Ada beberapa cerita yang datang terinspirasi dari kelas kami nonreg 6B, semuanya saya fiksikan demi keamanan dan kenyamanan.
selamat membaca, jika berkenan tinggalkan komentar kritik dan sarannya.
"salam budaya"
WAKSANGKA
oleh: NR
Sekarang Tina tinggal berdua dengan
Eni setelah ditinggal Uci teman kos mereka ditempat lain, Tina selalu mencari
tahu kemana uci menyewa kos yang baru, siapa yang berteman dengan Uci, apa yang
dikerjakan dan siapa pacarnya sekarang. Ia Tina harus tahu itu semua karna
tanggungjawabnya terhadap laporan yang akan diberitakan kepada ibunya Uci,
pesan ibu Uci yang membuat Tina tak menghiraukan apapun perkataan Uci kepadanya
hingga akhirnya Uci meninggalkan Tina dengan Eni dikos lama mereka. Bukan karna
Tina ketahuan menguntit Uci tapi karna Uci selalu menuduh segala kesalahan atas
peristiwa yang terjadi dikos dan dirinya ia limpahkan kepada Tina. Pernah
sendalnya hilang ia salahkan Uci yang menghilangkannya, juga saat ia didimarahi
ibunya terlambat pulang kerumah ia salahkan juga Tina yang katanya mengadu
kepada ibunya tentang sifatnya yang selalu bermain dulu entah kemana sebelum
pulang kerumah. Namun kali ini sungguh tuduhan itu sudah membuat Tina sedih, ia
difitnah mengotori handuk Uci dengan arang kompor bukan itu saja sebagai
buktinya handuk itu kata Uci juga berbau minyak tanah.
Bagaimana bisa Tina melakukan itu
semua, sedangkan supaya Uci tidak dimarahi ibunya saja Tina rela menunggu
dipersimpangan jalan rumah mereka yang sudah bertetangga sejak mereka SD untuk
sama-sama tiba dirumah supaya ibu Uci tidak mengira anaknya lambat pulang
kuliah karna bermain entah kemana. Uci jarang pulang ke kos, ia lebih sering
nginap ditempat kawannya yang lain. Walau Tina selalu menasehatinya agar tidak
sering keluar malam. Karna alasan Uci tidak pulang adalah kemalaman dijalan.
Terkadang Tina sudah bosan menjadi bualan Uci. Ya, mungkin kali ini Tina
menyerahkan semuanya kepada Uci, entah ia mau tetap tinggal bersama dikos atau
mencari kos yang baru. Tapi dengan syarat ia harus menghilangkan semua pikiran
waksangkanya kepada Tina tentang handuk Uci yang kotor itu.
“Mau kos dimana
Ci?, ingatlah kita dipesankan Ibu selalu sama tempat tinggal”, “Ah, terserah
aku dong, kamu jangan selalu ikut campur urusanku, sampai handuk aku pun kau
ikut-ikutan, kalau mau menengur aku jangan lampiaskan ke handukku dong?”.
Sambil mengambil handuknya yang disangkutkan dibelakang pintu kamar dan
menunjukkan kepada Tina, ia juga menyuruh Tina menciumnya.
“Nah coba kau
cium, bau minyak tanahkan?”.
Tina mencoba tenang, begitulah
kebiasaannya hingga Uci sudah puas melempar semua kesalahan kepadanya kemudian
berlalu pergi. Agar tidak terus dituduh Tina mulai melakukan berbagai
investigasi mengenai handuk itu. Memang
menjadi sebuah misteri handuk Uci yang tidak pernah ia sentuh tiba-tiba hitam
bertahi lalat, seperti ada minyaknya. Ia mencoba mengingat kembali teman-teman
yang pernah bertamu dikos mereka barangkali pernah meminjam atau memakai handuk
Uci, Tapi tidak ada satupun teman yang pernah berlama-lama dikos mereka
jangankan duduk dikamar, masukpun tidak
karna ruangan kos mereka hanya 3x4 itupun sudah sumpek dengan
barang-barang. Ia juga mulai menanyakan
kepada teman sekelas Uci siapa yang punya masalah dengan Uci namun semuanya nihil,
Uci orangnya tidak suka bergaul dan banyak bicara dengan oranglain ia hanya
sibuk dengan dirinya sendiri bahkan sebagian teman sekelasnya tidak tahu ada
mahasiswa dikelas itu yang bernama Uci adiningsih.
Sudah dua hari sejak perginya Uci,
memang Tina sedikit lega tidak perlu lagi menasehati dan melihat perangai Uci
yang selalu lalai dalam kuliahnya, selalu bangun terlambat, Tina harus menunggu
giliran mandi karna Uci mandinya hampir sejam-an, atau harus menunggu Uci
berdandan hingga Tina pun ikut terlambat. Namun apapun terjadi Tina terkenang
selalu dengan petuah emaknya dikampung. “Keluarga Uci itu sudah lama menjadi
tetangga kita, Ibunya sangat baik dengan emak, kau masih ingat saat ayah tujuh
tahun merantau dulu ibunya setiap hari menanyakan lauk kita apa, dan memberikan
setengah lauknya jika kita tidak punya apa-apa untuk dimasak”.
