TUGAS KELOMPOK
Pendekatan
CBSA dan
pendekatan
keterampilan
dalam
proses belajar dan pembelajaran
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN SASTRA MELAYU
KELAS
B
PEKANBARU
KATA
PENGANTAR
Assalamua’laikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing dan seluruh teman-teman yang telah ikut berpartisipsi dalam
penyelesaian makalah, serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Demikianlah makalah ini penulis
buat, dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa sangat jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun dari pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Wassalam.
Pekanbaru, 17 April
2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................
1
A.
Latar
Belakang...................................................................... 1
B.
Tujuan Penulisan................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN………………………………….…………... 2
A.
Pendekatan CBSA………….............................................. 2
B.
Pendekatan keterampilan…………………………………. 6
BAB III PENUTUP
................................................................................. 12
A.
Kesimpulan.......................................................................... 12
B.
Saran
.................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelaku
utama belajar adalah siswa atau pebelajar. Dalam kegiatan pembelajaran,
mengingat sifat interaksi dapat diketahui adanya dua pelaku, yaitu guru dan
siswa, atau pembelajar dan pebelajar. Adanya dua pelaku tersebut menimbulkan
salah mengerti bahwa pelaku utama adalah guru semata. Hal ini ditinggalkan dan
diperbaiki dengan pendekatan CBSA dan pendekatan keterampilan. Dengan kedua pendekatan
ini berarti aturan pembelajaran mengoptimalisasikan pelibatan intelektual emosional-fisik
siswa dalam pemerolehan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Aturan
pembelajaran melalui pendekatan CBSA dan pendekatan keterampilan tersebut
bermaksud membina “Masyarakat belajar” yang berwawasan pendidikan masa seumur
hidup.
B. Tujuan penulisan
1. Untuk
mengetahui makna dari pendekatan CBSA
2. Untuk
mengetahui makna dari pendekatan keterampilan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDEKATAN CBSA
1.
Pengertian Pendekatan CBSA
Pada
umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam
kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar
mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata
hanya menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai
dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan
agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan
diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia.
Piaget memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang
secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus. Pendekatan CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan
yang dipelajari.
CBSA
adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang
tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan
aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif
pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam
bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar
meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah
dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat
melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak
untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.
2.
Dasar-Dasar Pemikiran Pendekatan CBSA
Usaha
penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan
usaha “proses pembangkitan kembali” atau proses pemantapan konsep CBSA yang
telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan kembali dan usaha
peningkatan CBSA dasar dan alasan usaha peningkatan CBSA secara rasional adalah
sebagai berikut:
Rasional
atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali
pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian
pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa
baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga
pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses belajar
mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang
harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh k mauan, kebiasaan
belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik
di sek lah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak, bervariasi
dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belalar. Dalam
hubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi yang dituntut ialah memiliki
kemampuan profesional, mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.
Belajar
menyangkut apa yang harus dikerjakan murid – murid untuk dirinya sendiri. Guru
adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan perahu, tetapi tenaga untuk
menggerakkan perahu tersebut haruslah berasal dari murid yang belajar. Gage dan
Berliner secara sederhana mengungkapkan bahwa belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya. Dengan Penerapan CBSA,
siswa diharapkan akan lebih mampu mengeanal dan mengembangkan kapasitas belajar
dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan
potensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya. Selain itu, siswa diharapkan
lebih terlatih untuk berprakarsa, berfikir secara teratur, kritis, tanggap dan
dapat menyelesaikan masalah sehari–hari, serta lebih terampil dalam menggali,
menjelajah, mencari, dan mengembangkan informasi yang bermakna
baginya ( Raka Joni, 1992 : 1 ). Guru diharapkan bekerja secara
professional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip didaktik
metodik yang berdaya guna dan berhasil guna ( efisien dan efektif ) artinya
guru dapat merekayasa system pembelajaran yang mereka laksanakan secara
sistematis, dengan pemikiran mengapa dan bagaimana menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran aktif ( Raka Joni, 1992 : 11 ). Lambat laun penerapan CBSA pada gilirannya
akan mencetak guru–guru yang potensial dalam menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan alam dan social budaya.
Implikasi
mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar
mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi
makin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran atau
kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa
membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu
(curionsity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan.
Pengalaman belajar akan memberi kesempatan untuk rnelakukan proses belajar
berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai dengan isi materi pelajaran.
Upaya
memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara
bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi peluang
memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini dimaksud
balikan tidak ditunggu sampai ujian akhir tetapi dapat diperoleh pembelajar
dengan segera. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dapat segera
diperbaiki. Jadi, CBSA memberi alasan untuk dilaksanakan penilaian secara
efektif, secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif dan
tes sumatif.
Dilihat
dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LP’TK (Lembaga Pendidikan
Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas
utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar
menggarisbawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung
jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi
pembelajar harus benar-benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri,
pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan
kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan
secara praktik.
3.
Hakikat Pendekatan CBSA
Siswa
pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara
jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan
potensi itu. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa
sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan
mengembangkan keterampilan keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap
dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat
menciptakan siswa belajar aktif. Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan
intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan
terjadinya:
- Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan.
- Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya keterampilan.
- Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap
Walaupun
demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan
intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang
memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa
itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai
kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional
kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien. Dalam
menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi bagian-bagian
kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah
laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku
siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
4.
Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA
Prinsip
CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang
nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses
belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik, Prinsip-Prinsip CBSA
yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
Dimensi
subjek didik :
- Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru.
- Keberanian untuk mencari kesempatan berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar. Hal ini terwujud bila guru bersikap demokratis.
- Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru.
- Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
- Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.
Dimensi
Guru
- Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
- Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
- Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
- Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing.
- Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
Dimensi
Program
- Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
- Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
- Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Dimensi
situasi belajar-mengajar
- Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
- Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar
B. PENDEKATAN KETERAMPILAN
1. Pengertian
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan
keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan
belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif
dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992) . Pendekatan keterampilan
proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai
dengan pelaksaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat
dewasa ini. Dalam pembelajaran matematika pun, pendekatan keterampilan proses
ini sangat cocok digunakan. Struktur matematika yang berpola deduktif
kadang-kadang memerlukan proses kreatif yang induktif. Untuk sampai pada suatu
kesimpulan, kadang-kadang dapat digunakan pengamatan, pengukuran, intuisi,
imajinasi, penerkaan, observasi, induksi bahkan mungkin dengan mencoba-coba.
Pemikiran yang demikian bukanlah kontradiksi, karena banyak objek matematika
yang dikembangkan secara intuitif atau induktif. Pendekatan keterampilan proses
akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu,
pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai
dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan
penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan
membuat hipotesis. Alasannya tentulah sederhana, yaitu agar siswa dapat
menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu
mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar
matematika menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan
tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan yang
sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya. Berdasarkan
uraian di atas, terlihat bahwa keunggulan pendekatan keterampilan proses di
dalam proses pembelajaran, antara lain adalah:
1. Siswa
terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran,
2. Siswa
menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
3. Melatih
siswa untuk berpikir lebih kritis,
4. Melatih
siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran,
5. Mendorong
siswa untuk menemukan konsep-konsep baru,
6. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
Pendekatan
keterampilan proses ini berbeda dengan pendekatan tradisional, karena di dalam
pembelajaran dengan pendekatan tradisional, guru hanya memberikan materi
pelajaran yang berfokus pada pemberian konsep-konsep, informasi, dan fakta yang
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Akibatnya, hasil belajar yang diperoleh siswa
pun hanya terbatas pada aspek pengetahuan saja, sedangkan aplikasinya belum
tentu dapat dilakukan. Padahal di dalam pembelajaran matematika, siswa juga
dituntut untuk mengalihgunakan informasi yang diperolehnya pada bidang lain dan
bahkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa
juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika dalam berbagai
bentuk seperti tabel, grafik, diagram, dan lain-lain. Dengan demikian,
penerapan pendekatan tradisional di dalam pembelajaran matematika tidakkah
cocok. Sedangkan Conny (1990 : 14). mengatakan bahwa ada beberapa alas an yang
melandasi perlu diterapkan pendekatan keterampilan proses (PKP) dalam kegiatan
belajar mengajar yaitu:
1. Perkembangan
ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
2. Para
ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami konsep-konsep
yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkrit.
