Tema :
kekeluargaan
Judul :
pembagian wilayah yang adil
Pelakon :
Dedek saputra :
Raja
Agusman manurung :
Adik raja
Nur atika :
penasehat kerajaan
Sartika johan :
Istri raja
Desi amelia :
Istri adik Raja
Endang purnama sari :
Ibunda raja
Setting tempat :
Dalam istana, halaman istana, puncak rokan
Setting waktu :
pagi dan siang hari
Sinopsis film :
Di istana Rokan IV koto tinggallah raja bersama istrinya.
Raja memiliki seorang ibu, 2 orang adik( laki-laki dan perempuan) adik
laki-lakinya sudah juga berkeluarga. raja memerintah dengan adil dan bijaksana
selama bertahun-tahun. Namun suasana istana berubah mencekam setelah adik
laki-lakinya menikah yang juga diangkat menjadi penggawa oleh raja. Disebabkan
ia juga ingin menjadi raja seperti saudaranya.
Penggawa
mendapat hasutan dari sang istri dan ia semakin ingin memiliki tahta kerajaan
memfitnah raja ingin menyerahkan kerajaan kepada musuh karena hutang budi
berupa beras untuk rakyatnya saat masa kemarau selama 6 bulan lamanya. Akhirnya
perkelahian pun tak dapat dielakkan. Selama beberapa hari lamanya raja
bermurung dan sang istrilah yang menjadi obat tempat ia bercerita berbagi duka.
Kemudian raja mendatangi ibundanya dan meminta petuah agar perkelahian dan
kehendak adiknya juga bisa dikabulkannya. Ibundanya menyarankan agar mengambil
lahan yang belum dihuni oleh orang diujung bebatuan batas desa ini.
Ibunda memanggil raja penggawa dan mereka
berbincang. Penggawa menerima nasehat ibunda dan pergi ditempat yang telah
ditunjuk. Kedua kerajaan itu kini tentram dan damai dengan kedua raja bergelar
datuk bendaharo 1, dan datuk bendaharo 2.
Skenario film :
Raja sedang duduk di
istana memikirkan nasib kerajaannya yang sudah mulai kekurangan beras dan
gandum kemudian didatangi oleh sang istri :
Permaisuri : wahai kanda apakah gerangan yang
membuat kanda sangat gelisah? Jika ada duri didalam hati kanda ceritakanlah
kanda, hamba siap mendengarnya
(Namun disudut istana
ada penggawa adik laki-laki raja yang menguping pembicaraan mereka.)
Raja : permaisuri, bagaimana
menurutmu pemerintahan hamba selama ini?
Permaisuri : menurut hamba tiada raja yang mampu
mengorbankan harta jiwa dan raga demi rakyatnya kecuali kanda wahai raja datuk
bendaharo. Dan sangat sayang kepada keluarganya. kalau boleh hamba tahu apakah
gerangan atas kegelisahan kanda?
Raja : sudah enam bulan lamanya
hujan belum turun dikerajaan Rokan ini, kekeringan mengakibatkan rakyat kecil
sangat menderita, persediaan beras dan gandum kita sudah habis. Sekarang tidak
mungkin bercocok tanam. Karna tanah kering dan persediaan air cukup untuk minum
dan mandi saja. Menurut engkau wahai permaisuri mungkinkah kita berhutang lagi
kepada kerajaan bonai sedangkan hutang yang lama belum lunas kita bayar?
(Penggawa cepat-cepat pergi meninggalkan sudut
istana.) penasehat kerajaan menambahkan. Permaisuri mengangguk-angguk.
Penasehat : hmmmm, tidak apalah tuanku, raja Bonai
juga terkenal dengan keramahannya. Saat hujan mulai turun bisalah kanda
memerintahkan rakyat untuk turun keladang dan dapat nanti membayar hutang beras
mereka. gandum diistana juga bisa membayar hutang yang lama
Raja : benar juga itu penasehat?
penasehat : iya paduka, namun kita harus jelaskan
betul tegak duduknya persoalan hutang dan jangan dikemudian hari menjadi sumber
perselisihan dengan kerajaan bonai.
Raja : baiklah penasehat akan patik
fikirkan dan pertimbangkan.
