Selasa, 16 Januari 2018

HARGAILAH PROSES-MATICBOY BACKPACKER

HARGAILAH PROSES


Sulit bagi kami untuk memberikan judul tulisannya. Sepertinya ini lebih kepada curhatan hati. Setelah pengresmian objek wisata di dusun Cipang kiri hulu desa Sei Kijang oleh tim sadar wisata Maticboy backpacker bersama komunitas penulis lenggok media production Rokan Hulu yang berjalan lancar dan sangat memuaskan. Sehari setelah selesai kegiatan kami dikejutkan dengan informasi dan wacana-wacana dari berbagai sumber, melihat dan menghadapi langsung chat dari berbagai pihak yang berargument bahwa sistem kami yang tidak valid, kontribusi 50.000 itu terlalu tinggi, mereka sampai menanyakan apakah kami pribumi atau tidak.

Kami yang hanya penggerak ekowisata ini tak mengerti pertanyaan ini mengarah kemana?

Pertama jika soal harga 50.000 itu sebagai kontribusinya terbilang mahal dengan fasilitas yang kami berikan :
Wisata samudra awan
Puncak paralayang
Bukit tungkus nasi dengan beberapa spot foto sederhana
Hulu mentawai dengan keindahan airnya
Penggilingan nilam, dengan nilai sejarahnya
Air terun cacorei manih
Tenda Camping malam, api unggun, bakar ubi
Pertunjukan tradisi silat oleh pendekar setempat
Pembacaan puisi alam dan musikalisasi puisi
Sejarahwan, seniman nasional dan internasional,diskusi budaya
Makan malam, snack dan teh/kopi pagi
Pemandu wisata
Keamanan

Jika 50.000 itu mahal, baiklah kami akan beri gratis untuk fasilitas semua diatas sana. Tapi kami hanya minta ganti rugi atas :
Waktu yang sudah dua bulan lama kami bersembilan orang bertungkus lumut dari tempat kerja di Ujungbatu pergi-pulang ke sana dengan jarak tempuh lebih kurang 2 jam berhujan panas hingga pulang tengah malam.
Peralatan. Paku (yang sampai sekarang masih menghutang dikedai) kayu dll
Tenaga. Membuat rumah pohon, tempat duduk, membersihkan sampah orang dan kelompok yang katanya pecinta alam terkenal diIndonesia Raya ini, fasilitas seperti mushallah yang dijadikan tempat bakar api unggun dan coretan carutan dan kata-kata yang kotor lainnya. Jalan yang licin akibat longsor yang sudah bertahun-tahun hingga tim kami mengalami luka dan cidera lainnya. Sampai menghadapi ancaman harimau yang lewat disisi tenda kami.
Materi : Pernahkah terfikirkan oleh (sensor) kami yang menahan lapar semalaman berkemah menata tempat itu? siapakah yang membiayai kami ? kami mengeluarkan uang sendiri. Sampai sekarang ini tenda kami didonasikan oleh salah seorang tim kami seharga 1 juta 2 ratus rupiah yang belum bisa kami tebus. Minyak motor yang kami beli sendiri setiap pergi dan pulang. Makan cari sendiri.
Belum lagi urusan kerja yang menuntut kami harus tepat waktu untuk bekerja. karna kami juga harus menghidupi keluarga kami.
Bisakah kalian mengantikan upaya kami memberikan pengertian selama ini kepada pemuda setempat akan kesadaran potensi desanya. Dan akhirnya salah seorang pemuda lulusan sarjana sejarah mau ikut berpartisipasi memajukan desanya dengan menetap kembali dari kota ke desanya yang jauh dari kata mewah meninggalkan jabatannya dikota demi tanggungjawab sebagai orang yang berilmu didesanya.









Kami kira siapapun tidak akan bisa mengantikan itu semua. Nominal angka berupa Rupiah tidak akan mampu membayar lelah fikiran, tenaga dan waktu kami.

Saat kegiatan pengresmian yang lalu, ada sekelompok wisatawan yang protes akan kehadiran mereka sebelum-sebelumnya tidak apa-apa alias tidak ada komen dari masyarakat kampung. Lalu saya bertanya? Masyarakat disini adalah mereka yang beradab apakah kalian sudah minta izin ke salah satu perangkat desa untuk camping disana, mondar mandir dikampungnya, menyebarkan sampah disana? Mereka tak mampu menjawabnya. Saya juga menanyakan apakah kalian tahu pantang larang diatas sana yang masih kuat mengandung magis? Jika sampai kalian melanggarnya maka sesuatu akan terjadi?.

Baiklah kami harap siapapun yang ingin masuk dan menikmati alam desa kami harus menjunjung tinggi sportifitas dalam bertamu. “Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung”. Saat berada dikampung kami patuhi dan hormatilah aturan kami. Toh itu semua demi keamanan, kenyamanan wisatawan terhadap desa yang masih kental dengan adat, adab, budya dan tradisinya.

Kami kemanapun kami berwisata kami juga memberikan kontribusi yang sama, sekalipun atas nama urusan pemerintah yang pernah sekitar 4 bulan lalu kami membawa para wartawan, teman budayawan dan seniman penyair dari provinsi untuk mengenalkan Rokan Hulu ini kami juga dikenai tiket masuk disemua objek wisata. Mereka pihak pemerintahan mengatakan “Kalian harus bayar juga, kapan lagi kalian mengabdi dan memberi kepada pemerintah kalian” nah sekarang kami juga akan mengembalikan kata-kata itu kembali “Kalian juga harus bayar, kapan lagi kalian akan mengabdi dan memberi kepada rakyat kalian”. DEAL ????

Ini bukan dendam, ini juga bukan pembalasan. Tapi ini bentuk sportifitas dan keadilan. Kami juga bukan ustad, bukan alim ulama, bukan guru yang mau mengajari apalagi mendikte pihak manapun. Kami hanya pemuda-pemuda yang yakin bahwa desa kami sangat besar potensinya untuk objek wisata yang tentunya dengan segala budaya dan tradisinya mampu membangkitkan ekonomi mereka.

Kami hanya ingin menjaga alam dan lingkungan kami. Membangkitkan perekonomian masyarakat, melestarikan budaya, menjaga tradisi desa dan membangkitkan kesadaran pentingnya literasi desa.
Jika berkenan silahkan hubungi kami dan kita akan berdiskusi. SETUJU? 082388859812.

Baik dari pihak komunitas, kelompok, pribadi, pemerintah atau presiden sekalipun. Jika tidak mau membayar kontribusi seharga 50 ribu tersebut silahkan berikan kami kontribusi yang lain yang bermanfaat bagi perekonomian masyarakat desa kami, bukan kata-kata manis atau sanjungan seperti proposal yang sudah hampir 10 tahun diajukan pihak desa tak kunjung cair. Kami tidak lagi mengharapkan uluran tangan atau dana apapun lagi, kami akan terus bergerak demi perekonomian desa kami.

Sebagai informasi juga untuk tiket masuk ke objek wisata kami akan kami naikkan. Jika ada yang bilang kami keras kepala, ego tinggi dll kami terima karna kami memang begitu, jika tidak keras kepala kami tidak akan bisa membujuk para pemuda disana bekerjasama, jika tidak ada ego kami tidak akan mampu bertahan tanpa siapapun sampai sekarang ini.

Jikapun setelah ini ada pihak yang ingin memberikan kontribusi lebih kami persilahkan, jika tidak ada kami tidak  pernah meminta.

Jangan pernah lagi memberikan janji-janji manis “besok akan ini, besok akan itu” Atau janji ingin mempromosikan kami. Berikan saja yang bisa kami gunakan saat ini. Karna kami tak butuh gelar, ketenaran, jabatan dan pangkat untuk menjadikan kami kelompok yang ingin memajukan ekonomi masyarakat desa yang tanpa internet hidup setiap hari dalam ketakutan isu wacana desa mereka akan ditenggelamkan untuk sebuah waduk. Kami tak perlu di ekspos lagi karna kami sudah sangat familiar dan terkenal baik didalam atau diluar kota. kami buat web sendiri yang untuk satu artikel mengenai objek wisata ini belum 24 jam pembaca kami sudah 1345. Whatsap kami juga sudah dipenuhi dengan mereka yang mencintai alam bukan hanya ingin mengeksplor namun juga cinta akan tradisi dan budayanya serta mengormati adab dan adat juga.

Bersambung..............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...