3. Penemuan
ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen penemuannya
bersifat relative
4. Dalam
proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak
didik.
bbaca juga tugas kuliah semester 2 yang lain https://mytripadventure-rohul01.blogspot.co.id/2017/01/kalam.html dan cerita petualang https://mytripadventure-rohul01.blogspot.co.id/2017/01/cerita-mt-marapi-2891mdpl-kami.html
2. Unsur-unsur
Pendekatan Keterampilan Proses
Adapun
unsur-unsur pendekatan proses keterampilan proses yang mendasar dimaksud adalah
:
a. Mengamati/observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang paling
mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal
terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain (Funk 1985 dalam
Dimiyati, 1909 :142). Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan
dengan panca indera seperti melihat, mendengar, meraba, mencium dan mengecap.
Hal ini sejalan dengan pendapat (Djamarah, 2000 :89). Bahwa "kegiatan
mengamati dapat dilakukan siswa melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar,
meraba, mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi. Jadi kegiatan mengamati
merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan keterampilan dasar dari
siswa, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya
mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupun sekilas mengandung
pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin
siswa melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di
sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya
tanaman, hewan tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar.
b. Mengklasifikasikan
merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai obyek peristiwa
berdasarkan sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan 12 golongan atau
kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud, (Dimiyati, 1999 :142). Untuk
melakukan kegiatan mengkalasifikasikan menurut Djamarah adalah "siswa
dapat belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan, mengkombinasikan,
menggolongkan dan mengelompokkan( Djamarah, 2000 : 89). Melalui keterampilan
mengklasifikasi siswa diharapkan mampu membedakan, menggolongan segala sesuatu
yang ada di sekitar mereka sehingga apa yang mereka lihat sehari-hari dapat
menambah pengetahuan dasar mereka.
c. Mengkomunikasikan
dapat diartikan sebagai "menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan
prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual atau secara visual"
(Dimiyati, 1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat berkembangan dengan baik
pada diri siswa apabila mereka melakukan aktivitas seperti : berdiskusi,
mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang, memperagakan,
mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar dan
penampilan” (Djamarah, 2000). Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa
mengkomunikasikan bukan berarti hanya melalui berbicara saja tetapi bisa juga
dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin lebih baik dari pada
berbicara.
d. Mengukur
Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar siswa dapat mengobservasi
dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan "membandingkan yang
diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan" (Dimiyati,
1999 : 144). Adapun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan mengukur
siswa menurut Conny (1992 :21). Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan
sesuatu, karena pada dasarnya mengukur adalah membandingkan, misalnya saja
siswa membandingkan luas kelas, volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan siswa berbeda-beda tergantung dari tingkat
sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda
kegiatan pengukuran yang dikerjakan.
e.
Memprediksi adalah "antisipasi
atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal yang akan terjadi di waktu yang akan
datang, berdasarkan perkiraan pada pola kecendrungan tertentu, atau hubungan
antara fakta dan konsep dalam ilmu pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).
Menurut (Djamarah, 2000) untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat
dilakukan oleh siswa melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada
kecendrungan/pola. Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat
dilakukan misalnya memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi,
memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan
menggunakan kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu. Pada prinsipnya
memprediksi, observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal yang berbeda,
hal tersebut dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan
melalui panca indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan
dapat diungkapkan dengan, mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan
observasi yang telah dilakukan apa yang akan diharapkan".
f. Menyimpulkan dapat diartikan sebagai
"suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu. Objek atau peristiwa
berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui (Dimiyati, 1999: 145).
Kegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan
pengamatan diketahui bahwa lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat.
Siswa dapat menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan
menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai pengembangan
keterampilan siswa yang dimulai dari kegiatan observasi lapangan tentang apa
yang ada di alam ini.
3. Pentingnya
Pendekatan Keterampilan Proses Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Dimiyati, mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses (PKP) perlu
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai
berikut:
1. Percepatan perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Pengalaman intelektual emosional dan
fisik dibutuhkan agar didapatkan agar hasil belajar yang optimal.
3. Penerapan sikap dan nilai sebagai
pengabdi pencarian abadi kebenaran ini. (Dimiyati,
2002: 137) Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan murid
dalam kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang
mengembangkan keterampilan proses yang dimaksud dengan keterampilan di sini
adalah kemampuan fisik dan mental yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan-kemampuan lain dalam individu.
