didesa tersebut. Dan banyak penduduk atau masyarakat
Pagarantapah yang beraktifitas atau berkegiatan di Ujungbatu, hal ini
memudahkan akses penulis untuk memperoleh informasi tentang bahasa
Pagarantapah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Meleong (2005:4) metode kualitatif
adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif lebih mementingkan penjelasan mengenai hubungan antara
data yang diteliti, sedangkan sasaran dalam penelitian kualitatif adalah
prinsip-prinsip atau pola-pola yang secara umum dan mendasar, berlaku dan
mencolok berdasarkan atas gejala-gejala yang dikaji. perbedaan, bentuk yang
berbeda itu dianggap unsur bahasa dua Kecamatan di Kabupaten Rokanhulu. Unsur
dapat merupakan unsur setempat, dapat pula merupakan unsur pengaruh atau
pinjaman dari bahasa lain.
3.1.1 Sumber Data
Penentuan
sumber data dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas data yang diharapkan
sesuai dengan tujuan penelitian, sumber data adalah informan. Informan
penelitian adalah orang yang memberikan informasi data dialek bahasa yang
diteliti. Informan penelitian dialektologi dipilih dengan menggunakan kriteria
tertentu. Dalam memilih informan, peneliti dapat menggunakan kriteria yang
dikemukan oleh Nothofer (1991:5) dan Fernandez (1992:2).
Dalam
penelitian dialek geografi, informan penelitian dipilih dengan kriteria:
(1)
berjenis kelamin laki-laki atau
perempuan,
(2)
berusia
+ 30 s.d. + 60
tahun;
(3)
lahir dan besar di desa setempat;
(4)
dapat berbahasa Ujungbatu dan Pagarantapah;
(5)
dapat berbahasa Indonesia; dan
(6)
sehat rohani dan jasmani dalam arti alat
bicaranya sempurna;
Kriteria
tersebut terutama digunakan dalam penelitian dialek geografis. Setiap titik
pengamatan dipilih dua informan, satu informan utama dan satu orang informan
pendamping.
Dalam
penelitian dialek geografis, kriteria tersebut belum menjangkau variabel
geografis penelitian ini. Karena itu, informan dalam penelitian dialek
geografis dipilih berdasarkan kriteria yang berkaitan dengan variabel (pegawai
dan non pegawai), variabel tingkat pendidikan (tinggi dan rendah), variabel
usia (tua dan muda), dan sebagainya. Kriteria variabel pegawai adalah pegawai
negeri atau pegawai swasta di suatu instansi atau perusahaan, sedangkan
variabel nonpegawai adalah pedagang, buruh, petani, dan pengusaha kecil.
Kriteria pendidikan tinggi adalah serendah-rendahnya SMA, sedangkan pendidikan
rendah adalah setinggi-tingginya sekolah dasar (SD). Kriteria ini dapat berubah
sesuai dengan kondisi pendidikan penduduk pada masing-masing titik pengamatan.
Adapun variabel usia tua 50 s.d. 60 tahun dan usia muda 30 s.d. 49 tahun. Dalam
penelitian dialek, hendaknya tidak memilih informan yang berusia di bawah tiga
puluh tahun karena pada usia ini diasumsikan seseorang belum mengalami
kestabilan dalam emosi maupun dalam pemakaian bahasanya. Mereka cenderung masih
senang mengikuti mode atau mudah terpengaruh oleh perubahan situasi dan
kondisi, baik dalam pola pikir maupun dalam pemakaian bahasa.
Dalam
penelitian ini berdasarkan variabel jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan
usia penutur dialek dipilih sembilan informan utama dan 18 informan pendamping
pada setiap titik pengamatan. Dalam pelaksanaanya di lapangan, kriteria yang
telah di tetapkan tersebut dimungkinkan tidak dapat diterapkan secara
keseluruhan, karena kondisi masing-masing titik pengamatan berbeda, seperti
tingkat pendidikannya, usianya, pekerjaannya, dan sebagiannya. Oleh karena itu,
penelitian perlu menentukan informan yang mendekati kriteria yang ideal.
3.1.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua desa pada dua
Kecamatan, yang terdapat di Kabupaten Rokanhulu yaitu kecamatan Ujungbatu dan
Kecamatan Pagarantapah, dengan populasi penelitian semua penutur bahasa Kabupaten
Rokanhulu Riau. Adapun sampel penelitian adalah penutur bahasa Rokanhulu yang
berada pada beberapa titik pengamatan yang terdiri atas dua desa dari kecamatan
Ujungbatu dan Pagarantapah di Kabupaten Rokanhulu, yaitu sebagai berikut :
1. Desa Ujungbatu, Kecamatan Ujungbatu,
Kabupaten Rokanhulu;
2. Desa Pagarantapah, Kecamatan Pagarantapah, Kabupaten
Rokanhulu
Pemilihan kedua desa dari beberapa desa yang
ada di tiap Kecamatan tersebut, dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
(1) desa asli atau lebih tua
(bukan desa hasil pemekaran), (2)saling berdekatan wilayah dengan asumsi desa yang
berada pada wilayah perbatasan akan terjadi kontak bahasa, (3) banyak penduduk
asli yang tidak merantau pada setiap daerah tersebut, (4) berdekatan dengan
pusat industri, (5) daerah pengamatan merupakan pusat Kecamatan, (6) daerah
pengamatan merupakan daerah pemekaran, (7) daerah pengamatan merupakan daerah
terisolir, (8) daerah pengamatan berbatas dengan Kota Kampar.
Pemilihan Kabupaten Rokanhulu dalam
penelitian ini didasarkan pada beberapa alasan: (1) merupakan daerah asal dari
peneliti, (2) merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan dengan Kampar (3)
Kabupaten Rokanhulu merupakan wilayah yang memiliki banyak variasi bahasa (4)
berdasarkan sumber lisan, Rokanhulu ini memiliki dialek khusus yaitu dialek Rohul
(5) dekat dengan pusat Ibukota Rokanhulu.
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan metode simak dan metode cakap (wawancara),
yaitu percakapan antara peneliti dengan informan yang dialeknya diteliti yang
disertai dengan aneka tekniknya.
Metode
simak adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dilakukan
dengan menyimak penggunaan bahasa. Metode simak digunakan untuk menyimak
pemakaian bahasa oleh informan. Dalam hal ini, peneliti ikut berpartisipasi
dalam pembicaraan sambil menyimak berian dari informan dan sekaligus merekam
dan mencatat hal-hal yang dipandang penting guna melengkapi data. Rekaman dan
catatan itu saling melengkapi dalam
rangka mengontrol data. Selain itu, digunakan juga metode cakap semuka (lihat
Sudaryanto, 1993:7). Peneliti wawancara langsung dengan informan disertai
perekaman dan pencatatan (teknik catat dan rekam) hal-hal yang penting dalam
data.
Metode
cakap adalah cara yang ditempuh dalam pengumpulan data berupa percakapan antara
peneliti dengan informan. Metode cakap ini memiliki teknik dasar berupa teknik
pancing. Pancingan atau stimulasi itu biasanya berupa makna-makna yang tersusun
dalam daftar pertanyaan. Teknik dasar tersebut dijabarkan ke dalam empat teknik
lanjutan, sebagai berikut:
(1)
Teknik cakap semuka, yakni peneliti
langsung mendatangi setiap daerah pengamatan dan melakukan percakapan
(bersumber pada pancingan yang berupa daftar pertanyaan) dengan para informan.
(2)
Teknik catat, yakni data yang diperoleh
langsung dari lapangan dan itu dilakukan peneliti atau pembantu peneliti.
(3)
Teknik rekam, yakni data yang diperoleh
langsung dari informan dan teknik ini dapat digunakan pada saat penerapan
teknik cakap semuka. Status teknik ini bersifat melengkapi teknik mencatat.
Maksudnya, apa yang dicatat itu dapat dicek kembali dengan rekaman yang
dihasilkan.
3.3 Metode dan Teknik Analisis Data
Dalam
analisis data digunakan metode padan dengan teknik hubung banding menyamakan
(Mahsun, 2005:113). Penerapannya dilakukan sebagai berikut. Untuk menentukan
inovasi internal bahasa Rokanhulu di lapangan, dua varian, baik bentuk maupun
makna, dibandingkan dengan varian lainnya, baik pada titik pengamatan yang sama
maupun titik pengamatan yang berbeda dalam satu wilayah isolek. Kemudian
entitas varian hasil pembandingan tersebut diidentifikasi struktur internalnya
setelah dibandingkan dengan varian lain yang diidentifikasi sebagai bentuk
asal.
Data
yang diperoleh di lapangan dibandingkan dengan bahasa Rokanhulu Riau lain
dengan dasar tata bahasa dan rujukan lainnya. Jika dari hasil pembandingan itu
ditemukan Kabupaten Rokanhulu
tidak terlalu sulit, karena secara geografis berada pada lintas jalan Nasional Rokanhulu-Kampar,
Rokanhulu-Pekanbaru.
3.4 Daftar Tanya (Instrumen Penelitian)
Untuk mengungkapkan sistem lingual
secara lengkap diperlukan instrumen penelitian yang dapat menjaring data
sebanyak-banyaknya. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, instrumen yang
digunakan terutama untuk menjaring data yang berupa kosakata (leksikon). Daftar
tanya yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan yang
diajukan kepada informan itu didasarkan pada daftar 200 kosa kata dasar
Swadesh. Daftar pertanyaan itu dapat dikembangkan menjadi 370 butir pertanyaan
leksikon dasar dan leksikon budaya. Kedua jenis leksikon ini digabungkan dan
dipilah menurut medan makna.
Berdasarkan kesamaan komponen maknanya,
leksikon pada daftar tanya ini diklasifikasikan atas delapan belas medan makna
tersebut adalah: (1) kekerabatan (20), (2) kehidupan masyarakat desa (18), (3)
rumah dan sekitarnya (22), (4) peralatan rumah tangga dan perlengkapan tidur
(20), (5) tanaman dan buah-buahan (14), (6) binatang (23), (7) perkakas dan
alat pancing (15), (8) makanan dan minuman (24), (9) penyakit (18), (10) sifat
dan rasa (19), (11) keadaan dan warna (18), (12) alam sekitar (26), (13) bagian
tubuh (28), (14) aktivitas (50), (15) alat musik (6), (16) pakaian dan
perhiasan (13), (17) bilangan (20), (18) kata tunjuk dan kata ganti (20). Medan
makna yang dialeknya diteliti adalah medan makna budaya yang cenderung
mangalami inovasi atau pembaharuan dalam kurun waktu yang relatif lama. Tujuan
digunakannya daftar pertanyaan itu adalah untuk mendapatkan data konkrit yang
lengkap dengan pencatatan dan perekaman.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Variasi atau ragam bahasa itu
terjadi akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Variasi
atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi
dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.Semua dialek memiliki perbedaan dari satu dialek ke dialek yang lain
karena masing-masing memiliki kekhasan yang bersifat lingual. Kekhasan inilah
yang menjadi pembeda bagi dialek-dialek tersebut.
Bahasa melayu Ujungbatu dan
Pagaratantapah adalah sebagian kecil contoh dari variasi bahasa dari segi
perbedaan leksikal yang ada di wilayah Rokanhulu. Perubahan leksikal yang jelas
terlihat dari 370 pertanyaan yang penulis teliti hampir 60% nya adalah perbedaan
leksikal kemudian selebihnya perbedaan
fonetis, semantis, onomasiologis dan perbedaan semasiologis. Variasi itu
muncul karena kebutuhan penutur akan adanya alat komunikasi dan kondisi sosial,
serta faktor-faktor tertentu yang mempengaruhinya, seperti letak geografis,
kelompok sosial, situasi berbahasa atau tingkat formalitas, dan karena
perubahan waktu.
4.2 Saran
Perbedaan dalam variasi bahasa
Ujungbatu dan Pagarantapah bisa menjadi pemersatu dan mengikat tali
persaudaraan antar kedua daerah karena berasal dari satu kabupaten yang sama
yaitu Rokanhulu, kedua daerah seharusnya sangat bangga dengan kekayaan bahasa
atau dialek yang dimiliki karena sudah banyaknya anak-anak muda sekarang yang
kami temui tidak tahu mengenai bahasa daerahnya sendiri.
Bagi mahasiswa khususnya mahasiswa
sastra melayu yang berasal dari Rokanhulu agar ikut berpartisipasi
mengembangkan dan melestarikan bahasa daerahnyadisamping mempelajari bahasa
indonesia yang benar mahasiswa diharapkan mampu menghidupkan kembali kata-kata
lama yang sudah jarang dipakai kedalam bahasa sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
___________09-Oktober-2016. Data statistik desa Ujungbatu. Kantor
desa Ujungbatu. Ujungbatu
Arifin, Zainal, E. 1985. Cermat
Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta : Antar Kota.
Chaer Abdul dan Agustina Leonie. 2004. Sosio Linguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1989. Ragam Bahasa Indonesia Yang Baku.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Guntur, Hendry. 2009. Pengajaran
Morfologi. Bandung: Angkasa Bandung.
http://myth90.blogspot.com/2016/10/05-variasi-dan-ragam-bahasa-indonesia.html
http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494/htt,
diakses pada 04 Oktober 2016.
Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kapita Selekta Sosiolinguistik. Surabaya : Usaha Nasional.
Maralis. 2013. Bahan Penunjang Sosiolinguistik. Pekanbaru.__________
Nandra dan Reniwati. 2009. Dialektologi Teori dan Metode. Yogyakarta: Elmatera Publishing.
Suhardi. 2013. Pengantar Linguistik Umum.
Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Wawancara. 05 September 2016, 17.00
Wib. Rusli dan Ardianis. Kosa Kata Bahasa
Ujungbatu.Ujungbatu.
Wawancara. 30 September 2016, 08.00 Wib. Elna Malina. Bahasa Pagarantapah.Pagarantapah.
Lampiran 1
Daftar pertanyaan dan jawaban
No
|
Glos
|
Ujungbatu
|
Pagarantapah
|
1
|
Adik
|
Adiek
|
Adik
|
2
|
Ayah
|
Ayah
|
Abah
|
3
|
Besan
|
Besan
|
Moyan
|
4
|
Ibu
|
Ibu
|
Omak
|
5
|
Cucu
|
Cucu
|
Cucu
|
6
|
Isteri
|
Bini
|
Bini
|
7
|
kakak perempuan
|
Akak
|
uni akak
|
8
|
kakak laki- laki
|
Abang
|
uda, ongah
|
9
|
Kakek
|
Atuok
|
Atuk
|
10
|
Menantu
|
monantu
|
Nantu
|
11
|
Mertua
|
mintuwo
|
Ntuo
|
12
|
Nenek
|
Enek
|
Uwak
|
13
|
kakak ibu paling tua
|
mak tuo
|
mak tuo
|
14
|
kakak ibu paling
tengah
|
mak ongah
|
mak tongah
|
15
|
adek ibu paling kecil
|
mak ociek
|
ocik bonsu
|
16
|
panggilan anak laki-
laki
|
buyuong
|
buyuong
|
17
|
panggilan anak
perempuan
|
Upiek
|
gadih
|
18
|
paman paling tua
|
pak tuo
|
mamak
|
19
|
paman paling muda
|
pak ociek
|
mamak
|
20
|
Suami
|
Laki
|
laki
|
21
|
Hamil
|
boboban
|
nganduong
|
22
|
Khitanan
|
Sunat
|
sunat
|
23
|
Berkebun
|
bokobun
|
bokobun
|
24
|
dukun khitanan
|
tukang sunat
|
tukang sunat
|
25
|
Hajatan
|
Boniek
|
sorokah
|
26
|
kerja bakti
|
gotong royong
|
gotong royong
|
27
|
tukang penggali
kuburan
|
tukang gali kuburan
|
tukang gali kubu
|
28
|
tukang memandikan
mayat
|
tukang memandikan mayat
|
tukang mandi ughang
mati
|
29
|
tukang pantun
|
tukang pantun
|
tukang pantun
|
30
|
para undangan
|
para undangan
|
para undangan
|
31
|
Tunangan
|
tunangan
|
tunangan
|
32
|
penghulu
|
pak wali
|
kua, tuan kodi
|
33
|
Tahlilan
|
bosisilah
|
yasinan
|
34
|
tetangga
|
sebolah umah
|
sebolah umah
|
35
|
menuju hari
|
manujuo ai
|
nujuh ai
|
36
|
menuju bulan
|
manujuo bulan
|
nujuh bulan
|
37
|
ternak kerbau
|
tonak kobau
|
tonak kobau
|
38
|
guru
|
Guru
|
guru
|
39
|
dapur
|
dapuo
|
dapu
|
40
|
halaman rumah
|
Laman
|
laman umah
|
41
|
jendela
|
jendela
|
jendela
|
42
|
kamar
|
Biliek
|
kamar
|
43
|
kunci
|
Kunci
|
kunci
|
44
|
langit- langit rumah
|
loteng
|
kasau
|
45
|
lantai yang terbuat
dari semen
|
Lantai
|
lantai simin
|
46
|
lantai yang terbuat
dari keramik
|
lantai keramik
|
lantai ubin
|
47
|
tempat memasak
|
kompor
|
tungku
|
48
|
tangga
|
jonjang
|
jonjang
|
49
|
tempat beras
|
kuntuong
|
tompek boeh
|
50
|
termpat membersihkan
beras
|
tompi
|
ponompi
|
51
|
genterng
|
atok genteng
|
atok genteng
|
52
|
kandang ayam
|
toatak
|
kandang ayam
|
53
|
kandang kambing
|
toatak kambiang
|
kandang kambiang
|
54
|
kandang kerbau
|
toatak kobau
|
kandang kobau
|
55
|
tempat tidur
|
Lipan
|
kero
|
56
|
ruang keluarga
|
ruang tongah
|
ruang keluarga
|
57
|
toilet
|
Wese
|
kakus
|
58
|
penahan rumah/
pengokoh rumah
|
sondi umah
|
ponahan umah
|
59
|
mesjid kecil
|
musolla
|
mushala, surau
|
60
|
selokan
|
bonda
|
bonda, paik
|
61
|
keranjang belanja
|
kujuik belanjo
|
keranjang belanjo
|
62
|
sendok nasi
|
sendok nasi
|
sudunasi
|
63
|
cobek
|
Lagan
|
tungkahan, singkalan
|
64
|
gayung
|
gayuong
|
timbo
|
65
|
handuk
|
anduok
|
anduk
|
66
|
kasur
|
Kasuo
|
kasu
|
67
|
lampu minyak
|
semprong
|
minyak pasang
|
68
|
tempat menanak nasi
|
piwuok
|
piyuk
|
69
|
piring
|
pinggan
|
pinggan, piyiang
|
70
|
gelas
|
Goleh
|
goleh
|
71
|
tempat nasi
|
tompek nasi
|
potambuhan
|
72
|
baskom
|
Capah
|
capah
|
73
|
tikar
|
Lapiak
|
tika
|
74
|
lemari
|
lemari
|
bopet
|
75
|
teko air
|
Teko
|
teko
|
76
|
penutup lauk pauk
|
sungkuik
|
sangai
|
77
|
penyaring santan
|
tapi santan
|
tapisan
|
78
|
karung
|
Goni
|
goni
|
79
|
beras
|
Boreh
|
boeh
|
80
|
jambu biji
|
parawe
|
jambu paraweh
|
81
|
belimbing kecil
|
asam imbang
|
asam bolimbiang
|
82
|
jamur
|
tendawan
|
tenawan
|
83
|
rumput
|
umpuik
|
umpuik
|
84
|
jeruk kecil
|
asam limau
|
asam limau
|
85
|
labu
|
Labu
|
labu cino, labu ayi
|
86
|
biji
|
Bijo
|
biyek
|
87
|
genjer
|
genjer
|
genjer
|
88
|
bunga sanggul
|
Asoka
|
bungo sanggu
|
89
|
sirsak
|
duyan blando
|
duyan bolando
|
90
|
kelapa
|
kembie
|
kolambi
|
91
|
buah kalimunting
|
keduduok
|
keduduk
|
92
|
bunga kertas
|
bungo koteh
|
bungo koroteh
|
93
|
anak ikan
|
anak ikan
|
anak ikan, paitan
|
94
|
ikan
|
Ikan
|
ikan
|
95
|
anjing
|
anjieng
|
anjiang
|
96
|
ayam jantan
|
apak ayam
|
apak ayam
|
97
|
ikan gabus
|
ikan gabuih
|
ikan tanah
|
98
|
ikan sepat
|
ikan sopek
|
ikan sopek
|
99
|
ekor
|
Ikuo
|
iku
|
100
|
beruang
|
beuang
|
beruang
|
101
|
harimau
|
dubalang alam
|
imau
|
102
|
kelelawar
|
kelelawar
|
kelelawa
|
103
|
kerbau
|
kobau
|
kobau
|
104
|
sapi
|
Sapi
|
sapi
|
105
|
kunang- kunang
|
unang- unang
|
kolok- kolok
|
106
|
kutu busuk
|
Cinok
|
kepindiang
|
107
|
lintah
|
Lintah
|
lintah
|
108
|
ular
|
Ulek
|
ulek
|
109
|
tikus
|
moncik
|
moncik
|
110
|
siput
|
Cipuik
|
lingkitang
|
111
|
burung jalak
|
burung jalak
|
unggeh jalak
|
112
|
burung pipit
|
burung pipit
|
unggeh pipik
|
113
|
burung bangau
|
burung bangau
|
unggeh bangau
|
114
|
burung uwak- uwak
|
burung uwak- uwak
|
uwak- uwak
|
115
|
bajak
|
Bajak
|
bajak
|
116
|
cangkul
|
cangkuo
|
cangku
|
117
|
gergaji
|
gergaji
|
gergaji
|
118
|
mesin padi
|
dialer padi
|
eler
|
119
|
golok
|
ladieng
|
pisau
|
120
|
jaring kecil untuk menangkap
ikan
|
Jalo
|
jalo
|
121
|
keramba ikan
|
kutuong ikan
|
keramba
|
122
|
kapak
|
Kapak
|
kapak
|
123
|
pancing
|
jangan kanyie
|
kanyi
|
124
|
sabit
|
Sabik
|
sabik
|
125
|
palu
|
penokok
|
tokok paku
|
126
|
tali pancing
|
Tansi
|
tali kanyi, tali tansi
|
127
|
tempat ikan
|
kuntuong
|
tompek ikan
|
128
|
tangga
|
tang
|
tang
|
129
|
obeng
|
obeng
|
obeng
|
130
|
bubur kacang hijau
|
kolak kacang hijau
|
bubu kacang ijau
|
131
|
dendeng
|
dendeng
|
dendeng
|
132
|
gulai asam pedas
|
sempode
|
gulai asam podeh
|
133
|
getuk
|
copuo ubi
|
tumbuk ubi
|
134
|
pongek daging
|
kole dagieng
|
koleh dagiang
|
135
|
kue kukus
|
apam bagi
|
kue kukuih
|
136
|
kerak nasi
|
Koak
|
koak nasi
|
137
|
kerupuk kulit
|
kupuk jangek
|
kerupuk jangek
|
138
|
kerupuk
|
kupuok
|
kerupuk
|
139
|
lalapan
|
Ulam
|
ulam
|
140
|
rempeyek
|
peyek
|
peyek
|
141
|
kue sepit
|
kue sopik
|
kue sopik
|
142
|
kue bakar
|
kue panggang
|
kue baka
|
143
|
sari kaya
|
sarikaya
|
sari kayo
|
144
|
lemang
|
lomang
|
lomang
|
145
|
lumpia
|
lumpia
|
lumpia
|
146
|
bubur hitam
|
bubu itam
|
bubu itam
|
147
|
air teh
|
ai teh
|
ayi teh
|
148
|
air hijau (aka)
|
ai aka
|
ayi aka
|
149
|
pudding
|
agar- agar
|
gagar
|
150
|
kue tar
|
kue beking
|
kue beking
|
151
|
pecal
|
Pical
|
pical
|
152
|
lontong kuah
|
lontong kuah
|
lontong kuah
|
153
|
lotek
|
Lotek
|
lotek
|
154
|
batuk
|
batuok
|
batuk
|
155
|
bersin
|
Bosin
|
bosin
|
156
|
bengek (asma)
|
Sosak
|
sosak susu, sak susu
|
157
|
bisul
|
Bisuo
|
bisu
|
158
|
kudis
|
Kudi
|
kudi
|
159
|
kurap
|
Kuok
|
kuok
|
160
|
kutu air
|
kutu ai
|
kutu ayi
|
161
|
telinga bernanah
|
tuyiek
|
turik
|
162
|
pusing
|
ponieng
|
poniang
|
163
|
kesemutan
|
kepocong
|
cokouik
|
164
|
sakit perut
|
sakik pouik
|
sakik pouik
|
165
|
encok
|
Tekilie
|
tokili
|
166
|
katarak
|
Abun
|
kotaghak
|
167
|
tbc
|
sakik togak
|
sakik tebese
|
168
|
kaki gajah
|
untuik
|
antak untuik
|
169
|
anemia
|
penyakik kuniang
|
kuang daghah
|
170
|
muntaber
|
tesapo
|
muntah cighik
|
171
|
cacar
|
ketapok
|
tapok
|
172
|
step
|
sawan
|
sawan
|
173
|
pemarah
|
pembongi
|
pombeang
|
174
|
cerewet
|
petuyak, inyie- nyie
|
biso
|
175
|
pemalas
|
menyogan
|
ponyogan
|
176
|
asam
|
Asam
|
masam
|
177
|
asin
|
Asin
|
masin
|
178
|
manis
|
Mani
|
manih
|
179
|
bodoh
|
bongak
|
bongak
|
180
|
jahil
|
nginca uwang
|
tongka
|
181
|
jelek
|
buwuok
|
buruk
|
182
|
cantik
|
Ancak
|
ancak
|
183
|
ramah
|
ramah
|
amah/ ponyapo
|
184
|
takut
|
takuik
|
takuik
|
185
|
suka memberi
|
poagie
|
pocuah
|
186
|
tamak
|
Lobo
|
lobo tomao
|
187
|
nakal
|
Jaek
|
jahat
|
188
|
miskin
|
bangsat
|
bangsat
|
189
|
amis
|
Anyie
|
anyi
|
190
|
pelit
|
Kikik
|
dogi
|
191
|
bagus
|
Elok
|
elok
|
192
|
basah
|
Biak
|
biak
|
193
|
bolong
|
posuok
|
bolubang
|
194
|
biru
|
Hijau
|
biyu
|
195
|
merah
|
Sigha
|
merah
|
196
|
kuning
|
kunieng
|
kuniang
|
197
|
hijau
|
Ijau
|
ijau
|
198
|
merah jambu
|
merah jambu
|
merah jambu
|
199
|
dingin
|
sojuok
|
sojuk
|
200
|
hangat
|
angek ngilu
|
angek
|
201
|
hitam
|
Itam
|
|
202
|
panas
|
angek ngelogak
|
hangek
|
203
|
rimbun
|
imbun
|
imbun
|
204
|
teduh
|
toduoh
|
toduh
|
205
|
sunyi
|
longang
|
longang
|
206
|
gelap
|
Kolam
|
golap, kolam
|
207
|
ramai
|
Rami
|
ramai
|
208
|
capek
|
ponek
|
lotih
|
209
|
air
|
Ayie
|
ayi
|
210
|
api
|
Api
|
api
|
211
|
arang
|
aghang
|
aghang
|
212
|
asap
|
asok
|
asok
|
213
|
awan
|
awan
|
awan
|
214
|
batu
|
batu
|
batu
|
215
|
bintang
|
bintang
|
bintang
|
216
|
bulan
|
Bulan
|
bulan
|
217
|
bulan purnama
|
bulan 14
|
bulan 14
|
218
|
bulan sabit
|
bulan sabik
|
bulan sabik
|
219
|
gerhana bulan
|
gano bulan
|
gano bulan
|
220
|
gerhana matahari
|
gano matahari
|
gano matahari
|
221
|
gunung
|
gunuong
|
gunuong
|
222
|
sungai
|
sungai
|
sungai
|
223
|
laut
|
Lawuk
|
Lawik
|
224
|
halilintar/ petir
|
Potui
|
Potui
|
225
|
hujan
|
Ujan
|
Ujan
|
226
|
gerimis
|
Inyai
|
Ronyai
|
227
|
angin
|
Angin
|
Angin
|
228
|
pelangi
|
mangun
|
Mangun
|
229
|
pantai
|
pantai
|
Pantai
|
230
|
tanah
|
Tanah
|
Tanah
|
231
|
hutan
|
Rimbo
|
Rimbo
|
232
|
kabut
|
kabuik
|
Kabuik
|
233
|
musim hujan
|
panono
|
musim ujan
|
234
|
arus deras
|
Dore
|
Doeh
|
235
|
alis
|
Alis
|
Alis
|
236
|
bahu
|
Bau
|
Bahu
|
237
|
betis
|
Boti
|
Botih
|
238
|
bibir
|
Bibie
|
Bibi
|
239
|
dagu
|
Dagu
|
Dagu
|
240
|
jidat
|
konieng
|
Koniang
|
241
|
hidung
|
iduong
|
Iduong
|
242
|
telinga
|
telingo
|
Telingo
|
243
|
ibu jari
|
ampu tangan
|
ampu tangan
|
244
|
jari tengah
|
jaghi malang
|
jaghi malang
|
245
|
jari manis
|
jaghi mani
|
jaghi mani
|
246
|
telunjuk
|
tunjuok
|
Tunjuk
|
247
|
kelingking
|
kelingkieng
|
kolingkiang
|
248
|
paha
|
Pawo
|
Paho
|
249
|
rambut
|
obuok
|
Ambuik
|
250
|
tumit
|
Tumik
|
Tumik
|
251
|
telapak kaki
|
tapak kaki
|
tapak kaki
|
252
|
leher
|
Lie
|
Lihi
|
253
|
kumis
|
sunguik
|
Kumis
|
254
|
jenggot
|
jangguik
|
Jangguik
|
255
|
pantat
|
Ikuo
|
Citan
|
256
|
perut
|
powik
|
Pouik
|
257
|
pesek
|
pesek
|
Pesek
|
258
|
mancung
|
mancuong
|
Mancuong
|
259
|
pinggang
|
pinggang
|
Pinggang
|
260
|
tenggorokan
|
ngkungan
|
Ngkungan
|
261
|
lutut
|
Lutuik
|
Lutuik
|
262
|
punggung
|
pungguong
|
pungguong
|
263
|
bangun
|
Jago
|
Jago
|
264
|
bekerja
|
bokojo
|
Bokojo
|
265
|
menanam
|
menanam
|
Nanam
|
266
|
menjaga ternak
|
menjaga ternak
|
menjago tonak
|
267
|
memupuk
|
memupuk
|
Mupuk
|
268
|
bertepuk tangan
|
botopuok tangan
|
topuk tangan
|
269
|
cerita
|
Cito
|
Cito
|
270
|
berpantun
|
bopantun
|
Mounju
|
271
|
duduk selonjor
|
meunjuo
|
Gauik
|
272
|
garuk
|
Gawik
|
Gawik
|
273
|
gigit
|
Gigik
|
Gigik
|
274
|
hidup
|
Iduik
|
Iduik
|
275
|
berjalan
|
bojajang
|
Bojojang
|
276
|
hitung
|
ituong
|
Ituong
|
277
|
injak
|
Pijak
|
Pijak
|
278
|
jatuh
|
Jatuo
|
Jatuh
|
279
|
jilat
|
Jilek
|
Jilek
|
280
|
jongkok
|
cangkuong
|
Cangkuong
|
281
|
makan
|
makan
|
Makan
|
282
|
kunyah
|
kunyah
|
Kunyah
|
283
|
makan bersama
|
makan rami
|
makan samo
|
284
|
mencangkul
|
mencangkuo
|
moncangku
|
285
|
mendengkur
|
begowuo
|
Bokouh
|
286
|
melahirkan
|
boanak kociek
|
molahirkan
|
287
|
meludah
|
buang aye lighu
|
buang ayi liu
|
288
|
ludah (air ludah)
|
Ludah
|
ayi liyu
|
289
|
mengangkat
|
meangkek
|
Moangkek
|
290
|
menggaruk
|
menggawik
|
menggawik
|
291
|
menggenggam
|
menggonggam
|
monggonggam
|
292
|
pelan- pelan
|
lambek
|
lambek- lambek
|
293
|
menyuci
|
menyosa
|
Monyosah
|
294
|
menggosok
|
menggosok
|
monggosok
|
295
|
berbicara/ ngobrol
|
mengecek
|
Boleseng
|
296
|
pikul
|
Pikuo
|
Piku
|
297
|
pulang
|
pulang
|
Balik
|
298
|
selesai
|
Sudah
|
Solosai
|
299
|
telungkup
|
menangkuik
|
Nangkuik
|
300
|
tidur
|
Tiduo
|
Tidu
|
301
|
menulis
|
menuli
|
Nulih
|
302
|
merantau
|
moantau
|
Moantau
|
303
|
memasak air
|
joghang ayie
|
masak ayi
|
304
|
mengompol
|
tekonciang lapiek
|
Tokonciang
|
305
|
melihat
|
mencolo
|
Moncolo
|
306
|
lihat
|
Colo
|
Colo
|
307
|
meloncat
|
mambu
|
Moluncek
|
308
|
menyisir
|
menyikek
|
Nyikek
|
309
|
menjalin rambut
|
melopie obuok
|
molopih ambuik
|
310
|
menjahit
|
menjaik
|
Monjaik
|
311
|
berbelanja
|
poi lanjo
|
poi bolanjo
|
312
|
mencium
|
moidu
|
Moidu
|
313
|
gong
|
oguong
|
Oguong
|
314
|
kecapi
|
kecapi
|
Kecapi
|
315
|
gendang
|
gondang
|
Gondang
|
316
|
terompet bambu
|
pupuik
|
terompet bambu
|
317
|
beduk
|
Tabuo
|
Tabuh
|
318
|
seruling
|
sulieng
|
Suling
|
319
|
baju
|
Baju
|
Baju
|
320
|
celana
|
Sewa
|
Selewa
|
321
|
cincin
|
Cincin
|
Cincin
|
322
|
gelang
|
golang
|
Golang
|
323
|
kebaya
|
kebaya
|
Kebaya
|
324
|
kopiah
|
kopiah
|
Kopiah
|
325
|
selendang
|
selendang
|
Selendang
|
326
|
songket
|
sungkit
|
Songket
|
327
|
sarung untuk laki-
laki
|
sawuong
|
kain sauong
|
328
|
baju muslim
|
baju kuwuong
|
baju kughong
|
329
|
sarung untuk perempuan
|
kain pinggang
|
kain sauong
|
330
|
baju koko
|
baju koko
|
baju toluk bolango
|
331
|
satu
|
ciek
|
Satu
|
332
|
dua
|
duo
|
Dua
|
333
|
tiga
|
tigo
|
Tigo
|
334
|
empat
|
ompek
|
Ompek
|
335
|
lima
|
limo
|
Limo
|
336
|
enam
|
onam
|
Onam
|
337
|
tujuh
|
tujuo
|
Tujuh
|
338
|
delapan
|
lapan
|
Lapan
|
339
|
sembilan
|
sembilan
|
Sombilan
|
340
|
sepuluh
|
sepuluo
|
Sopuluh
|
341
|
sebelas
|
sebole
|
Soboleh
|
342
|
dua belas
|
duo bole
|
duo boleh
|
343
|
tujuh belas
|
tujuo bole
|
tujuh boleh
|
344
|
enam belas
|
onam bole
|
onam boleh
|
345
|
dua puluh
|
duo puluo
|
duo puluh
|
346
|
dua puluh satu
|
duo puluo satu
|
duo puluh satu
|
347
|
seratus
|
satui
|
Satuih
|
348
|
seribu
|
sibu
|
Sibu
|
349
|
sepuluh ribu
|
sepuluo ibu
|
sopuluh ibu
|
350
|
tiga puluh
|
tigo puluo
|
tigo puluh
|
351
|
besok
|
bisuok
|
Buisuk
|
352
|
besok lusa
|
aghi ciek lai
|
bisuk lusa
|
353
|
saya
|
aku
|
Aku
|
354
|
kami
|
kami
|
Kami
|
355
|
mereka
|
ughang
|
Ughang
|
356
|
di sana
|
siten
|
Siten
|
357
|
di sini
|
siko
|
Siko
|
358
|
ke sana
|
kiyen
|
keen
|
359
|
ke sini
|
komai
|
komai
|
360
|
di atas
|
di ate
|
di ateh
|
361
|
di bawah
|
di bawah
|
di bawah
|
362
|
hari ini
|
ai ko
|
ai ko
|
363
|
ini
|
iko
|
iko
|
364
|
kiri
|
kida
|
kida
|
365
|
timur
|
timur
|
timur
|
366
|
barat
|
barat
|
barat
|
367
|
selatan
|
selatan
|
selatan
|
368
|
utara
|
utara
|
utara
|
369
|
kanan
|
kanan
|
kanan
|
370
|
itu
|
itu
|
itu
|
Lampiran 2
Data
Informan
|
:
Rusli
|
Jenis
kelamin
|
:
laki-laki
|
Umur
|
:
58 Tahun
|
Pendidikan
|
:
SD
|
Pekerjaan
|
:
Wiraswasta
|
Alamat
|
:
Ujungbatu
|
Bahasa
yang dikuasi selain bahasa daerah Ujungbatu
|
:
Minang, Melayu Malaysia, Jawa
|
Asal
orang tua
|
:
Ujungbatu
|
Asal
istri
|
:
Kampar
|
Nama
|
:
Ardianis
|
Jenis
kelamin
|
:
Perempuan
|
Umur
|
:
50 Tahun
|
Pendidikan
|
:
SD
|
Pekerjaan
|
:
IRT
|
Alamat
|
:
Ujungbatu
|
Bahasa
yang dikuasi selain bahasa daerah Pagarantapah
|
:
-
|
Asal
orang tua
|
:
Kampar
|
Asal
suami
|
:
Ujungbatu
|
Nama
|
:
Elna Malina, Spd
|
Jenis
kelamin
|
:
Perempuan
|
Umur
|
:
36 Tahun
|
Pendidikan
|
:
S1 PGSD
|
Pekerjaan
|
:
Guru
|
Alamat
|
:
Pagarantapah
|
Bahasa
yang dikuasi selain bahasa daerah Pagarantapah
|
:
-
|
Asal
orang tua
|
:
Pagarantapah
|
Asal
suami
|
:
Pagarantapah
|
Data Penulis
Nama : NUR ATIKA
Tempat/ tanggal lahir : Sibiruang 13 Koto Kampar , 02 Desember 1988
Umur : 28 Tahun
Alamat
: RK. Harapan, Komplek Syuhada No. 3 Ujungbatu,
Kelurahan Ujungbatu, Kec. Ujungbatu, Kab. Rokan Hulu, Pasirpengarayan
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Nomor hp. : 0823-8885-9812
Tidak ada komentar:
Posting Komentar