Permaisuri : sekarang bisalah engkau bertenang suamiku.
*****
Disudut taman duduk-duduklah
permaisuri panggawa sedang bermain air. Dan kemudian didatangi oleh penggawa,
menceritakan apa yang ia dengar. Namun kemudian ia mendapat hasutan dari
istrinya untuk bisa juga menjadi raja.
Penggawa : sedang apa engkau disini permaisuri?
Permaisuri : hamba sedang mencari engkau kanda, lalu
hamba sampai disini dan menikmati sebentar keindahan taman ini. dari mana saja
engkau kanda?
Penggawa : tadi hamba ingin menemui raja namun
tidak jadi karna saat sampai di depan pintu hamba mendengar pembicaraan raja
dan permaisuri mengenai kerajaan kita yang akan berhutang kepada raja bonai
karna kekurangan beras dan gandum.
Permaisuri : ha, bagaimana itu kanda. Mana ada orang
yang mau memberikan budi dengan percuma? Apalagi ini menyangkut kehidupan
rakyat mereka. raja bonai juga sekarang sedang mengalami hal yang sama dengan
kerajaan Rokan IV koto.
Penggawa : tapi hamba kasihan permaisuri, raja
sudah sangat banyak menanggung beban kerajaan. Mungkin habis purnama ini hamba
disuruh raja pergi menghadap raja bonai.
Permaisuri : kenapa kanda pula yang cemas, mungkin
raja datuk bendaharo sudah membuat perjanjian dengan raja bonai. Apakah kanda
tahu jika dulu kerajaan rokan IV koto kiri juga berhutang kepada raja kemudian
raja mengambil alih kerajaan mereka? bisa saja raja datuk bendaharo yang kanda
sanjung-sanjungkan itu juga akan melakukan hal yang sama seperti yang pernah ia
lakukan dulu.
Penggawa : ada benarnya juga kata permaisuri.
Karna tadi hamba mendengar raja mengatakan dengan apa ia harus membayar hutang
sedangkan hutang yang lama belum juga habis dibayar.
Permaisuri : menurut hamba sebaiknya kanda meminta
agar tahta diturunkan pada kanda. Karna raja sudah tidak mampu menjalankan
pemerintahannya, toh kanda jugakan selama ini yang disuruh kesana kemari
mengurusi kerajaan? Hamba akan menjadi permaisuri yang bijak untuk kanda.
Penggawa : ayolah kita pulang permaisuri hari
sudah mulai gelap. Nanti kita bicarakan diistana saja.
Permaisuri : tapi kanda ........
Penggawa
menarik tangan permaisurinya.......
******
Keesokan harinya
penggawa dipanggil oleh Raja menghadap untuk membicarakan masalah kekurangan
beras dan gandum dikerajaan mereka, sambil menyembah penggawa masuk keistana.
Raja : penasehat kerajaan, siapakah
yang akan kita utus untuk menghadap raja bonai?
Penasehat : sebaiknya penggawa saudara sekandung
paduka saja paduka, karna penggawa sudah pengalaman menghadapi raja bonai. Dan
dia sangat cakap dalam berkata.
Raja : betul juga penasehat, tolong
panggillkan dia kemari.
Penasehat : baik paduka.
(penggawapun masuk ke
istana mengahdap raja)
Penggawa : ampun beribu ampun raja datuk bendahara
hamaba menghadap sesuai tihta raja tuanku. Segala perintah tuanku akan hamba
laksanakan.
Raja : begini penggawa, tentu
penggawa sudah bisa juga melihat rakyat kerajaan rokan IV koto kini sudah mulai
sangat kekurangan beras dan gandum. Hamba akan memerintahan penggawa ke
kerajaan bonai untuk bisa meminjamkan lagi beras mereka.
Penggawa : ampunkan patik tuanku, bukannya patik
menolak perintah raja. Tapi patik sudah malu menghadap kepada raja bonai karna
hutang yang lama belumlah kita unas lunas.
Raja : tidak patik, tidak lah
meminjam itu membuat patik malu, karna saat musim hujan tiba besok kita akan
membayarnya
Penggawa berdiri dengan
sigapnya bersuara agak tinggi kepada raja.
Penggawa : membayarnya dengan apa tuanku? Apakah
tuanku juga akan menyerahkan kerajaan Rokan IV koto ini kepada raja bonai?
Seperti kerajaan rokan kiri yang tuanku ambil alih saat mereka kelaparan dulu?
sebaiknya tuanku menyerahkan tahta kepada patik saja. Biar patik yang lebih memaksa
rakyat untuk bertanam segera.
Raja : sudah beraninya patik wahai
saudaraku seperut sepenanggung yang sangat raja banggakan? Mengapa engkau
berubah menghianati tihta ayahanda kita? Bahwa tiada yang lebih berharga bagi
seorang raja selain dari kerajaannya.
Penggawa : hamba sudah muak menjadi budaknya
tuanku. Hamba ingin juga menjadi raja seperti kanda. Kanda juga sudah tidak
mampu bertihta.
Kedua adik-beradik itu
akhirnya berkelahi dan kemudian berakhir. Raja pergi kepada ibundanya untuk
meminta nasehat terhadap kelakuan saudaranya itu.
*****
Raja : ampunkan kami ibunda dengan
segala sembah. Hanyalah karna silau terhadap tahta penggawa kini sudah
menentang hamba.
Ibunda : demi raja datuk bendaharo tertua
suami dan ayahanda raja dan penggawa menjadi bagai minyak dan air? Sudah adil
ayahanda membagi, apa yang menjadi petuahnya janganlah dibantah.
Raja : hamba sudah ditentang dengan
segala upaya ibunda, mungkinkah hamba menyerah demi persaudaaraan?
Ibunda : sekali layar terkembang pantang
berbalik pulang. Tiada sejarahnya raja berserah kepara rasa. Jika penggawa
ingin juga bertahta bawalah ia kepada tanah diujung batas batu kerajaan ini.
disana masih penuh dengan hutan. Kembangkanlah kerajaan baru disana yang kelak
akan menjadi kabanggaan jika ia memulai mendirikan kerajaannya dari mula.
Raja : baiklah ibunda, hamba akan
menyampaikan apa yang menjadi petuah ibunda.
Ibunda : pergilah, dan jangan lupa berikan
beberapa bekal kepada penggawa pedang ini sebagai peninggalan ayahanda dan
kelak akan membuat ia ingat selalu kepada petuah ayahandanya.
Rajapun pergi dengan
sembah terakhirnya. Raja dengan didampingi istrinya pun memanggil pengawa dan
istrinya kembali.
*****
Penggawa : ampun beribu ampun raja datuk
bendahara kami menghadap sesuai tihta raja tuanku. Segala perintah tuanku akan
hamba laksanakan. Maafkan kesalahan patik tuanku. Hamba terlalu serakah akan
tahta.
Raja : tidak apa penggawa, kesalahan
penggawa sudah pula hamba maafkan. Semalam hamba pergi ke ibunda kita dan ia
menyampaikan tihta bahwa penggawa juga boleh menjadi raja. Pergilah ketanah
yang berada diujung batu batas kerajaan Rokan ini, dirikanlah kerajaan disana
mulailah dari awal agar penggawa juga merasakan betapa beharganya kerajaan itu
kelak.
Istri penggawa : kalau
memang itu perintah dari ibunda, patik tentu tidak mampu menolak dan membantah
wahai tuanku, besok akan hamba sendiri yang persiapkan segala yang akan dibawa.
Penggawa : benar tuanku.
Raja : dan bawalah ini sebagai
hadiah dari ibunda
Penggawa dan istri : terimakasih tuanku
Penggawa : kami mohon ampun tuannku
Keeseokan harinya
penggawa pergi bersama istri dan melihat kerajaan baru mereka ternyata begitu
indah. Tanahnya subur dan merekapun menetap disitu. Dan menamainya dengan lubuk
bendaharo.
Penggawa : lihatlah permaisuriku disanalah nanti
akan kita bangun istana dan kerajaan kita.
Permaisuri : iya kanda, apakah nama kerajaan kelak
kanda pimpin?
Penggawa : akan kanda namai kerajaan lubuk
bendahara karna disana ada sebuah lubuk tepat ditengah kerajaan.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar