Rabu, 14 Oktober 2020

Artikel Mahasiswa Stkip rokania.

 "Hidung dan mulut sama pentingnya dengan perut"

Ervina

Mahasiswa STKIP Rokania

Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Covid-19 menjadi salah satu musuh utama umat manusia saat ini. Tidak hanya di Indonesia tapi juga didunia. Hingga saat ini kurang lebih 35,1 juta kasus positif didunia  dan Amerika serikat menjadi Negara pertama yang menjadi Negara dengan kasus positif terbanyak yakni 7,44 juta dan 210 ribu meninggal dunia. Sedangkan  di Indonesia kasus positif corona  menjadi 303 ribu kasus dan kasus terbesar masih ditempati oleh Provinsi Jakarta dengan 78.850 kasus dan 1.755 yang meninggal dunnia. Sejak awal kemunculan kasus ini belum bisa dipastikan apakah corona ini virus atau kah bakteri. Hingga para ilmuan diduniapun berlomba-lomba mencari obat atau anti virus terhadap penyakit ini yang sekarang telah menjadi kasus kuar biasa didunia. 

Seiring dengan bertambahnya kasus positif corona di Indonesia ,maka Menteri Kesehatan melalui putusannya KMK No.HK.01.07-Menkes-302-2020 mengeluarkan keputusan resmi yakni tentang peotokol Kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum dalam rangka pencegahan covid-, meminta masyarakat untuk rajin mencuci tangan, menjaga jarak, tidak bepergian, tidak beraktifitas diluar rumah, menghindari kerumunan, memakai anti septic, tidak mengadakan kontak fisik dan tidak lupa selalu memakai masker. Tidak hanya sampai disitu, belajar dari rumahpun harus dilakukan untuk menekan anagka positif corona serta bekerja dari rumah.

Sedangkan pada kenyataannya bekerja dari rumahpun tidak semua mampu melakukannya dikarenakan dapur yang harus selalu mengepul. Corona yang emminta kita untuk  tetap menjaga kesehatan, menjaga jarak, menghindri kerumunan, tapi disisi lain, bagaimanakah dengan urusan perut?. Bagi para pebisnis mungin saja bisa dilakukan, lalau bagi para pedanggang kecil yangberada dipasar?. Tidakkah itu begitu sulit?.  

Saat ini pemerintah menerjunkan  aparat kepolisisn serta TNI untuk ikut menertib kan masyarakat untuk selalu memakai masker jika harus keluar rumah. Semakin hari razia maskerpun semakin gencar dillakukan. Masker yang seharusnya hanya berupa kain penutup hidung dan mulut itu sudah menjadi kebutuhan pokok dengan berbagai bentuk dan kualitas, bahkan kebutuhan masker ini melebihi penting kebutuhan perut. Ada banyak pembagian masker dijalanan namun masker itu hanya untuk sekali pakai dan belakangan sudah ada kriteria masker yang boleh dan tidak boleh dipakai. Razia kenderaan bermotor juga bukan lagi fokus pada pemeriksaan kelengkapan surat dan ketertiban lalu lintas namun razia lebih diutamakan pemakaian masker.

Demi tetap menjaga perekonomian masyarakat, pemerintah memperbolehkan diadakannya jual beli namun, tetap mengikuti protocol kesehatan dengan tetap menggunakan masker. Dikarenakan virus corona ini bisa menyerang siapa saja tidak hanya lansia, dewasa, bahkan anak-anakpun bisa terjangkit dengan mudah melalui percikan air liur. Dan masker menjadi salah satu senjata terhebat untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini serta kembali memulihkan peekonomian dunia beserta sector yang lainnya.

Agar tetap bisa menjalankan kegiatan dan membuat dapur mengepul, maka salah satu hal terpenting untuk saat ini adalah memakai masker serta menjaga jarak dan mengikuti protocol kesehatan. Sebab ancaman virus ini bukanlah fatamorgana adanya, namun iya nyata. Jadi, hendaklah tetap memakai masker jika harus melakukan kegiatan diluar rumah.

Pertanyaannya adalah adilkah untuk rakyat menengah kebawah bahwa masker sangat diutamakan daripada perut mereka? mereka yang merupakan pekerja harian, buruh lepas, pemulung dan pekerja jalanan lainnya tak sanggup membeli masker walaupun harganya hanya 5000 rupiah, tapi mereka memerlukan waktu seharian demi menggumpulkan uang sebanyak itu, memang ada bantuan dari pemerintah ada rakyat miskin, namun kenyataannya tidak semua tersentuh dan bahkan ada beberapa keluarga yang sudah meninggal sebab kelaparan akibat pandemi ini.

Dari kenyataan tersebut pemerintah hendaknya juga mempersiapkan solusi yang praktis untuk rakyat miskin, karna mereka serba kekurangan terhadap situasi seperti ini. Kurangnya ilmu teknologi yang mengakibatkan informasi tidak banyak yang bisa dipelajarinya, kurangnya perlindungan mereka terhadap situasi pandemi bahkan kurangnya kepedulian mereka itu karna mereka lebih mengutamakan perut mereka daripada hidung dan mulut mereka. Bahkan ada pepatah rakyat miskin ini mengatakan "Lebih baik berkelahi dengan manusia daripada bertengkar dengan cacing perut". 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...