Tina tidak ingin merusak hubungan
keluarga mereka. Ia berfikir haruskah memberitahu emak dengan tuduhan Uci
terhadap hal yang tak dilakukannya. Pasti emaknya akan tetap menyalahkannya.
Namun Tina tidak bisa menyelesaikan
masalahnya ini sendiri. Tina akhirnya meminta pertolongan pada Eni, yang juga
sudah tahu permasalahannya. Kali ini ia sedikit lega karna Eni yang kuliah
difakultas hukum banyak mengajarinya berbagai hal tentang hukum dan
investigasi. Mereka berdua memulai dengan mengingat kapan terakhir kali Uci
memakai handuknya, dimana posisi handuk selama Uci pergi, berapa kali handuk
itu dicuci. “Hahahaha, seperti detektif saja kita” Tina tertawa lepas setelah
Eni memberitahu langkah-langkah untuk menyelesaikan kasus ini. Dengan cermat
Tina membuka sms terakhir saat Uci sedang mandi minta diambilkan handuk. Hingga
benda-benda yang berada dekat disekitar handuk itu. Semua seluk-beluk handuk
itu telah Tina cermati hingga ia sudah
hafal detailnya. Tapi sudah empat hari mereka berdua dibuat pusing, karna tidak
ada alasan penyebab handuk Uci tiba-tiba hitam.
Besok hari terakhir mereka kuliah
dan akan cuti lama sekitar dua bulan. Jika Tina
tidak menyelesaikan masalah ini maka ia akan pulang dengan melihat wajah
musam Uci selama dikampung dan itu akan memulai perselisihan antara ia dan
emaknya. Hingga tengah malam Tina belum
juga bisa memejamkan mata sedetikpun, ia terus memikirkan handuk itu, bayangan
Uci yang menuduhnya sunggah hal yang sangat menyedihkan yang ia terima seumur
hidupnya. Ya, walaupun keluarganya miskin ia tak pernah diajarkan orangtuanya
untuk dendam kepada oranglain apalagi kepada Uci. Tina sungguh melakukan investigasi ini untuk
mengembalikan harga dirinya atas tuduhan Uci. Otaknya tak berhenti berfikir,
sepertinya ia melihat burung sudah berputar-putar dimatanya. Ayam pun sudah
mulai berkokok pertanda sebentar lagi akan subuh. Tina berdiri kemudian duduk,
berdiri lalu duduk. Berulang-ulang kali ia lakukan demi menyelesaikan benang
kusut yang ada dikepalanya. Sesekali ia berjalan menuju handuk yang tersangkut
dibelakang pintu yang sengaja ditinggal Uci sebab kemarahannya. Ia bolak-balik
handuk itu lalu melihat kain handuk kecil Eni dan handuknya juga yang
tergantung bersebelahan dengan punya Uci. Ia melihat ada sesuatu juga pada
handuk Eni. Lalu ia kembali tidur, “besok langit akan cerah menyambut
bangunku”, Dengan merebahkan tubuhnya Tina terlelap.
Pagi-pagi sekali Tina sudah bersiap,
Eni hanya termenung melihat gerak-gerik Tina penuh semangat padahal ia tahu
keresahan Tina sejak semalam, namun Eni tidak ingin menganggu kelincahan Tina
dan merusak suasana hatinya yang ceria pagi ini. dengan senyuman Tina kemudian
menelfon Uci dan menyuruhnya datang kekos untuk menyelaskan semua permasalahan
mereka dan minta maaf. “Ci, datang yah ke kosku sekarang ada yang ingin aku
sampaikan”. Lima menit kemudian Uci muncul dengan wajah kesal yang biasa ia
tunjukkan pada Tina. Dengan kekuatan yang sudah Tina kumpulkan sejak tadi malam
ia memulai penjelasannya.
“Ni Ci, handukmu
terkena jamur, itulah sebabnya ia berwarna hitam bertumpuk-tumpuk, lihatlah
handuk Eni, handuk aku juga begitu kan, lalu handuk ini tidak pernah dicuci
sudah sejak lama, itu membuat jamur cepat berkembang, dan lagi diatas loteng
kamar itu bocor, karna terkena tetesan hujan jadinya bintik-bintik hitam juga.”
Tina memberikan ketiga handuk yang berada ditangannya kepada Uci. Uci seperti
disambar petir, mukanya memerah malu, mulutnya tak mampu berkata sepatahpun.
Tina meminta maaf sambil mengulurkan tangannya terlebih dahulu, persis seperti
yang diajarkan ibunya, salah ataupun benar tetap orang yang lebih dahulu
mengulurkan tanganlah yang lebih mulia. Uci menyambut tangan Tina.
“Maafkan aku
Tin, kau memang tak berubah” Kedua teman lama itu berpelukan.
baca juga cerpen https://mytripadventure-rohul01.blogspot.co.id/2016/11/cerpen-yang-tak-terbit-terbit.html
baca juga cerpen https://mytripadventure-rohul01.blogspot.co.id/2016/11/cerpen-yang-tak-terbit-terbit.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar