Jumat, 06 Juli 2018

Analisis Cerpen-semester 6

KISAH CINTA DIDALAM DUA DUNIA PADA CERPEN “MENYURATI KEMATIANMU JELAGA”, KARYA JEFRI ALMALAY


Saat memulai membaca cerpen “Menyurati Kematianmu Jelaga” karya Jefri Almalay ini saya kira ini adalah sebuah cerita percintaan yang umum terjadi pada manusia, keromantisme sangat jelas saya rasakan ketika mengikuti alur cerita ini paragraf demi paragraf, kegelisahan seorang kekasih (Aku) yang wajar terhadap pasangannya (Jelaga) tidak ada yang aneh, semuanya normal layaknya cerita didalam dunia perfilman. Namun saat saya berada pada detik-detik terakhir cerpen ini membuat imajinasi saya bergejolak tentang ending ceritanya yang akan sangat sedih terganggu ketika mata saya tertuju pada satu kalimat yang saya baca hingga lebih dari dua kali yaitu “.............Komplek Bandar Seni Raja Ali Haji........” Bagaimana bisa cerpen dengan jumlah kata 1767 kata mengalami perubahan dunianya hanya dengan mendapat pengaruh tidak lebih dari 60 kata. Oleh karna itu saya berniat mengulang kembali pembacaan cerpen ini, namun kali ini dengan dunia yang berbeda tidak lagi dengan pandangan imaji sebagai seorang kekasih namun sebagai seorang pelaku seni terhadap lingkungannya. Kemudian menyimpulkan bahwa cerpen adiluhung ini patut untuk saya cermati dari segi penyatuan dua kisah cinta pada dua dunianya yang ditulis oleh Jefri Al Malay.

Pertama adalah dunia imaji romantisme
Romantisme yaitu suatu faham yang idealis melihat kehidupan nyata manusia dari perspektif dunia yang ideal yang sempurna sehingga menjadi suasana yang didalamnya seimbang dan harmonis seperti kehidupan di surga (faruk: 1995). Ciri-ciri Romantisme menurut Wellek melalui Faruk (1995:143) menyatakan bahwa romantisme berusaha keras untuk mengatasi keterpisahan antara subjek dengan obyek diri dan kesadaran dengan ketaksadaran yang melalui imajinasi-imajinasi, simbol dan mite. Lebih menonjolkan dunia idea daripada dunia nyata. Romantisme dalam karya sastra adalah mengutamakan perasaan. Romantisme ini timbul sebagai reaksi terhadap rasionalisme yang menganggap segala rahasia alam bisa diselidiki dan diterangkan oleh akal manusia. Romantisme dianggap sebagai aliran yang lebih mementingkan penggunaan bahasa yang indah, mengawang ke alam mimpi, pengalaman romantisme adalah pengalaman yang hanya terjadi dalam angan-angan, seperti lamunan muda-mudi dengan kekasihnya.