4. Langkah-langkah Melaksanakan Keterampilan
Proses
Untuk dapat melaksanakan kegiatan
keterampilan proses menurut Djamarah (2002 :92) dalam pembelajaran guru harus
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Pendahuluan
atau pemanasan
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah
mengarahkan siswa pada pokok permasalahan agar mereka siap, baik mental
emosional maupun fisik. Kegiatan pendahuluan atau pemanasan tersebut berupa:
1. Pengulasan atau pengumpulan bahan
yang pernah dialami siswa yang ada hubungannya dengan bahan yang akan
diajarkan.
2. Kegiatan menggugah dan mengarahkan
perhatian perserta didik dengan mengajukan pertanyaan, pendapat dan saran,
menunjukkan gambar atau benda lain yang berhubungan dengan materi yang akan
diberikan.
3. Pelaksanaan proses belajar mengajar
atau bagian inti Dalam kegiatan proses pembelajaran suatu materi, seperti yang
dikemukakan di depan hendaknya selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat
mengembangkan kemampuan proses berupa mengamati, mengklasifikasi,
menginteraksikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan
melaksanakan penelitian serta mengkunikasikan hasil perolehannya yang pada
dasarnya telah ada pada diri siswa.
b) Kegiatan
Inti
kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah
proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses,
meliputi :
1. Menjelaskan bahan pelajaran yang
diikuti peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bangan yang sesuai dengan
keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati
dengan cepat, cermat dan tepat.
2. Merumuskan hasil pengamatan dengan
merinci, mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap
dari kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.
3. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu
dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa atau gejala yang terkandung pada
tiap-tiap kelompok.
4. Meramalkan sebab akibat kejadian
perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat
suatu perlakuan yang berbeda.
5. Menerapkan pengetahuan keterampilan
sikap yang ditentukan atau diperoleh dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau
peristiwa yang baru atau berbeda.
6. Merencanakan penelitian umpamanya
mengadakan percobaan sehubungan dengan masalah yang belum terselesaikan.
7. Mengkomunikasikan hasil kegiatan
pada orang lain dengan diskusi, ceramah mengarang dan lain-lain.
c) Penutup
Setelah melaksanakan proses belajar
tersebut, hendaknya sebagai seorang pendidik untuk :
1. Mengkaji ulang kegiatan yang telah
dilaksanakan serta merumuskan hasil yang telah diperolehnya
2. Mengadakan tes akhir
3. Memberikan tugas-tugas lain .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran CBSA merupakan wujud kegiatan atau unjuk kerja guru. Hampir
dapat dikatakan bahwa guru profesional diduga berkemampuan mengelola
pembelajaran berkadar CBSA tinggi.
Faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran berupa, (1) karakteristik tujuan,
(2) karakteristik mata pelajaran/bidang studi, (3) karakteristik lingkungan/
setting pembelajaran, (4) karakteristik siswa, (5) karakteristik guru dan, (6)
karakteristik bahan/alat pembelajaran. Dari keenam faktor tersebut dapat
diketahui bahwa penentu utama pembelajaran ber CBSA adalah guru yang memahami
kelima karakteristik faktor yang lain.
Pembelajaran ber-CBSA tersebut dapat, dilakukan guru dengan pendekatan
keterampilan proses (PKP) yaitu anutan pengembangan keterampilan-keterampilan
intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar
yang telah ada dalam diri siswa. Dengan PKP siswa akan (1) memperoleh
pengertian yang tepat tentang hakikat pengetahuan, (2) memperoleh kesempatan
bekerja dengan ilmu pengetahuan dan merasa senang, dan (3) memperoleh
kesempatan belajar proses memperoleh dan memproduk ilmu pengetahuan.
B. Saran
Saran penulis bagi seluruh mahasiswa
agar lebih memahami arti dan makna dari pendekatan CBSA dan pendekatan
keterampilan, terutama bagi para calon guru maupun yang sudah menjabat sebagai
guru. Karena melalui pendekatan pembelajaran yang tepat maka tujuan pendidikan
akan terwujudkan.
DAFTAR PUSTAKA
Read more:
http://www.artikelbagus.com/2011/08/pendekatan-pembelajaran-cbsa-cara-belajar-siswa-aktif.html#ixzz3XYQKXhtH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar