Minggu, 20 Agustus 2017

CERITA RAKYAT ROHUL-FABEL-KANCIL DAN LINGKITANG OLEH NUR ATIKA ROESLI ROHUL

Kancil dan Lingkitang

Pada zaman dahulu di sepanjang aliran sungai  desa Pematang Tebih tinggallah kancil sang penguasa daratan dan lingkitang sang penguasa sungai yang hidup bersahabat, kancil selalu mendapatkan semua yang di inginkannya karena dia memilki kekuatan kecepatan dan  tubuh yang kuat. Setiap hari saat  si kancil pergi mencari makanan ia melewati dan berjalan disepanjang aliran sungai tersebut dan ketika pulang sikancil selalu singgah di pematang tempat lingkitang tinggal untuk meminum air sungai. Kancil selalu menyapanya, melihat lingkitang yang  tidak pernah beranjak jauh dari pematang tempatnya tinggal kancil juga sering menertawakan lingkitang dengan memanggil lingkitang sebagai  binatang yang paling lambat didunia ini. Awalnya lingkitang tidak marah, lingkitang hanya tersenyum karna dihutan itu sikancil adalah salahsatu teman yang selalu setia mengunjunginya setiap hari. Namun suatu hari saat musim kemarau tiba air sudah mulai surut kancil tetap menertawakan lingkitang yang sebagian telah diburu oleh penduduk. Lingkitang pun menjadi marah. Lingkitang melarang kancil untuk melewati aliran sungai itu dan sebagai penguasa sungai, lingkitang tidak mengizinkan kancil minum disepanjang aliran sungai di desa Pematang Tebih lagi.
Di suatu siang yang terik kancil dalam keadaan kelaparan dan kehausan pergi menemui lingkitang untuk berunding agar mengizinkannya melewati pematang itu. Karna hanya diseberang pematang terdapat sumber makanan dan agar sikancil dapat menenguk kembali satu-satunya sumber air dihutan itu. Setelah berhadapan dengan lingkitang, yang di dapat kancil hanyalah penolakan walaupun kancil sudah meminta maaf dan berjanji takkan mengulanginya lagi lingkitang tetap tidak mengizinkannya minum dan melewati sungai tersebut. Tapi bukan kancil namanya jika ia tidak memiliki ide untuk mendapatkan keinginannya. Kancil tetap berusaha membujuk lingkitang dengan memberikan sebuah tantangan yaitu mengajak lingkitang untuk berlomba lari dengan persyaratan jika ia menang ia harus diizinkan melewati pematang dan dapat minum kembali di sungai itu tapi  jika kalah  ia harus pergi dari hutan tersebut. Lingkitang menyetujui perlombaan itu. Kancil sangat senang karna tidak mungkin lingkitang si lambat itu akan menang dari dia yang memiliki kecepatan berlari.
Keesokan harinya kancil dan lingkitang memulai perlombaan itu. kancil dengan penuh percaya dirinya berlari sekencang-kencangnya menuju hilir sungai sesuai dengan tempat akhir perlombaan yang telah mereka sepakati. Kancil dengan kegirangan akan memenangkan perlombaan itu, telah dibayangkan perutnya yang lapar akan kenyang dan hausnya akan hilang sebentar lagi. Sambil berlari kancil terus memanggil lingkitang memastikan jika suara lingkitang tidak terdengar lagi maka pasti lingkitang sudah tertinggal jauh. Namun setiap kancil memanggil nama lingkitang, lingkitang tetap menyahut dengan sumber suara berada di depan kancil. Kancil pun menjadi terheran-heran dan semakin menambah kecepatan larinya. Saat sampai di tempat akhir perlombaan ternyata didalam air sudah ada lingkitang yang terlebih dahulu sampai. Kancil dengan nafas tersendat-sendat menatap kedalam air didapati lingkitang tersenyum kepadanya. Kancil sangat kecewa dengan kekalahannya dan harapannya hancur bukan hanya kehilangan sumber makanan dan minuman ia juga harus pindah ke hutan lain.
Kancil telah menerima kekalahannya dan tanpa berkata apa-apa ia melangkahkan kaki untuk beranjak pergi dari hutan itu. Namun lingkitang kemudian memanggilnya dengan sebutan akrab saat mereka bersahabat dulu yaitu si pintar. Lingkitang memintanya untuk tetap tinggal dihutan itu dengan artinya lingkitang membatalkan perjanjian mereka. Kancil pun dibuat tercengang oleh keputusan lingkitang bercampur dengan rasa senang dan malu kepada lingkitang. Lingkitang mengatakan bahwa ia hanya ingin memberikan kancil pelajaran. Kancil sangat berterimakasih dan berjanji tidak akan meremehkan binatang manapun juga. Namun ada satu hal yang ditanyakan kancil kepada lingkitang bagaimana caranya lingkitang bisa sampai dengan begitu cepat digaris finis perlombaan sedangkan lingkitang yang cara berjalan saja hanya mengesot-ngesot atau menempelkan lidahnya didasar sungai dan beringsut dengan lambat sekali apalagi untuk berlari dan berlomba dengan kancil yang kecepatannya tidak diragukan lagi. Namun lingkitang hanya tersenyum dan mengertak kancil dengan menantangnya kembali dan kancil membalas dengan tertawa kecil seakan takut jika lingkitang mengubah niatnya kembali. Akhirnya mereka berdua bersahabat kembali dengan damai. Dalam hati lingkitang tertawa kecil, ia mengingat  keberhasilan rencana yang dibuatnya sehari sebelum perlombaan ia dan kancil. Dia telah mengerahkan semua kawanan lingkitang lain yang bersembunyi didasar sungai dari hulu sampai kehilir untuk menjawab sahutan atau sapaan kancil nantinya. Sedangkan dia menunggu di garis finis. Setibanya kancil di hilir sungai didapatinya lingkitang itu telah berada di garis akhir terlebih dahulu. Itulah sebabnya lingkitang bisa menang karna disepanjang aliran sungai itu adalah tempat berdiamnya lingkitang.

Sebelum kembali ke sungai lingkitang menyampaikan pesan pada kancil bahwa jangan sekali-kali kita meremehkan orang yang memiliki kekurangan apalagi dalam bentuk fisik dan sombong dengan kelebihan yang kita miliki karna setiap manusia selalu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing jika kita kuat masih ada yang lebih kuat dari kita begitu seterusnya. Janganlah kita membalas kejahatan dengan kejahatan seperti sikap lingkitang setelah mendapatkan perlakuan dari kancil ia tetap tidak ingin kehilangan sahabatnya. Pelajaran yang diberikan lingkitang lainnya adalah selemah apapun kita jika bersatu maka kita akan menang terlihat dari kekompakan lingkitang dan selalulah patuh terhadap peraturan atau pantang larang dimanapun kita berada. Dari kisah lingkitang dan kancil ini timbulkan pepatah orang-otang tua di desa Pematang Tebih yaitu walaupun hilir mudik, hilir mudik lingkitang juga yang punya rantau. Artinya bagaimanapun seorang anak  remaja  yang selalu sibuk berjalan ke hilir dan ke mudik mencari perhatian tidak ada gunanya karna rantau atau Negeri ini bukan milik dia, masyarakat tidak akan memperdulikannya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...