Begitulah keadaan dunia romantisme yang ada dalam cerpen ini ketika kita membaca cerpen “Menyurati Kematianmu, Jelaga” karya Jefri Almalay, hampir keseluruhan cerita adalah sebuah perjalanan kisah romantisme, energi cinta begitu kuat hingga kita akan dilambung tinggi pada dunia kemesraan sepasang kekasih yang telah merajut rasa dan memiliki hubungan yang sangat intim. Cerita yang dikemas sedemikian rupa menjadi sebuah perjalanan kisah kekasih yang memadu asmara bagaikan perjalanan cinta yang begitu nyata. Penokohan cerita yang mengedepankan rasa cinta seorang wanita kepada kekasihnya begitu kokoh terasa saat kita menapaki cerita disetiap paragrafnya, dunia romantisme membawa kita kekhayalan atau bahkan bernostalgia pada masa-masa kegelisahan sebagai seorang kekasih yang kebanyakan dirasakan oleh manusia. Aku didalam cerpen ini adalah tokoh yang paling menonjolkan diri. Karna sudah alamiah seorang perempuanlah yang selalu mengalami dilema didalam menghadapi masalah percintaan. Tokoh Aku jugalah yang mengalami konflik batin sehingga ia hanya mengikuti suara hatinya yaitu bisikan cintanya. Tokoh Aku hanya bisa menyurati kekasihnya dengan kata-kata penuh kenangan indah bersama kekasihnya yang diwujudkan pengarang seperti judul cerpen ini yaitu “Menyurati Kematianmu, Jelaga”.
Tokoh Aku adalah seorang wanita yang pada cerpen ini berada didalam kegalauan, ia bersedih akan kekasihnya yang tinggal menghitung jam akan dibunuh oleh sekelompok orang. Begitu banyak jasa kekasihnya yang bernama Jelaga itu tapi ia tetap akan dibunuh. Mungkin Jelaga adalah seorang pejuang masyarakat didalam cerpen ini. seperti tertulis pada paragraf berikut :
“Salah apa dirimu Jelaga? Sungguh berkali-kali aku masih coba meyakinkan diri bahwa ini bukanlah realita. Bahwa kau tak mungkin dibunuh setelah berpuluh tahun turut memberi warna dan haruman, mulai dari ceruk kampung hingga memacak tugu sejarah di tengah-tengah kota. Memang kerjamu belum tuntas Jelaga, semua orang tahu itu. Pekerjaanmu tak mudah dengan hanya merancang-rancang belaka tapi harus dibuktikan dengan tindakan, itulah tekadmu.”
“Lalu, apakah karena pekerjaan tak selesai itu lantas kau disingkirkan begitu saja? Dipelanyak dalam riuh rendahnya bandar? Tentu saja aku tak menerimanya sekaligus tak bisa berbuat apa-apa karena aku wanita, ya aku rakyat biasa serupa denganmu. Hanya bisa menampung isak tangis sambil menghidupkan irama langgam dalam nada-nada yang meluluhlantakkan jiwa”
Tokoh Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya selepas kematian Jelaga, kenangan yang mereka ciptakan begitu manis untuk dilupakan. Karna Jelagalah “Aku” mampu merubah dirinya dari pribadi yang kaku menjadi pribadi yang lebih baik. Namun sepertinya Jelaga juga sudah tahu dengan rencana pembunuhan dirinya, Si Aku melihat tidak ada kekhawatiran didalam diri Jelaga. Tokoh Aku lebih memilih menjauh dari Jelaga menjelang detik-detik kematian kekasihnya itu, karna tidak sanggup melihat langsung pembunuhan Jelaga atau mungkin “Aku” kecewa dengan sikap Jelaga karna Jelaga yang juga seorang pemain perempuan, seperti pada kalimat berikut :
“Aku di kejauhan ini akhirnya hanya bisa bersak wasangka bahwa barangkali saja kebersamaanmu di detik-detik terakhir itu hanyalah bersama sekawanan perempuan seperti diriku yang tetap tak dapat berbuat apa-apa. Ah... aku jadi makin cemburu memikirkannya”.
Pada akhir cerpen ini baru kemudian Jelaga muncul memberikan pesan terakhirnya yang berbunyi :
“Dengar sayang...ini aku Jelaga. Jika kau terbangun dari tidur dan merasa sia-sia disebabkan hari itu kau menyadari adalah akhir dari hidupmu jelang esoknya sementara kau belum berbuat apa-apa dalam hidup ini, maka di sisa waktunya mulailah berbuat sesuatu yang berarti”.
Tidak banyak yang dapat dilakukan “Aku” untuk Jelaga diakhir kematiannya, tokoh Aku tetap memikirkan bagaimana pengurusan mayat Jelaga, karna orang yang membunuhnya tidak akan mau mengurus mayatnya, “aku” kemudian pergi dengan membawa batu nisan berukirkan nama kekasihnya itu.

Kedua adalah realita didunia nyata
Setelah hampir sampai pada paragraf terakhir semuanya tidak ada yang janggal, namun ketika paragraf berikutnya membuat kebingungan. Satu paragraf ini terselip sebelum paragraf penutup:
“Kau lahir dan mati di sana, ya akan kuukir alamatmu itu dengan ukiran kaligrafi yang paling indah. ‘’Jelaga (kekasih hati) lahir dan mati di Komplek Bandar Seni Raja Ali Haji. Jl Jend Sudirman Pekanbaru-Riau’’.
Kemudian saya mengulang membaca untuk yang kedua kalinya, dengan sudut pandang realita yang terjadi pada pecinta seni dikala itu. saya berusaha lari dari keromantisan cerita yang diperankan oleh tokoh Aku dan kekasihnya Jelaga. Saya mencoba kembali kealam nyata menapaki lagi dunia yang penuh dengan kemelut permasalahan kemanusiaan. Kali ini saya akan namai “Aku” itu sebagai seniman dan “Jelaga” sebagai Komplek Bandar  Seni Raja Ali Haji. Jika pembaca jeli pemakaian nama Jelaga juga sebenarnya sudah memberikan kita pertanda bahwa ada sesuatu yang penting yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca, dalam kamus bahasa melayu Jelaga berarti kerak arang yang melekat pada periuk. Wacana ini tentu memberikan kita tanda bahwa kisah Jelaga akan ditulis sesuai dengan arti namanya.
Cerita bemula dari kecintaan seorang seniman kepada tempat yang sudah membesarkan namanya, tempat ia menimba ilmu mengasah bakat seninya namun ia bersedih saat tahu kabar bahwa Bandar Serai tempatnya menimba ilmu itu akan diporak porandakan demi kepentingan pihak tertentu, walaupun mereka tahu bepuluh-puluh tahun Bandar serai memberikan sumbangsih dalam Negrinya, salahsatunya dinobatkan sebagai penyelenggaraan MTQ Nasional ke XVII, tahun 1994. Kesedihan seniman kemudian berlanjut ketika mengingat kenangan yang ia lalui saat berada di Bandar Serai, sejarah yang terukir dalam peristiwa-peristiwa disana tidak dapat dilupakan oleh seniman. Disana jugalah telah lahir begitu banyak seniman-seniman berkualitas yang membanggakan Negri ini, Namun apalah daya seorang seniman hanyalah pelaku seni, keputusan sudah ditentukan dan tidak boleh ada yang membangkang, kalau tidak ingin disingkirkan juga seperti Bandar Serai itu. Ia begitu bingung dan hampir putus asa saat itu. Namun bagaimanapun seniman sadar walau ia tidak mampu berbuat apa-apa dengan waktu yang masih tersisa, ia hanya bisa berterimakasih pada Bandar Serai yang telah memberinya pelajaran berharga tentang kehidupan seni yaitu berkesenian tidak akan berhenti dengan runtuhnya sejarah Bandar Serai, ia tetap harus bergiat demi kemajuan seni, memberikan karya-karya terbaik kepada Negrinya yang telah ia dapat selama ini dari Bandar Serai.
Demikian kedua kisah cinta dengan dunia yang berbeda, yang jika kita ingin menemukan makna sebenarnya kita harus jeli dengan kata demi kata cinta yang pengarang tulis. Tarigan, sastra adalah merupakan objek bagi pengarang dalam mengungkapkan gejolak emosinya, misalnya perasaan sedih, kecewa, senang dan lain sebagainya. Begitulah yang menjadi tujuan diciptakannya karya ini yang pada setiap paragraf penulis begitu cermat menyisipkan kata yang menjadi pertanda atau simbol dari tujuannya, menyingkap fakta yang terjadi pada Bandar Seni Raja Ali Haji. Saya kira pengarang memang memiliki kemampuan memasukan dua dunia kedalam cerpen  “Menyurati Kematianmu Jelaga”. Yang bait perbait memiliki makna tersendiri kemudian terpisah dari dunia nyata namun akhirnya kita akan disadarkan pada kehidupan nyata, fakta yang sedang terjadi disekitar kita, permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat kita. Bukan tanpa alasan cerpen ini ditulis dengan begitu keyakinan memasuki dua dunia sekaligus, karna ada kepentingan tertentu yang sangat ingin disampaikan oleh pengarang namun ia tidak mahu membuat pembaca menonton pada tulisan yang hanya akan menimbulkan kecamukan dan keresahan pada masyarakat mengenai permasalahan yang sedang diceritakan, seperti yang diungkapkan Ahmad Badrun, berpendapat bahwa sasta adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis-garis simbol lain sebagai alat, dan bersifat imajinatif. Yang pada paragraf terakhir akan jelas terlihat maksud penulis, namun kita akan tetap terbawa arus untuk menikmati romantisme cerpen ini sebelum mengetahui itu semua.
Tokoh Aku yang memainkan perannya sebagai wanita dan aku adalah sebagai para seniman dalam dunia mereka yang berbeda. Walaupun dunia peran mereka berbeda namun kisah cinta dari dua dunia ini saya yakini adalah rasa yang sama dialaminya oleh wanita kepada seorang kekasihnya ataupun yang dialami oleh seorang seniman kepada tempat ia belajar dan menimba ilmu dengan segala aktivitas kesenian yang ia jalani disana. “Aku” didalam dunia nyata adalah sebuah benda mati yaitu Komplek Bandar Seni Raja Ali Haji, pemberian roh kepada Bandar Seni Raja Ali Haji, tidak akan bisa kita rasakan jika kita tidak menyelesaikan dengan seksama pembacaan cerpen ini. Pengarang telah memberikan sensasi yang berbeda kepada pembacanya, ketika pembaca memasuki dunia asmara dan sedang begitu menikmati keromantisme cerpen ini, hingga ia sudah terbawa pada imajinasinya dalam permainan rasa yang menembuh akalnya. Namun pada bagian terakhir cerpen ia akan dibuat dilema hanya karna beberapa kalimat yang ia temui. Seorang pembaca kehilangan arah kemana tujuan romantismenya yang sudah susah payah ia wujudkan didalam dunia imajinasinya sejak awal. Karna itu sebagai pembaca juga mesti menentukan pilihannya, menentukan dunia mana yang akan ia tempati pada cerpen “Menyurati Kematianmu Jelaga”. Yaitu apakah akan tetap tinggal pada dunia keromantisme yang telah diciptakan oleh pengarang dari pengungkapan bahasa yang indah melalui bait kata-katanya atau mengulang membaca sekali lagi cerpen ini untuk masuk kedunia realita dan mengetahui permasalahan dunia yang menjadi tujuan utama pengarang sebenarnya.

cerpen menyurati kematianmu jelaga dapat dibaca di sini :
https://mytripadventure-rohul01.blogspot.com/2018/07/cerpen-menyurati-kamatianmu-jelaga.html?m=1

Nama :    Nur atika Roesli
Tempat/ tanggal lahir :    Sibiruang Kampar Hulu XIII Koto Kampar, 02 Desember 1988
Alamat              :  RK. Harapan, Komplek Syuhada No. 3 Ujungbatu, Kelurahan Ujungbatu,   Kec. Ujungbatu, Kab. Rokan Hulu, Pasirpengarayan
Status :    Alumni Mahasiswa FIB sastra melayu UNILAK
Nomor hp. :    0823-8885-9812

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...