Rabu, 06 Desember 2017

PEMIKIRAN MELAYU--SEMESTER IV


PEMIKIRAN
MELAYU







DISUSUN OLEH :
DESI AMELIA



JURUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU


                                                                          
PERIBAHASA MELAYU
1.      Kalau kail panjang sejengkal, jangan lautan hendak diduga
= Jika pengetahuan hanya sedikit saja, janganlah hendak melawan orang-orang yang lebih banyak pengetahuannya.

2.      Kalau guru makan berdiri, maka muridnya makan berlari
= Murid yang mencontohi kelakuan gurunya terutama dalam hal yang tidak baik

3.      Kalau kena tampar biarlah dengan tangan yang pakai cincin, kalau kena tendang biarlah dengan kaki yang pakai kasut
= Kalau berbuat salah biarlah dihukum oleh orang yang berkuasa atau ditegur oleh orang yang berilmu, jangan dianiaya oleh orang-orang kecil dan tak tahu apa-apa.

4.      Kalau kerbau sekawan dapat dikawali, manusia seorang tiada dapat dimaklumi
= Sangatlah sukar untuk menghadapi manusia kerana tiap-tiap orang berlainan pendapatnya.

5.      Kalau langit hendak menimpa bumi, bolehkah ditahan dengan telunjuk
= Orang kecil tidak dapat mengelakkan diri daripada perintah orang besar-besar.

6.      Kalau pandai menggulai, badar pun menjadi tenggiri
= Sekalipun kurang alat perkakasnya, tetapi kalau orang pandai maka dapat juga ia mengerjakan sesuatu itu dengan sebaik-baiknya

7.      Kasihkan padi buangkan rumput-rumput
= Jika kasihan anak isteri, hendaklah berhenti daripada mengasihi perempuan lain.

8.      Kasihkan pinang sebatang daripada buluh serumpun
= Lebih sayang kepada orang lain daripada kaum keluarga sendiri.

9.      Kasihkan raja di atas usungan
= Kasihan yang tidak pada tempatnya.

10.  Hujung lurus, pangkal berkait
=Kelihatannya baik, tetapI di dalam hatinya jahat.
KONSEP SOSIAL BUDAYA “Upacara Naik Ayun”
- Dalam kelahiran ada “Upacara Naik Ayun”
     Ketika upacara Naik Ayun yang juga disebut dengan Naik Tojang diatas ayunan dan diberi beberapa perlengkapan terdiri dari 7 warna benang yang diikat di atas ayunan dengan simbol-simbol yang melambangkan antara lain; Tujuh benang yang disimpul menjadi satu melambangkan bahwa hubungan jalinan siraturahmi sampai tujuh turunan, dan didekat simpulan benang tersebut beberapa makanan ketupat yang melambangkan bahwa makanan tersebut memang sangat dihormati dan dijunjung tinggi
1. Benang putih
2. Benang merah
3. Benang hijau
4. Benang hitam
5. Benang ungu
6. Benang coklat
7. Benang kuning
     Semua benang diikat menjadi satu yang disebut dengan cindai, dan beberapa buah ketupat lemak Simbol Lambang dipasang di bawah ayunan memohon kepada Allah SWT agar dapat berlindung dari segala godaan syaitan, begitu juga kapur yang di contengkan pada anak dan ibunya. Simbol Sapu lidi melambangkan bahwa penyakit bayi tersebut sudah dibuang, simbol Lesung batu mengambarkan bahwa diharapkan anak tersebut tidak berat hati dengan segala sesuatu urusan dan kain yang berwarna kuning melambangkan bahwa ia adalah dari keturunan Bugis Memasukan seekor kucing pada ayunan bayi agar bayi tersebut tidak mudah terkejut dan kehilangan semangat
     Setelah acara ayun selesai diteruskan dengan Doa Rasul. Doa khusus ini dibaca sesuai dengan hajat atau nazar yang diniatkan oleh kedua orang tua bayi. Dengan beberapa perlengkapan adat yang menjadi simbol antara lain;
1. Ayam melambangkan bahwa diharapkan kepada anak tersebut menjadi patuh kepada    kedua orangtua, taat kepada agama dan menjadi anak yang penurut
2. Nasi kuning melambangkan makanan pokok kebesaran adat Bugis
3. Inti kelapa adalah melambangkan bahwa yang sangat bermanfaat adalah yang mempunyai        pengetahuan
4. Air putih melambangkan sucinya hati jangan dikotori
5. Dupa (stanggi) sebagai pengharum agar malaikat dapat mendekat di tempat upacara.

FALSAFAH MELAYU
1)      Tak usah kami diberi kain, Dipakai kain akan luntur
Tak usah kami diberi nasi, Dimakan nasi akan habis
Berilah kami hati yang suci,muka jernih, Budi baik dibawa mati…
Makna terkandung : Manusia harus pandai membalas jasa, pandai menarik hati dan menempatkan diri. Berikanlah kepada seseorang itu apa yang diharapkan dan diinginkannya, itulah salah satu cara untuk menarik hati.

2)      Jika anda ingin berjaya janganlah hanya melihat anak tangga saja, akan tetapi, berusahalah untuk menaiki tangga tersebut.
Makna terkandung : jika kita ingin naik/maju dalam hidup janganlah hanya melihat tangga/ rintangan tanpa berbuat apa2, tapi naikilah tangga/rintangan itu sehingga saat anda mencapai ujung tangga maka anda akan sukses pula.

3)      Melayu itu berturai, yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun tertib mengutamakan ketenteraman dan kerukunan, hidup berdampingan dengan harga menghargai timbal balik, bebas tapi terikat dalam masyarakat. BERTURAI tak bertentangan dengan masyarakat yang tahu harga diri, yang ingin kebenaran, keadilan dan kemakmuran yang merata dalam kehidupan.

4)      “adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabbullah”
Makna terkandung : adat berdasarkan ilmu agama, dan ilmu agama berlandasakan kitab/alquran.

5)      Mempertajam kapak seminit itu lebih baik daripada menghayun kapak yang dempak sepanjang hari.
Makna terkandung : dalam hidup kita harus menggunakan otak, kadang kita tergesa-gesa melakukan sesuatu tanpa perencanaan dan akibatnya amburadul, dimana kita sebaiknya menyusun rencana dalam hidup, dan nasihat diatas memang benar dimana menajamkan Kapak akan lebih berguna daripada memotong seharian dengan kapak tumpul.

6)      “tak ingat hidup akan mati, tak ingat hutang yang disandang, tak ingat beban yang
dipikul”
makna terkandung : orang yang tidak bekerja, apalagi yang sengaja tidak mau bekerja, dianggap melalaikan kewajiban, melupakan tanggung jawab, menafikan ajaran agama dan tuntunan adat-istiadat serta mengabaikan tunjuk ajar yang banyak member petuah amanah tentang budaya kerja. Sikap malas dan lalai, dianggap sikap tercela oleh masyarakat Melayu yang disebut.

7)      Melayu itu beradat,
Makna terkandung : ADAT tak bertentangan dengan peradaban masyarakat yang ada rasa kekeluargaan, bukan individualistis.


8)      Tak semua yang nampak rugi itu sepanjangnya rugi, kadang-kadang untung menanti di hujung.”
Makna terkandung dalam hidup kadang kita memandang sesuatu dengan pesimistis walaupun telah melakukan semua daya upaya,. tapi ingat kadang hasil jeripayah kita akan terlihat di akhir dari upaya kita selama ini,. dimana seperti kata rohani kristen,. TUHAN PASTI BUKA JALAN.

9)      Bila membangun tidak senonoh, hasil tak ada masyarakat bergaduh.
Makna terkandung : adat membangun negeri, jangan lupakan diri; adat membangun desa, jangan lupakan agama; adat membangun masyarakat, jangan tinggalkan adat.

10)  hilang warna karena penyakit, hilang bangsa karena tidak beremas’.
Makna terkandung : harga diri seseorang akan hilang karena miskin, oleh sebab itu bekerja keras salah satu cara untuk menghindarkannya.





KESENIAN
Kesenian pementasan Lamut  di INDRAGIRI HILIR

            lamut Indragiri hilir adalah salah satu seni budaya yang berasal dari Kalimantan Selatan yang dikembangkan oleh perantau suku banjar yang bermukim di Indragiri Hilir sebagai kesenian baru Melayu-Banjar. Secara keilmuan, lamut merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang apabila dihubungkan dengan pendapat Jan Harold Braunvard sebagaimana dikutip Dananjaya adalah yang termasuk jenis nyanyian rakyat sebagai bagan dari bentuk folklore yang terdiri dari kata-kata dan lagu, beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu. Berbentuk tradisional dan serta memiliki varian. Berdasarkan teori ini maka lamut dapat digolongkan pada jenis nyanyian rakyat yang bersifat berkisah (Narrative Folksong), yakni nyanyian rakyat yang menceritakan suatu kisah.  
            Seni tradisional sastra lisan lamut selain berkembang di daerah asalnya Kalimantan Selatan juga menyebar ke berbagai daerah di sekitarnya, terutama daerah yang mempunyai kesamaan bahasa dan budaya Banjar. Khusus di Indragiri Hilir mempunyai persoalan tersendiri, karena berkembang tidaknya Lamut di suatu daerah tidak semata hanya tergantung pada sedikit banyaknya komunitas masyarakat pendukung seni budaya tersebut, tetapi terletak pada pelaku kesenian itu sendiri dan apresiasi masyarakat pendukungnya.             Cukup banyak masyarakat Melayu-Banjar yang masih sangat antusias menyaksikan pementasan lamut, tetapi kerena terbatasnya jumlah pelamutan, menyebabkan seni tradisi sastra lisan ini jarang dipentaskan. Pelamutan yang terdapat di Indragiri Hilir sejak tahun 1950 an antara lain : Sama, syukur, Mastura, dan Husin. Selanjutnya diteruskan oleh Dari yang mewariskan kepada Hasyim ( penutur lamut sekarang). Sedangkan jalur pelamutan yang lain adlah dari Ahmad darmawi ditutunkan kepada anakanya Masran. Pada saat ini pelamutaan hanya tinggal dua orang yaitu Hasyim dan Masran. Menurut pelamut Masran, sebelum menyampaikan persembahan lamut ia terlebih dahulu membuka pintu untuk berhubungan dengan alam dan makhluk ghaib dengan melakukan ritual membakar dupa / kemenyan disertai bacaan mantra. Selanjutnya mengasapi gendang lamut dengan asap kemenyan dan berwudu dengan mengusap seluruh anggota wudu dengan asap kemenyan. Hal ini dilakukan guna memperoleh semangat untuk memasuki dan menghubungi makhluk gaib yang akan dikisahkan karena ia mengakui bahwa kerika berlamut bukan dia yang menyampaikan seluruh rangkaian cerita. Melainkan makhluk ghaib yang merasuki dirinya. Dengan kata lain, semangatnya telah diambil oleh suatu kekuatan ghaib dan kekuatan ghaib itu pulalah yang menceritakan –bukan pelamut- kerena pelamut tidak sadar selama proses persembahan lamut. Apabila ditengah prosesi terjadi gangguan yang mengakibatkan terputusnya hubungna antara pelamut dengan dunia ghaib yang disebabkan oleh tidak fokusnya konsentrasi pelamutyang ditandai oleh tersendatnya jalan cerita, maka pelamut dengan segera mendekatkan telapak tangannya ke asap kemenyan dan kemudian menempelkan telapak tangan ke dahinya seprti gerakan memasukkan fikiran. Hal ini merupakan upaya pelamut memanggil kembali semangat dan kekuatan ghaib. Apabila semangatnya telah kembali dan kekuatan ghaib kembali menguasai dirinya, cerita dapat diteruskan. Bukti adanya pengeruh semangat dan kekuatan gahib yang menguasai diri pelamut selama berlamut adalah ketika ia selesai menceritakan suatu cerita dan mengakhiri perhubungannya dengan dunia ghaib dan setelah ia sadar, ia tidak ingat apa yang telah diceritakan selama berlamut. Ia tidak dapat menirukan ciri khas suara pencerita saat belamut.

KESUSSASTRAAN
Kalau tak mau hidup melarat
Carilah kerja cepat-cepat
Jangan dikira ringan dan berat
Asal sesuai dengan syariat

         Orang tua-tua dulu juga mengingatkan, bahwa dalam mencari peluang kerja, jangan memilih-milih. Maksudnya jangan mencari kerja yang senang, dan tidak mau berkerja keras, itu bukanlah sikap orang Melayu yang ingin maju. Kerja yang perlu dipilih adalah kerja jangan “menyalah”, maksudnya jangan menyimpang dari ajaran agama dan adat-istiadat. Sesuai dengan pepatah petitih masyarakat Melayu yang mengatakan “kalau kerja sudah menyalah, dunia akkhirat aib terdedah.
         Keutamaan kerja masyarakat Melayu, tercermin pula dalam memilih menantu atau jodoh. Orang yang belum bekerja, lazimnya dianggap belum mampu “menghidupkan anak bininya”. Orang seperti ini tidak akan dipilih untuk menjadi menantu atau pun jodoh anaknya. Beberapa pernyataan diatas memberikan petunjuk bahwa orang Melayu telah menanamkan budaya kerja dalam kehidupan masyarakatnya





SAINS DAN TEKNOLOGI
                Teknologi untuk menghasilkan padi misalnya, bermula dari ladang berpindah di pinggir sungai (jauh dari desa), yang berkembang menjadi ladang baruh (ladang dekat desa). Kemudian karena alasan pertambahan penduduk, pembangunan pemukiman, dan untuk menghindari banjir, mereka melakukan ladang kasang (ladang tegalan), dan bila pengairan memungkinkan, akhirnya berkembang menjadi sawah. Untuk menghasilkan padi, mereka tentu harus mengupayakan alat dan cara mengolah lingkungan tersebut, dan pada akhirnya menghasilkan teknologi sendiri. Alat yang diperlukan dalam ladang berpindah hanya lading (parang), beliung, api, talak, tuai, ketiding, dan kopuk untuk mengangkat dan menyimpan padi, sedangkan pada ladang baruh diperlukan sabit, cabak, garo, tembilang, ajak, tuai, kembut, dan rangkiang.








TUGAS INDIVIDU






Program SI Universitas Lancang Kuning
Di susun oleh





UNIVERSITAS LANCANG KUNING
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN SASTRA MELAYU
PEKANBARU
2015

PERIBAHASA MELAYU

1. Buah manis berulat di dalamnya
    Kata-kata yang manis tetapi jahat hatinya

2. Sebab buah dikenal pohonnya
    Watak seseorang dapat dketahui karena perbuatannya

3. Ilmu yang tak diamalkan, ibarat pohon tak berbuah
    Ilmu yang tak diajarkan tiada manfaatnya

4. Dilaut jadi buaya, didarat jadi harimau
    Dimana-mana ia jadi orang yang berbahaya

5. Lepas dari mulut buaya masuk ke mulut harimau
    Lepas dari bahaya satu masuk ke bahaya yang lainnya

6. Kalau pandai meneliti buih selamat badan di seberang
    Bila kita hati-hati dalam melaksanakan pekerjaan, pasti kita akan berhasil dan selamat

7. Ke buukit sama mendaki, ke lurah sama menurun
    Sama-sama senang, sama-sama susah

8. Berdikit-dikit lama-lama jadi bukit
    Kekayaan yang dikumpulkan dari sedikit, lama-lama jadi banyak

9. Bagai bulan dipagar bintang
    Seseorang putri cantik didampingin teman-teman yang cantik pula

10. Si cebol rindukan bulan
      Sesuatu pekerjaan yang mustahil



KONSEP SOSIAL BUDAYA

Tradisi Tepung Tawar

            Upacara adat Tepung Tawar kini telah menjadi sebuah keharusan, menjadi sebuah trend dijaman moderns ini, tentunya kita melirik kembali tentang keberadaan upacara tradisi Tepung tawar ini yang pada jaman dahulu seperti menjadi sebuah keharusan bagi masyarakat yang melaksanakan sebuah upacara-upacara baik upacara di dalam kehidupan rumah tangga maupun upacara bagi masyarakat pada umumnya. Upacara tradisi Tepung Tawar umumnya bayak dilakukan oleh masyarakat Melayu dan Suku Dayak akan tetapi pada masyarakat Melayu upacara tepung tawar yang dikenal pada umumnya ada empat jenis yakni Tepung Tawar Badan, Tepung Tawar Mayit, Tepung Tawar Peralatan serta Tepung tawar Rumah. Dari empat jenis Tepung Tawar tersebut masing-masing mempunyai perbedaan baik yang menyangkut peralatan maupun bahan-bahan yang dipergunakan. Seperti Tepung Tawar Badan komposisinya terdiri dari, tepung beras, beras kuning, berteh daun juang-juang, daun gandarusa ,daun pacar, serta miyak bau (miyak Bugis). Miyak bau nantinya diolesi pada bagian tubuh tertentu dan bagi kaum wanita cukup dengan syarat tidak perlu menyentuh bagian tubuh (pusar)
Tradisi tepung tawar badan diperuntukan bagi anak kecil yang melaksanakan gunting rambut atau naik ayun (naik tojang), melaksanakan pernikahan, dan yang akan dihitan bagi laki-laki dan peremtuan. Objek yang akan diberikan menurut tata cara yang berlaku, serta dilampas dengan memakai daun juang-juang maupun daun ribu-ribu yang telah di celupkan pada seperangkat peralatan tepung tawar. Adapun bagian-bagian yang dikenakan secara berurutan pada kening, bahu kanan,bahu kiri, tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, serta kaki kiri sementara paduan berteh dihamburkan pada kiri dan kanan tersebut. Ritual tepung tawar tidak bisa dikerjakan sermbarangan karena menggunakan lafaz khusus yang tidak bisa diungkapkan disini, perlu diterima terlebih dahulu pada ahlinya.
Tepung tawar bisa juga dilakukan bagi keluarga yang meninggal setelah tiga hari dimakamkan, umumnya dilakukan sebagai pembersih peralatan yang dipakai mandi mayit, peralatan yang disimpan diluar rumah di tepung tawar yang disebut dengan acara Pesulli (pembersihan peralatan mayit). Peralatan di dalam kehidupan seperti kendaraan sepeda motor, mobil, sampan,umumnya kendaraan ini dipasang pada saat baru dipakai dan ketika mengalami musibah. Tujuannya untuk meminta keselamatan dengan kenyakinan bahwa masih ada kekuatan gaib yang mempengaruhi di dalam kehidupan dan tetap memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tepung tawar mayit dengan tepung tawar yang lain tidak jauh berbeda hanya minyak bau yang tidak dipakai dan diganti dengan telur ayam yang diletakan pada tong tempat air memandikan mayit. Tujuan dari upacara tepung tawar mayit yang dikenal dengan Pesilli agar ahli keluarga yang ditinggalkan senantiasa sabar menerima cobaan dari Allah. Dapat terhindar dari musibah dengan memohon agar dijauhkan dari segala musibah yang datang dengan mohon keselamatan, tidak hanya manusia dan juga peralatan yang telah dipakai dengan wujud terimakasih telah dipergunakan sebagai peralatan mandi.
Pada pelaksanaan ritual tepung tawar mayit peralatan yang dipakai dilampas dengan daun ribu-ribu serta peralatan yang lainnya. Peralatan yang sudah bersih baru boleh dibawa masuk kedalam rumah yang sebelumnya di simpan diluar rumah. Telur yang disimpan pada tong dibuang segera dan tempat pemandian mayit ditaburi dengan abu dapur sebagai ungkapan bahwa di dalam kehidupan semua pasti mati dan yang telah terjadi menjadi pasrah laksana abu yang kembali ketempat asalnya.


FALSAFAH MELAYU


1.      Melayu itu berturai, yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun tertib mengutamakan ketenteraman dan kerukunan, hidup berdampingan dengan harga menghargai timbal balik, bebas tapi terikat dalam masyarakat. BERTURAI tak bertentangan dengan masyarakat yang tahu harga diri, yang ingin kebenaran, keadilan dan kemakmuran yang merata dalam kehidupan.

2.      Hilang warna karena penyakit, hilang bangsa karena tidak beremas’.
Makna terkandung : harga diri seseorang akan hilang karena miskin, oleh sebab itu bekerja keras salah satu cara untuk menghindarkannya.

3.      “Menyimak alam, mengkaji diri”
Nilai ini mengajarkan agar dalam merancang dan melaksanakan pembangunan, haruslah diawali dengan penelitian yang cermat terhadap alam dan semua potensi yang ada (sumber daya alam), serta mengkaji pula kemampuan diri (sumber daya manusia). Melalui kajian inilah dibuat rancangan yang diharapkan dapat memenuhi harapan semua pihak. Orangtua-tua mengakatan: "menyimak alam luar dan dalam, mengkaji diri untuk mengukur kemampuan sendiri"; atau dikatakan: "mengkaji alam dengan mendalam, diri diukur dengan jujur".

4.      Tak ada yang mampu mengubah masa lalu, tapi anda dapat merusak masa depan dengan menangisi masa lalu dan merisaukan masa depan.
Maknanya : masa lalu tidak ada yang bisa mengubahnya karena sudah terlewati maka jangan selalu mengenangnya, karena dengan menyesali masa lalu akan membuat kita merusak masa depan.

5.      Membangun jangan merusak, membina jangan menyalah.
Artinya : Nilai ini mengajarkan, agar dalam merancang dan melaksanakan pembangunan jangan sampai menyalahi ketentuan agama dan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial masyarakatnya.

6.      Tak semua yang nampak rugi itu sepanjangnya rugi, kadang-kadang untung menanti di hujung.”
Makna terkandung dalam hidup kadang kita memandang sesuatu dengan pesimistis walaupun telah melakukan semua daya upaya,. tapi ingat kadang hasil jeripayah kita akan terlihat di akhir dari upaya kita selama ini,. dimana seperti kata rohani kristen,. TUHAN PASTI BUKA JALAN.

7.      hilang warna karena penyakit, hilang bangsa karena tidak beremas’. Artinya harga diri seseorang akan hilang karena miskin, oleh sebab itu bekerja keras salah satu cara untuk menghindarkannya.

8.      Adat membangun negeri, jangan lupakan diri; adat membangun desa, jangan lupakan agama; adat membangun masyarakat, jangan tinggalkan adat.
Artinya : dalam melaksanakan pembangunan, agama dimuliakan, budaya diutamakan, adat dikekalkan. Selanjutnya dikatakan: apabila agama tidak dipakai, alamat masyarakat akan meragai (sengsara dunia akhirat); apabila budaya tidak dipandang, alamat negeri ditimpa malang; apabila adat tidak diingat, lambat laun sengsaralah umat. Ungkapan adat juga mengatakan: apabila pembangunan hendakkan berkah, agama jangan dipermudah; apabila membina hendak bermanfaat, jangan sekali meninggalkan adat.

9.      “Pulai bertingkat naik meninggalkan ruas dan buku, manusia bertingkat turun meninggakan nam dan pusaka.”
Dengan adanya kekayaan segala sesuatu dapat dilaksanakan, sehingga tidak mendatangkan rasa malu bagi dirinya ataupun keluarganya. Banyaknya seremonial adat seperti perkawinan dan lain-lain membutuhkan biaya. Dari itu usaha yang sungguh-sungguh dan kerja keras sangat diutamakan Orang Melayu. Nilai hidup yang baik dan tinggi telah menjadi pendorong bagi orang Melayu untuk selalu berusaha, berprestasi, dinamis, kreatif dan inovatif.


10.  Hilang warna karena penyakit, hilang bangsa karena tidak beremas’.
Artinya harga diri seseorang akan hilang karena miskin, oleh sebab itu bekerja keras salah satu cara untuk menghindarkannya.




KESENIAN MELAYU

Gondang Baroguong
            Musik tradisional gondang borogong di Kabupaten Rokan Hulu Riau mulai ada pada Tahun 1937 yang dahulunya alat musik ini terbuat dari kayu yang diberi nama Gambang, kemudian seiring perkembangan jaman bentuk dan bahan dasar gondang barogong berubah. Bentuk alat musik tradisional gondang borogong ini yaitu berupa celempong 6 buah, gondang 2 buah dan gong 1 buah. Fungsi dan makna musik tradisional gondang borogong adalah untuk menyambut tamu kebesaran serta adat lainnya sedangkan maknanya sebagai identitas budaya setempat dan juga sebagai simbol budaya bagi masyarakat Rokan Hulu. Teknik dan bentuk komposisi musik tradisional gondang borogong tidak dituliskan dalam bentuk komposisi notasi balok maupun not angka. Komposisi gondang borogong ini dimainkan berdasarkan cara-cara tradisional, seperti diajarkan secara langsung dengan menghapal bunyi yang akan dimainkan.



KESUSSASTRAAN
Pantun empat kerat – Adat dan Etika

Anak cina bertimbang madat
Dari Mekasar langsung ke Deli,
Hidup di dunia biar beradat,
Bahasa tidak terjual beli.

Apalah tanda batang putat,
Batang putat bersegi buahnya,
Apalah tanda orang beradat,
Orang beradat tinggi maruahnya.

Batu kucubung warna unggu,
Ditatah berlian batu bermutu,
Adat melayu menyambut tetamu,
Hamparkan tikar lebarkan pintu.

Daun sireh sudah disusun,
Siap dengan gambir dan kapur,
Adat semang pulang ke dusun,
Adat belut pulang ke lumpur.



Maksud pantun/ tema
Bertemakan kemanusiaan dan kemasyarakatan yang berkaitan dengan adat dan etika. Untuk mencapai kehidupan yang baik, manusia perlu mengikut aturan hidup yang ditetapkan dan diterima umum oleh ahli masyarakat sebagai sebahagian peraturan, adat, dan etika kehidupan.

Rangkap 1
Maksudnya cara berbahasa seseorang mencerminkn nilai dirinya. Seseorang yang bercakap dengan sopan dan santun di anggap sebagai berbudi bahasa.

Rangkap 2
Maksudnya tingkah laku mencerminkan maruah diri seseorang. Orang yang pandai menjaga tingkah lakunya dipandang tinggi dan bermaruah.

Rangkap 3
Maksudnya bagi orang melayu, meraka mengalu alukan tetamu yang datang berkunjung ke rumah 
Dengan membentangkan tikar baru untuk alas duduk tetamu dan membukakan pintu rumah serta menjemput tetamu masuk. Lambing memuliakan tetamu.

Rangkap 4
Walau kemana sekalipun anak dagang merantau, akhirnya akan kembali semula ke tempat asal. Lambang tidak melupakan asal usul. 


SAINS DAN TEKNOLOGI

            Peralatan dapur
            Dapur dimana diletakkan tungku untuk memasak yang diatasnya diberi tanah atau abu dan diatas tanah inilah diletakkan tungku-tungku.Alat-alat dapur yang utama adalah periuk dari tembaga dan belanga dari tanah bakar. Sendok keperluan memasak terbuat dari tempurung kelapa dengan diberi bergagang kayu, disebut “senduk”.

            Tempat air terbuat dari labu yang dikeringkan,tetapi labu yang seperti ini hanya masih dipakai di dearah pedalaman.Labu ini kemudian dengan masuknya kebudayaan baru telah berganti dengan kendi yang terbuat dari tanah bakar. Kendi ini pun kemudian berangsur hilang digantikan oleh kendi yang terbuat dari kaca yang disebut “kelalang”. Tempat persediaan air dipergunakan gentong besar yang disebut “Tempayan”. Tempayan ini juga berasal dari Cina,terkadang diberi hiasan motif naga di luarnya.







TUGAS INDIVIDU







Program SI Universitas Lancang Kuning
Di susun oleh



MARISA SEPTIARA NILA





UNIVERSITAS LANCANG KUNING
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN SASTRA MELAYU
PEKANBARU
2015

PERIBAHASA MELAYU

1.      Dayung sudah di tangan, perahu sudah di air
Maksud: Segala-gala yang dikehendaki sudah diperoleh.

2.      Yang lama dikelek, yang baharu didukung
Maksud : Adat yang lama tetap diamalkan di samping budaya hidup yang baharu.

3.      Seperti lembu dicucuk hidung
Maksud : Orang yang selalu menurut kemahuan orang

4.      Tak lapuk karena hujan, tak lekang karena panas
Maksud : Adat yang tidak berubah; sesuatu yang tetap utuh.

5.      Bagai kaca terhempas ke batu
Maksud : Sangat sedih atau kecewa.

6.      Bulat air kerana pembetung, bulat manusia kerana muafakat
Maksud : Kata sepakat yang dicapai dalam mesyuarat.

7.      Bagai Aur Dengan Tebing
Maksud : Hubungan yang rapat antara sama sama yang lain dan saling membantu.

8.      Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing
Maksud : mengalami susah senang bersama-sama.

9.      Bara yang digenggam biar sampai jadi arang
Maksud : Mengerjakan sesuatu yang sukar hendaklah sabar, sehingga mencapai kejayaan.

10.  Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, lebih baik di negeri sendiri
Maksud : Walau bagaimanapun kelebihan di negara orang, tetap negeri sendiri lebih baik lagi.


KONSEP SOSIAL BUDAYA

Tradisi Kematian
Sesuai dengan ajaran islam maka orang Melayu memandang kematian sebagai perjalanan menuju hadirat ilahi. Dalam pandangan orang Melayu, sering dibentangkan dalam berbagai karya sastra Melayu, akhirat adalah masa depan yang hakiki.  Tanda kematian di perkampungan Melayu ada yang membunyikan tabuh, ada pula naskus (ketuk kayu) bahkan juga dipakai gong. Mayat diselenggarakan sesuai ajaran islam, mula-mula dimandikan, kemudian dikafani lalu disembahyangkan. jika semua telah rampung, maka mayat dipersiapkan untuk berangkat menuju kubur.


FALSAFAH MELAYU


1.      “Melayu itu Alam, Melayu itu Dunia, Melayu itu Pemikiran Ketuhanan, Melayu itu budaya yang memerintah.”,

2.      Melayu itu Islam, yang sifatnya universal dan demokratis bermusyawarah. ISLAM tidak bertentangan dengan masyarakat yang berperikemanusiaan dan yang ber-Tuhan.

3.      Melayu itu berbudaya, yang sifatnya nasional dalam bahsa, sastra, tari, pakaian, tersusun dalam tingkah laku, dan lain-lain. BUDAYA tidak bertentangan dengan masyarakat yang ingin beradab dan mengingkat lahiriah dan bathiniah,

4.      Melayu itu beradat, yang sifatnya regional (kedaerahan)dalam bhineka tunggal ika, dengan tepung tawar, balai pulut kuning dan lain-lain yang mnegikat tua dan muda. ADAT tak bertentangan dengan peradaban masyarakat yang ada rasa kekeluargaan, bukan individualistis.

5.      Melayu itu berturai, yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun tertib mengutamakan ketenteraman dan kerukunan, hidup berdampingan dengan harga menghargai timbal balik, bebas tapi terikat dalam masyarakat. BERTURAI tak bertentangan dengan masyarakat yang tahu harga diri, yang ingin kebenaran, keadilan dan kemakmuran yang merata dalam kehidupan.

6.      Melayu itu berilmu, artinya pribadi yang diarahkan kepada ilmu pengetahuan dan ilmu kebathinan (agama dan mistik), agar bermarwah dan disegani orang, untuk kebaikan umum. BERILMU tak bertentangan dengan masyarakat yang ingin maju untuk kepentingan diri dan masyarakatnya. pengabdian adalah pada Allah, manusia dan lingkungan, untuk kebahagiaan diri sekarang dan nanti

7.      Pulai bertingkat naik meninggalkan ruas dan buku, manusia bertingkat turun meninggakan nam dan pusaka.
Dengan adanya kekayaan segala sesuatu dapat dilaksanakan, sehingga tidak mendatangkan rasa malu bagi dirinya ataupun keluarganya. Banyaknya seremonial adat seperti perkawinan dan lain-lain membutuhkan biaya. Dari itu usaha yang sungguh-sungguh dan kerja keras sangat diutamakan Orang Melayu. Nilai hidup yang baik dan tinggi telah menjadi pendorong bagi orang Melayu untuk selalu berusaha, berprestasi, dinamis, kreatif dan inovatif“.

8.      hilang warna karena penyakit, hilang bangsa karena tidak beremas’. Artinya harga diri seseorang akan hilang karena miskin, oleh sebab itu bekerja keras salah satu cara untuk menghindarkannya.


8.    Apabila agama tidak dipakai, alamat masyarakat akan meragai (sengsara dunia akhirat); apabila budaya tidak dipandang, alamat negeri ditimpa malang; apabila adat tidak diingat, lambat laun sengsaralah umat.

9.      "Menyimak alam, mengkaji diri"
Nilai ini mengajarkan agar dalam merancang dan melaksanakan pembangunan, haruslah diawali dengan penelitian yang cermat terhadap alam dan semua potensi yang ada (sumber daya alam), serta mengkaji pula kemampuan diri (sumber daya manusia). Melalui kajian inilah dibuat rancangan yang diharapkan dapat memenuhi harapan semua pihak. Orangtua-tua mengakatan: "menyimak alam luar dan dalam, mengkaji diri untuk mengukur kemampuan sendiri"; atau dikatakan: "mengkaji alam dengan mendalam, diri diukur dengan jujur".



KESENIAN MELAYU
Kuda Kepang
“Kuda kepang merupakan salah satu
Kesenian tradisional yang harus diperhatikan, karena kesenian tradisional merupakan Visi misi Suhartono-Syahrul,”ungkap Suratmaji jurkam Pasangan nomor urut 2 Suhartono-Syahrul saat menggelar Kampanye Dialogis di Kampung Sialang Palas Kecamatan Lubuk Dalam.
Menurutnya, banyak kesenian tradisional yang saat ini belum maksimal mendapat perhatian dari Pemerintah daerah.”Untuk itu marilah kita bersama masyarakat Siak Khususnya Masyarakat Lubuk dalam untuk mendukung Suhartono-Syahrul agar terpilih menjadi Bupati-Wakil Bupati Siak Pariode 2016-2021 mendatang agar kesenian Tradisional bisa dilestarikan di Kabupaten Siak ini,”pungkasnya
Selain itu, Kesenian tradisional memiliki keanekaragaman seni dan budaya tidak dapat dipisahkan, dikarenakan di Kabupaten Siak memiliki berbagai Suku,agama, tentunya banyak seni dan budaya harus di perhatikan. Pada intinya kita bersatu tidak ada membeda-bedakan,”jelas Suratmaji
Terlihat Ratusan masyarakat berdatangan memadati acara kampanye dialogis Pasangan nomor urut dua Suhartono-Syahrul, selain berdialog masyarakat juga menyaksikan salah satu penampilan kesenian tradisional Kuda Kepang yang berasal dari jawa tersebut. masyarakat sangat antusias menyaksikannya.

KESUSSASTRAAN
SYAIR BURUNG PUNGGUK

Pertama mula Pungguk merindu,
Berbunyilah guruh mendayu-dayu,
Hatinya rawan bercampur pilu,
Seperti dihiris dengan sembilu.

Pungguk bermadah seraya merawan,
“wahai Bulan,terbitlah tuan,
Gundahku tidak berketahuan,
Keluarlah tercelah awan,”

Sebuah tilam kita beradu,
Mendengarkan pungguk merindu,
Suaranya halus tersedu-sedu,
Laksana orang berahikan jodoh

Pungguk merawan setiap bulan,
Sebilang jitun berlompatan,
Bulan mengandung disebelah lautan,
Mendengarnya bersambut-sambutan….

Di atas beraksa berapa lama,
Gilakan cahaya bulan purnama,
Jikalau bulan jatuh kerama,
Di manakah dapat pungguk bersama.

“Pungguk bermadah seraya merawan,
Wahai bulan terbitlah tuan,
Gundahku tidak berketahuan,
Keluarlah bulan tercelah awan,”


            Bulan dilambangkan sebagai suatu asa yang di nantikan oleh penyair agar menerangi hatinya yang tengah dalam kegelapan.  Petikan rangkap daripada syair burung pungguk memperlihatkan satu makna mengenai asa, penyair mencoba menggambarkan makna asa tersebut melalui bulan. Bulan biasanya digambarkan sebagai sesuatu yang cantik,mulia dan bercahaya. Cahaya bulan mampu menerangi alam semesta ketika hadirnya malam (kegelapan),begitu juga dengan makna yang ingin ditonjolkan dalam syair tersebut, 


SAINS DAN TEKNOLOGI

            Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan, bioteknologi dianggap sangat berperan di masa mendatang. Ternyata masyarakat Melayu Riau sejak bahari sudah menggunakan bioteknologi tersebut, walaupun masih dalam skala kecil untuk industri rumah tangga. Mikroba sudah berabad-abad digunakan di Indonesia un¬tuk meng¬olah makanan dan minuman tradisional melalui fermentasi, seperti tempe, oncom, tape, terasi, kecap, brem, dan tuak. Sayangnya belum ada industri berskala besar yang telah menggunakan proses bioteknologi tersebut (Rifai dan Sastropraja, 1985). Riau telah meng¬gunakan proses bioteknologi ini dalam pembuatan tempoyak (asam durian), tape, terasi, jeruk maman, pekasam, dan cencaluk.

            Teknologi pengolahan makanan yang menggunakan proses bioteknologi tersebut belum diteliti secara ilmiah, walaupun sudah ada sejak zaman bahari. Padahal bioteknologi tersebut dapat berperan dalam perkembangan ilmu, teknologi, maupun dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya pengembangan teknologi bahari di Melayu Riau saat ini juga masih terbatas.





Rounded Rectangle: DISUSUN
O
L
E
H

DEDEK SAPUTRA

JURUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2015

DEDEK SAPUTRAPEMIKIRAN
MELAYU
 PERIBAHASA
1.      Ibarat telur sesangkak, pecah sebiji, pecah semua
Maksud : kesilapan yang dilakukan oleh seseorang menyebabkan orang lain yang menerima akibatnya
2.      Kalau tidak dipecahkan ruyung, manakan dapat sagunya
Maksud : Tak akan tercapai maksudnya kalau tak mahu berusaha dan bersusah payah
3.      Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian
Maksud : Bersusah payah terlebih dahulu untuk mendapatkan kesenangan pada kemudian hari.
4.      Yang bulat tidak datang menggolek, yang pipih tidak datang melayang
Maksud : Sesuatu benda tidak akan datang tanpa usaha
5.      Untung anak lelaki cari-carikan, untung anak perempuan nanti-nantikan
Maksud : orang lelaki yang merisik bakal isterinya.
6.      Bagai ikan pulang ke lubuk
Maksud : a. Orang yang pulang ke tempat asal. b. Kehidupan yang senang.
7.      Sedikit-sedikit, lama-lama jadi bukit
Maksud : Sabar mengerjakan sesuatu lama-lama berhasil juga.
8.      Bak cendawan tumbuh selepas hujan
Maksud : Terlalu banyak pada sesuatu masa.
9.      Yang kita kejar tak dapat, yang kita kendong pula berciciran
Maksud : Bernasib malang kerana setelah memperoleh sesuatu, tetapi yang sudah di tangan hilang pula.
10.  Biar mati anak, jangan mati adat
Maksud : orang yang kuat perpegang pada adat.


KONSEP SOSIAL BUDAYA
ADAT MERISIK
Dalam adat perkahwinan masyarakat Melayu, terdapat beberapa peringkat penting. Pertama sekali adalah peringkat merisik.
            Adat ini juga dipanggil meninjau atau menengok. Dalam budaya Melayu, adat ini merupakan tahap awal menjodohkan teruna dan dara, yang melibatkan pertemuan antara wakil keluarga teruna dengan orang tua pihak dara. Pertemuan tersebut dianggap penting untuk menghormati keluarga pihak dara, sebagaimana ungkapan dalam adat Melayu kalau hendak meminang anaknya, pinanglah ibu bapaknya terlebih dahulu. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa pandangan dan restu orang tua perlu diperoleh terlebih dahulu dalam membuat keputusan yang besar seperti perkawinan. Tujuan adat ini dilakukan adalah untuk memastikan bahawa gadis yang dihajati oleh seorang lelaki itu masih belum berpunya. Ini penting, kerana dalam Islam seseorang itu dilarang meminang tunangan orang. Di samping itu, adat ini juga bertujuan untuk menyelidik latar belakang si gadis. Lazimnya adat ini akan dijalankan oleh saudara mara terdekat pihak lelaki seperti ibu atau bapa saudaranya. Prosesi merisik dilakukan dengan tertib dan sopan untuk menjaga dan memelihara nama baik kedua belah pihak.
            Bagi pihak si gadis, terdapat beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan sebelum menerima lamaran pihak lelaki antaranya ialah lelaki tersebut perlulah mempunyai latar belakang agama serta mempunyai pekerjaan yang baik.
            Apabila wakil pihak lelaki sampai di rumah si dara, para wakil keluarga lelaki akan bercakap-cakap mengenai keadaan kehidupan, pekerjaan, maupun isu-isu terkini sembil menikmati jamuan yang dihidangkan dan dihantarkan sendiri oleh si dara. Pada saat si dara menghidangkan jamuan itulah para wakil dari pihak lelaki berkesempatan untuk melihat wajah si dara. Setelah itu, topik pembicaraan mulai difokuskan untuk menyampaikan maksud kedatangan pihak teruna, dan pantun untuk merisik mulai diperdengarkan oleh juru cakap mereka. Pada tahap ini, pihak teruna menyatakan kehendak hati untuk “memetik bunga yang sedang menguntum” apabila si dara belum memiliki pasangan.
Pantun merisik ini diawali oleh pihak keluarga teruna yang kemudian akan dibalas oleh pihak keluarga dara yang menanyakan maksud kedatangan keluarga teruna.
Sudah lama langsatnya condong
Barulah kini batangnya rebah
Sudah lama niat dikandung
Baru sekarang diizinkan Allah

Dari Pauh singgah Permatang
Singgah merapat papan kemudi
Dari jauh saya datang
Karena tuan yang baik budi

Kalau gugur buah setandan
Sampai ke tanah baru tergolek
Kami bersyukur kepada Tuhan
Datang kami disambut baik

Berapa tinggi pucuk pisang
Tinggi lagi asap api
Berapa tinggi Gunung Ledang
Tinggi lagi harapan hati

Kabung enau tebang satu
Tebang sekali dengan sigainya
Tinggi gunung tinggi lagi harapanku
Harapan dalam tutur katanya

Besar api Teluk Gadung
Anak buaya mengonggong bangkai
Niat hati nak peluk gunung
Apakan daya tangan tak sampai

Sudah lama langsatnya condong
Dahannya rebah ke ampaian
Sudah lama niat dikandung
Baru sekarang disampaikan

Setelah pihak teruna selesai melantunkan pantun yang mengungkapkan maksud hati mereka, maka pihak dara akan membalas pantun sebagaimana berikut ini:

Perahu kolek ke hilir tanjung
Sarat bermuat tali temali
Salam tersusun sirih junjung
Apa hajat sampai kemari?

Malam-malam pasang pelita
Pelita dipasang atas peti 
Kalau sudah bagai dikata
Sila terangkan hajat di hati

Tidak pernah rotan merentang
Kayu cendana dijilat api
Tidak pernah tuan bertandang
Tentu ada maksud di hati

Tumbuk lada di atas para
Ada kasut simpan di hati
Tepuk dada tanya selera
Apa maksud di dalam hati

Kemudian, pihak lelaki akan membalas pantun tersebut dengan lantunan pantun yang menyiratkan kehendak untuk ”memetik bunga di taman”.

Daun raya di atas bukit
Tempat raja menanam pala
Harap kami bukan sedikit
Sebanyak rambut di atas kepala

Sudah lama kami ke tasik
Tali perahu terap belaka
Sudah lama kami merisik
Baru kini bertatap muka

Tinggi-tinggi si matahari
Anak kerbau mati tertambat
Sekian lama kami mencari
Baru sekarang kami mendapat

Raja Hindu raja di Sailan
Singgah berenang di persiraman
Bagai pungguk rindukan bulan
Kumbang merindu bunga di taman

Cendrawasih burung yang sakti
Singgah hinggap di atas karang
Kasih berputik di dalam hati
Dari dahulu sampai sekarang


Singgah berenang di persiraman
Mayang terendam di dalam tasik
Kumbang merindu bunga di taman
Bintang merindu cendrawasih

            Dalam adat Melayu, pihak si dara biasanya tidak langsung menjawab apa yang menjadi kehendak pihak lelaki. Sesudah berpantun wakil lelaki tersebut akan memberikan sebentuk cincin tanya berupa cincin belah rotan dan jika pihak gadis bersetuju mereka akan menetapkan tarikh untuk peminangan. Walau bagaimanapun adat merisik jarang dilakukan lagi kerana pasangan tersebut telah berkenalan terlebih dahulu, justru itu mereka akan terus menjalankan adat meminang untuk menjimatkan kos dan masa.

FALSAFAH MELAYU
1.       “Orang baik jarang mengaku jahat, tapi orang jahat seronok mengaku baik.”
Makna yang terkandung: memang banyak orang baik yang tidak mau di sebut orang jahat,. tapi BANYAK di dunia ini dimana orang- orang jahat ingin disebut orang baik,. perhatikan aja saat orang-orang melakukan Teroris (bom bunuh diri) mereka ingin dikatakan sebagai orang baik/ orrang suci yang membela kaum lemah, dimana kenyataannya mereka itu orang jahat yang membunuh orang-orang yang tidak tau apa-apa.

2.       Jika anda ingin berjaya janganlah hanya melihat anak tangga saja, akan tetapi, berusahalah untuk menaiki tangga tersebut
maknanya: jika kita ingin naik/maju dalam hidup janganlah hanya melihat tangga/ rintangan tanpa berbuat apa-apa,. tapi naikilah tangga/rintangan itu sehingga saat anda mencapai ujung tangga maka anda akan sukses pula.

3.       Hadiah yang paling berharga untuk teman adalah: bertimbang rasa dan sedia mema'afkan kesalahannya.
makna terkandung didalamnya,. kalau sebagai teman sejati maka kita akan senantiasa memaafkan teman yang melakukan kesalahan,. karena setiap persahabatan pasti ada pertengkaran dan setiap pertengkaran pasti ada yang benar dan salah, dan sebagai sahabat yang baik kita pastilah memaafkan sahabat kita asalkan dipun menyadari kesalahannya.

4.       Jangan fikirkan yang sedap saja, kadang-kadang kita kena juga telan yang pahit sebab kadang-kadang yang pahit itu ubat sedang yang sedap itu racun.
maknanya: kita jangan melihat yang sedap-sedap saja dari perkataan orang,. karena kadang orang yang selalu berkata manis didepan kita 'mungkin' juga adalah musuh dalam selimut, dalam menilai seseorang dan bedakanlah dengan bijak mana yang memang manis jujur dan manis racun.


5.       Mempertajam kapak seminit itu lebih baik daripada menghayun kapak yang dempak sepanjang hari.
maknanya, dalam hidup kita harus menggunakan otak, kadang kita tergesa-gesa melakukan sesuatu tanpa perencanaan dan akibatnya amburadul, dimana kita sebaiknya menyusun rencana dalam hidup, dan nasihat diatas memang benar dimana menajamkan Kapak akan lebih berguna daripada memotong seharian dengan kapak tumpul.

6.       Tak semua yang nampak rugi itu sepanjangnya rugi, kadang-kadang untung menanti di hujung.” arti bahasa Inggrisnya
maknanya: dalam hidup kadang kita memandang sesuatu dengan pesimistis walaupun telah melakukan semua daya upaya,. tapi ingat kadang hasil jeripayah kita akan terlihat di akhir dari upaya kita selama ini,. dimana seperti kata rohani kristen,. TUHAN PASTI BUKA JALAN.

7.       Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda.
Maknanya sahabat yang baik itu adalah orang yang mengatakan hal yang sebenarnya kepada kita sekali pun hal itu akan menyeakitkan hati kita, bukan orang yang membenarkan segala kata-kata kita.

8.      Membangun jangan merusak, membina jangan menyalah.
Agar dalam merancang dan melaksanakan pembangunan jangan sampai menyalahi ketentuan agama dan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial masyarakatnya. Agama dan budaya hendaklah dijadikan teraju, pucuk jala pumpunan ikan dalam merancang pembangunan. Karenanya, para perancang dan pelaksana pembangunan haruslah memahami seluk beluk agama dan budaya serta norma-norma sosial masyarakatnya, agar pembangunan itu benar-benar bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.

9.      Bila membangun tidak senonoh, hasil tak ada masyarakat bergaduh.
Ungkapan adat menegaskan: adat membangun negeri, jangan lupakan diri; adat membangun desa, jangan lupakan agama; adat membangun masyarakat, jangan tinggalkan adat.

10.   Tak ada yang mampu mengubah masa lalu, tapi anda dapat merusak masa depan dengan menangisi masa lalu dan merisaukan masa depan.
Maknanya : masa lalu tidak ada yang bisa mengubahnya karena sudah terlewati maka jangan selalu mengenangnya, karena dengan menyesali masa lalu akan membuat kita merusak masa depan.






KESENIAN MELAYU
Zapin
            Tari zapin dikembangkan berdasarkan unsur sosial masyarakat dengan ungkapan ekspresi dan wajah batiniahnya. Tarian ini lahir di lingkungan masyarakat Melayu Riau yang sarat dengan berbagai tata nilai. Tarian indah dengan kekayaan ragam gerak ini awalnya lahir dari bentuk permainan menggunakan kaki yang dimainkan laki-laki bangsa Arab dan Persia. Dalam bahasa Arab, zapin disebut sebagai al raqh wal zafn. Tari Zapin berkembang di Nusantara bersamaan dengan penyebaran agama Islam yang dibawa pedagang Arab dari Hadramaut. 

KESUSSASTRAAN
                    
Kalau hendak menjadi orang
Rajin-rajin membanting tulang
Manfaatkan umur sebelum petang
Pahit dan getir usah dipantang


            Maksud pantun adalah orang yang malas bekerja hidupnya akan melarat. Sebaliknya, “ringan tulang beratlah perut” yang bearti barang siapa yang bekerja keras, hidupnya pasti akan tenang dan berkecukupan. Memanfaatkan umur yang muda dan sehat sebelum tua dan sakit untuk bekerja dan jangan memilih milah kerja apapun harus dilakukan asalakan halal dan baik. Hal ini dilakukan agar dapat menumbuhkan semangat kerja yang tinggi, sehingga setiap anggota masyarakat mampu mencari dan memanfaatkan peluang yang ada, bahkan mampu pula menciptakan usaha-usaha baru yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka masing-masing.


SAINS DAN TEKNOLOGI
                Dalam pertanian dikenal teknologi berladang dan cara pengolahan tanah tebas, tebang, bakar (porun). Teknologi ini merupakan teknologi bahari yang paling menonjol. Ternyata cara pengolahan tersebut tetap dipakai dalam usaha perkebunan kelapa sawit dan perkebunan lainnya yang sedang digalakkan di Riau saat ini.











DISUSUN


FITRIYANI NASUTION


JURUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2015


TUGAS PEMIKIRAN MELAYU

1.         PERIBAHASA MELAYU DAN MAKNANYA

1.      Melentur buluh biarlah dari rebungnya
Maksud : Mendidik anak biarlah sejak mereka kecil lagi.
2.      Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi
Maksud : Dua orang atau pihak yang sama darjat dalam adat
3.      Yang berat sama dipikul, yang ringan sama dijinjing
Maksud : Bersama-sama menghadapi atau mengerjakan sesuatu.
4.      Kalau takut dilambung ombak, jangan berumah di tepi pantai
Maksud : Kalau takut berhadapan dengan penderitaan , lebih baik jangan melakukan sesuatu yang susah
5.      Indah khabar daripada rupa
Maksud : Perkhabaran tentang sesuatu perkara yang dilebih-lebihkan.
6.      Hati gajah sama dilapah, hati kuman sama dicecah
Maksud : Pengagihan yang sama banyak.
7.      Bukit sama didaki, lurah sama dituruni
Maksud : Perhubungan yang sangat akrab, senang susah bersama.
8.      Kacang lupakan kulit
Maksud : Orang yang melupakan asalnya atau orang yang pernah menolongnya setelah mendapat kesenangan.
9.      Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung
Maksud : Menurut adat atau peraturan di tempat yang kita diami atau tinggal.
10.  Masuk kandang kambing mengembek, masuk kandang kerbau menguak
Maksud : Menyesuaikan diri dengan tempat dan keadaan

2.            KONSEP SOSIAL BUDAYA
Tradisi Buang-Buang Tali Pusar
            Bagi keturunan kaum bangsawan, maka sejak kelahiran hingga tanggal pusat sang bayi terus menerus dipangku secara bergiliran. Namun jika keturunan rakyat biasa, bayi dipangku 24 jam ketika tanggal pusat saja. Untuk menghibur orang memangku bayi tersebut biasanya diperdengarkan syair-syair maupun nasehat bagi sang bayi. Perlengkapan upacara disediakan oleh orang tua bayi antara lain ; Bayi diletakan pada suatu talam yang besar pada bagian bawah talam ada beras dan uang logam, baru di atas kain. Setelah dibacakan doa selamat maka prosesinya selesai.
            Bagi masyarakat Melayu umumnya bahwa talipusar adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mulai dari pemotongan ketika dilahirkan sampai tali pusar tanggal sendiri mempunyai arti tertentu. Tanggalnya tali pusar dibuat suatu upacara tertentu dengan membuat makanan bubur putih dan beberapa kue makanan ringan sebagai ungkapan rasa syukur dan disertai dengan pembacaan doa selamat. Pembacaan doa diutamakan bapak dari bayi dan juga bisa dipanggil orang yang dianggap alim disekitar tempat tinggal. Umumnya tali pusar disimpan oleh orang tua didalam suatu tempat yang dirahasiakan. Tali Pusar tersebut dikumpulkan menjadi satu dengan tali pusar yang lainnya. Dalam kepercayaan masyarakat bahwa jika tali pusar disatukan maka tidak akan terjadi perpecahan ataupun perselisihan antara saudara satu dengan lainnya. Kemudian ada juga yang memilih menyimpan dibawah dapur bermaksud membuat anak berani menjalani hidup walaupun berbagai problem yang ada mereka akan tetap tegar dan dapat mengatasi masalah tersebut.
            Pembuangan tali pusar juga dilakukan dengan memasukan pada suatu tempat yang dibuat dari penangkin dan dihanyutkannya dengan pelepah pinang dan disebut dengan upeh.


3.         FALSAFAH MELAYU
1.      Melayu Itu Bukan Rupa, Bukan Kulit, Dan Bukan Orang....
Melayu Itu Alam, Dunia, Pemikiran Ketuhanan....
Melayu Itu... Budaya Yang Memerintah
           Orang Melayu adalah satu bangsa dan bangsa ini sudah tentu memiliki pecahan etnik yang membezakan puak-puak atau jenisnya Melayu itu pula seperti Melayu Bugis, Melayu Kampar, Melayu Minang dan semua puak etnik Melayu. Walaupun ada pecahan puak etnik namun itu semua terkumpul dalam satu rumpun bangsa iaitu bangsa Melayu.

2.      Selagi Hayat Dikandung Badan
Tak Kan Melayu Hilang Didunia
            Selagi umur dan ada maka budaya melayu tidak akan bisa hilang didunia ini.

3.      "Yang arif menjemput tuah, yang bijak menjemput marwah
Arif dalam menyimak dan Bijaksana dalam bertindak menjadi salahsatu landasan sifat orang melayu, sifat selalu berhati-hati dalam berbuat maka akan mendapat hasil yang baik dan dalam memutuskan suatu masalah dengan bijak maka akan membuat masyarakat menghormati kita.

4.      “Sekali layar terkembang, pantang biduk surut kepantai”
Melambangkan semangat yang maju terus terus pantang mundur.

5.      Membangun jangan merusak, membina jangan menyalah.
Nilai ini mengajarkan, agar dalam merancang dan melaksanakan pembangunan jangan sampai menyalahi ketentuan agama dan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial masyarakatnya. Agama dan budaya hendaklah dijadikan teraju, pucuk jala pumpunan ikan dalam merancang pembangunan. Karenanya, para perancang dan pelaksana pembangunan haruslah memahami seluk beluk agama dan budaya serta norma-norma sosial masyarakatnya, agar pembangunan itu benar-benar bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.


6.      Bila membangun tidak senonoh, hasil tak ada masyarakat bergaduh.
Ungkapan adat menegaskan: adat membangun negeri, jangan lupakan diri; adat membangun desa, jangan lupakan agama; adat membangun masyarakat, jangan tinggalkan adat.

7.      apabila membina tidak semenggah, lambat laun menjadi musibah.
Dalam melaksanakan pembangunan, agama dimuliakan, budaya diutamakan, adat dikekalkan.

8.      Apabila agama tidak dipakai, alamat masyarakat akan meragai (sengsara dunia akhirat); apabila budaya tidak dipandang, alamat negeri ditimpa malang; apabila adat tidak diingat, lambat laun sengsaralah umat.

9.      hilang warna karena penyakit, hilang bangsa karena tidak beremas’.
Artinya harga diri seseorang akan hilang karena miskin, oleh sebab itu bekerja keras salah satu cara untuk menghindarkannya.

10.  Apabila membina hendak bermanfaat, jangan sekali meninggalkan adat.
Dalam membina suatu masyarakat haruslah yang bermanfaat bagi mereka, tidak mementingkan diri sendiri, jangan sekali kali meninggalkan adat dan budaya pada suatu masyarakat tersebut.


4.            KESENIAN MELAYU

Rentak Bulian, Talang Mamak

Rentak Bulian yang merupakan tarian pengobatan tradisi Suku Talang Mamak (suku pedalaman Kabupaten Indragiri Hulu). Ayunan kaki tiga penari pria seirama dengan alunan musik tradisional, bergerak menuju pentas sambil melompat-lompat dengan diikuti lima penari wanita yang mengekor layaknya itik pulang petang. Para penari pria membentangkan tangan, saling mengepal ujung jemari menundukkan kepala, serentak menari sambil mengintari panggung, yang wanita saling memegang pinggang, melangkahkan kaki namun tetap menatap lantai. Kurang 30 detik berkeliling panggung, para penari yang mengenakan busana adat merah-hitam dan pengikat kepala itu kemudian berdiri di tengah panggung, menghadapkan dada ke tamu undangan dengan tetap menundukkan kepala.
      
            Penari berbaris seperti elang membentangkan sayap, tiga penari pria berdiri sejajar di depan, dan lima penari wanita tetap di belakang, berbaris sambil memegang pinggang satu sama lainnya. Salam hormat ke pada hadirin menjadi awal penari Sanggar Orkit Managemen kembali beraksi. Kembali mengintari panggung sambil mengayunkan kaki kiri dan kanan melompat-lompat secara bergantian, namun tetap serentak mengikuti alunan musik yang berirama santai. Beberapa menit kemudian seorang penari pria yang berada di barisan tengah mengambil bunga kelapa muda (mayang) dan kembali berlari sambil menaburnya dengan cara menepuk; "Prok... prok...prok...," suara hempasan mayang diiringi dengan teriakan bersama; "Haaa...haaa...huuu...".
     
            Tarian Rentak Bulian merupakan karya seniman terbaik Riau Wasnury Marza yang telah lama populer di Riau. Kesenian ini juga telah berulang kali disertakan pada ajang-ajang nasional bahkan internasional.
    
Menurut penelusuran, Rentak Bulian merupakan ritual pengobatan, dimana diambil dari Kata Rentak dan Bulian. Rentak yang maksudnya adalah merentak atau melangkah, dan Bulian adalah tempat singgah mahluk bunian atau mahluk halus dalam bahasa daerah Indragiri Hulu.
Tarian Rentak Bulian ini sangat kental dengan suasana dan unsur magis, dimana sebelum ritual tari dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mulai dari rentakan musik hingga gerakan yang serentak. Tarian ini aslinya diperankan oleh delapan orang penari yang terdiri dari tujuh perawan dara yang cantik dan molek serta seorang pemuda gagah perkasa yang baligh. Setiap penari tak ada hubungan darah dan memerankannya setelah mendapat izin tetua adat kampung. Sebelum menari, penari sudah diasapi dengan gaharu sebagai upaya magis yang dipercaya mampu mengusir makhluk dunia lain. Selanjutnya alat musik juga harus di keramati mayang pinang atau kelapa terpilih sebagai pelengkap upacara pengusiran roh jahat dan ritual penyembuhan bagi warga yang jatuh sakit.
    
            Sejumlah alat musik yang digunakan meliputi gong yang dibunyikan sebagai pengiring ritme langkah kaki penari, dan seruling sebagai tangga nada mengiringi gerakan penari. Alat musik lainnya disebut dengan ketok-ketok yang terbuat dari sebongkah batang kelapa tua yang berdiameter 30 sampai 45 centimeter, di lubangi menyerupai kentongan khas Jawa. Kemudian Tambur yang merupakan gendang besar sebagai bass serta kerincingan yang diikat pada kaki penari, berfungsi sebagai tanda serempak lompatan penari.


5.            KESUSSASTRAAN

Syair Perahu

Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i'tikat diperbetuli sudah

Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.

Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.

Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu

Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.

Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.

Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.

Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.

Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba'id.

Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.

Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.

Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.

La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.

Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.

Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.

Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.

Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu 'azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.

Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na'am, siang dan malam.

Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.

Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.

Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.

Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
"yakin akan Allah" nama pawangnya.

"Taharat dan istinja'" nama lantainya,
"kufur dan masiat" air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.

Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
"Allahu Akbar" nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.

"Wallahu a'lam" nama rantaunya,
"iradat Allah" nama bandarnya,
"kudrat Allah" nama labuhannya,
"surga jannat an naim nama negerinya.

Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam'ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.

Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.

Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.

Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.

Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
tanpa ada tujuan yg tetap,

Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.

Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?

La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insan,
siang dan malam jangan dilalaikan.

La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma'rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.

La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da'im dan ka'im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.

La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.

La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.

La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma'rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.

La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.

La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.

           
            Dalam syair ini, beliau memberi suatu gambaran tentang kehidupan negeri akhirat dan beragam kondisi yang sangat tidak mampu dihadapi oleh manusia tanpa amal kebajikannya: Perteguh jua alat perahumu, muaranya sempit tempatmu lalu, banyaklah di sana ikan dan hiu, menanti perahumu lalu dari situ. Perahu adalah tubuh, yang akan mengarungi muara akhirat yang sempit, bagi manusia yang tidak cukup amalnya. Ikan dan hiu adalah simbol azab Padang Mahsyar. Banyak ayat al-qur’an dan hadist Rasulullah SAW, menyebutkan tentang azab-azab di sana. Kita sering mendengar tentang kisah ular dan kalajengking yang mengerikan yang memangsa manusia karena amal perbuatannya tidak sesuai, bahkan jauh melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana di lautan, ia siap memangsa manusia, jika tak berhati-hati, bahkan tanpa persiapan sama sekali saat mengarungi samudera itu. Muaranya dalam, ikan pun banyak, di sanalah perahu karam dan rusak, karangnya tajam seperti tombak ke atas pasir kamu tersesak. Akhirat seumpama muara yang dalam, tak ada yang mampu mengukur kedalamannya. Dalam muara akhirat, di sanalah manusia mendapat balasan yang setimpal. Jika ia tak berbekal, sungguh akan tenggelam ke dasar perut neraka jahannam yang menanti-nanti, di mana azab memerih. Karangnya tajam seperti tombak, umpama azab yang siap menusuk-nusuk tubuh yang tak memiliki daya untuk mengelak. Ketahui olehmu hai anak dagang, riaknya rencam ombaknya karang ikan pun banyak datang menyarang hendak membawa ke tengah sawang. Saat pertama kali manusia dihimpun di padang mahsyar ribuan tahun lamanya, setelah mengalami masa kebangkitan dari barzakh, saat inilah azab mula datang. Manusia dihisab; penghitugan amal dengan keadilan Allah Yang Maha Tinggi. Lalu beralihlah ke azab yang lain. Ikan pun banyak datang menyarang, adalah simbol azab yang datang silih berganti. Panas sengatan matahari, yang hanya berjarak sejengkal dari kuduk, seolah membakar tubuh. Hendak membawa ke tengah sawang, inilah peradilan terakhir, berjalan di atas jembatan sawang; shirathal mustaqim, yang menentukan nasib manusia; apakah bahagia atau celaka. Muaranya itu terlalu sempit, di manakan lalu sampan dan rakit, jikalau ada pedoman dikapit, sempurnalah jalan terlalu ba’id. Ingatlah, perbanyaklah amal kebajikan. Sebab muara akhirat sangatlah sempit bagi orang tanpa bekal iman dan taqwa yang dibawa, menuju sebuah negeri yang terlalu jauh. Jikalau ada pedoman dikapit / sempurnalah jalan terlalu ba’id, itulah bekal iman yang senantiasa menjadi penolong manusia menghadapi segala rintangan di negeri akhirat kelak. Baiklah perahu engkau perteguh, Hasilkan pendapat dengan tali sauh, anginnya keras ombaknya cabuh, pulaunya jauh tempat berlabuh. Pada bait syair Perahu yang paling akhir ini, Hamzah Fansuri mengingatkan para pembaca, agar senantiasa meneguhkan diri dengan iman dan taqwa, dan berpegang teguh pada al-qur’an dan hadist sebagai tali sauh. Sebab, pelayaran arungi samudera menuju pulau yang diidamkan itu sangat jauh. Dalam bait-bait syair tersebut di atas, memberi suatu pemahaman bahwa Hamzah Fansuri telah mengukuhkan jalan kepenyairan ini sebagai titian nasehat bagi pembaca. Fungsi sastra sebagai religiutas, mampu dijelmakannya dalam “Syair Perahu”. Bahkan oleh para pakar dan ahli sastra Indonesia, telah memberi suatu klafikasi tentang karya Hamzah Fansuri yang memiliki aliran mistisme (sufi). walaupun saat itu (lima abad lalu) aliran sastra belum dikenal sebagai suatu perbedaan dalam karakter karya sastra itu sendiri. Hal ini, karena dalam karya-karyanya, khususnya dalam syair “Perahu”, sebagai topik dan ruang lingkup pemabahasan ini, Hamzah Fansuri banyak menggambarkan dan memberi suatu pencerahan bagi pembaca mengenai negeri akhirat sebagai rukun iman yang kelima, yang harus diyakini oleh setiap muslim. Abdul Hadi WM menjelaskan, karena ilham penulisan sastra sufi dan bangunan estetikanya didasarkan pada kandungan falsafah perenial Islam yang uni-versal – terutama gagasan cinta (`isyq dan mahabbah), makrifat, iman, penglihatan rohani, hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dan hamba-Nya, akibat-akibat buruk cinta berlebihan pada dunia dan gagasan lain – maka tak mengherankan apabila pesan moral dan kerohanian penulis sufi senantiasa relevan dan melampaui zamannya. Kehampaan rohani yang dirasakan manusia modern akibat tekanan peradaban dan kebudayaan material, membuat sastra sufi kian relevan di mata beberapa penulis yang telah akrab dengan tasawuf. Memang, demikianlah sastra di mata kaum sufi. Mereka telah menjadikannya sebagai seuatu yang menjembatani antara dirinya dan Tuhannya. Ungkapan-ungkapan tersebut lahir dari kejernihan kalbu yang dipenuhi cinta pada yang telah menciptakannya, kemudian lahir dalam tiap butir kata-kata





6.            SAINS DAN TEKNOLOGI MELAYU
                teknologi untuk mengangkut hasil-hasil tangkapan ikan. Alat angkut yang digunakan mulai dari tongkah yang biasa digunakan di lingkungan berlumpur, sampan yang mirip kano (dari sebatang kayu), rakit dan perahu untuk di tepi pantai, sampan/perahu layar, sampai kapal (Ahmad, 1978). Bentuk dan fungsi sampan dan perahu beragam, namun yang menarik perhatian adalah tongkah atau sampan tongkah, karena jenis ini semakin langka.
                Ahmad (1982) mengatakan bahwa tongkah merupakan alat khas asli yang berfungsi sebagai alat angkutan di lingkungan antara darat dan perairan. Menurut Cho Tachun, tongkah (mud ski) telah dipakai dalam kebudayaan masyarakat perikanan di Asia Tenggara bersamaan dengan dipakainya alat itu di Asia Timur (Cina dan Jepang). Nishimura, seorang antropolog maritim Jepang mengamati tongkah di Cina, Jepang, Malaysia, dan Jawa, kemudian membagi tongkah atas bentuk Shanghai, Kwantung, dan bentuk Asia Tenggara.
                Berdasarkan penelitian Ahmad et. al. (1983), sampan tongkah masih dipakai di kawasan Bagan Siapi-api dan Condong Luar, Riau. Jenis tongkah tersebut dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe sehelai papan yang terdapat di Anak Setatah, Teluk Rukam, dan Con¬dong Luar serta tipe kotak yang ditemukan di Teluk Rukam dan Bagan Siapi-api (Ahmad et. al., 1983). Tipe sehelai papan mempunyai persamaan dengan tongkah Orang Koala di Malaysia, Teluk Aniake (Jepang), serta di Cholburi dan Petchburi (Thailand) (Shibato et. al., 1980). Tipe kotak mempunyai persamaan dengan tongkah di Danau Suwa Jepang maupun di Jerman (Kabayoshi, 1980). Namun belum jelas hubungan kemiripan bentuk-bentuk tersebut, dalam arti mana yang mempengaruhi atau merupakan asal-usul sampan tongkah. Di¬duga, persamaan itu hanya suatu ke¬betulan.








TUGAS INDIVIDU

PEMIKIRAN MELAYU


Peribahasa melayu
Konsep Sosial budaya melayu
Falsafah masyarakat melayu
Kesenian melayu
Sains dan teknologi melayu




Di susun oleh

ZUKRI



UNIVERSITAS LANCANG KUNING
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN SASTRA MELAYU
PEKANBARU
2015

BIDANG PEMIKIRAN MELAYU

A.        PERIBAHASA
1. Air Susu di balas air tuba
Kebaikan dibalas dengan kejahatan

2. Air dicincang tiada putus
Dalam sebah keluarga tidak akan tercerai berai karena hanya perselisihan saja

3.Bermain air basah, bermain api letup
Mengerjakan sesuatu pekerjaan akan mendapat imbalan sesuai dengan perbuatannya

4. Menepuk air di dulang terpercik muka sendiri
Orang yang membeberkan rahasia keluarganya, akan mendapat malu sendiri

5. Pandai berminyak air
Orang yang pandai memanfaatkan barang yang tak berguna, tetapi hasilnya sesuatu yang berharga

6. Sambil menyelam minum air
Orang yang mengerjakan pekerjaan sambil mengerjakan pekerjaan lainnya

7. Sebelum ajal berpantang mati
Kiya tidak boleh mudah menyerah atau putus asa

8.Guru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi
Kita belajar hendaklah dengan sungguh-sungguh, jangan setengah-setengah

9.Jika tak ada akar rotan pun jadi
kalau tak ada yang lebih baik, yang kurang baik pun akan berguna

10. Kalau pandai mencincang akar, mati lalu kepucuknya
Jika pemimpinnya sudah kalah, maka anakbuahnya akan menyerah pula


B.        KONSEP SOSIAL BUDAYA
KONSEP MALU (Pergaulan sehari-hari)     
            Konsep Malu dalam Masyarakat Melayu para peneliti Eropa menggambarkan budaya Melayu dengan nilai-nilai kehalusan budi, ramah-tamah, dan sensitif. Selain itu, orang Melayu digambarkan sebagai orang yang sopan, santai, dan menarik (dan juga sifat yang kurang baik, seperti lamban, pemalas, mudah tersinggung). Orang Melayu secara tradisional adalah orang desa. Kehidupannya bergantung pada perikanan, perkebunan, dan pertanian. Mereka sudah lama menjadi muslim dan Islam sering diidentikkan dengan Melayu. Seluruh aspek budayanya dipayungi oleh agama Islam sebagaimana tercermin dalam ungkapan "adat bersendikan syarak" dan "syarak bersendikan kitabullah”. Selain itu, budaya Melayu kaya dengan pantun, peribahasa, dan syair. Bahasa berperan penting dalam budaya mereka. Pentingnya bahasa dalam budaya Melayu dibuktikan dengan kenyataan bahwa bahasa mempunyai makna 'rasa hormat' dan ‘tata krama’.
            Bagi orang Melayu, malu merupakan konsep budaya yang berperan penting dalam pergaulan. Konsep ini berbeda dengan konsep yang dimiliki oleh pendukung budaya lain. Bukan hanya dari bentuk leksikalnya, melainkan juga dari maknanya. Sebab itu, pemadanan konsep malu dari bahasa yang satu ke dalam bahasa lain tidak akan menghasilkan makna yang sama meskipun bahasa-bahasa itu bertalian secara geografis, genetis, dan kultural. Misalnya, konsep malu dalam bahasa Melayu berlainan dengan konsep shame dalam bahasa Inggris, whakamaa dalam bahasa Maori, ha'amaa dalam bahasa Tahiti, atau haji dalam bahasa Jepang. Dalam ruang lingkup yang lebih terbatas, konsep ini juga tidak sama dengan konsep elek dalam bahasa Bali, isin dalam bahasa Jawa, mai dalam bahasa Biak, todus dalam bahasa Madura, atau maila dalam bahasa Angkola. Pendeknya, kata-kata itu berbeda maknanya sesuai dengan keunikan budaya masing-masing.
            Dalam pandangan orang Melayu, menghindari rasa malu (diri sendiri ataupun orang lain) merupakan kekuatan utama dalam hubungan sosialnya. Dua konsep sosial lain yang berhubungan ialah maruah, yang bermakna 'martabat pribadi' dan harga diri. Sistem nilai sosial orang Melayu boleh dikatakan didasarkan pada dua konsep ini. Dengan kata lain, perilaku sosialnya diatur sedemi­kian rupa untuk menjaga martabat pribadi dan tidak menyingung harga diri orang lain. Demi menjaga martabat pribadi, orang Melayu akan meminjam uang pada keluarga atau tetangga apabila ingin menikahkan anaknya. Demi alasan yang sama pula, orang Melayu yang gagal membawa hasil dari laut kemungkinan akan membeli ikan di pasar untuk dibawa pulang ke rumah. Sementara itu, jika harga dirinya sudah tersinggung, orang Melayu menjadi marah, yang di dalam konsep Melayu disebut amuk. Amuk tidak terbatas pada orang seorang, tetapi juga orang ramai (massa). Konflik sosial yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia bisa menjelaskan bagaimana ekspresi amuk orang Melayu.
            Betapa pentingnya konsep malu bagi orang Melayu diungkapkan melalui peribahasa berikut: Daripada hidup menanggung malu,elok mati kena palu; Kalau aib sudah menimpa, hidup di dunia ini tiada berguna. Peribahasa ini bermakna bahwa orang Melayu lebih memilih mati daripada menanggung malu. Tegasnya, dalam pandangan orang Melayu, malu merupakan ekspresi emosi yang harus dihindari. Berbicara sopan Salah satu norma perilaku berkomunikasi orang Melayu ialah berbicara dengan cara yang sopan. Dalam berkomunikasi sehari-hari, ada kesan bahwa orang Melayu selalu berpikir sebelum berbi­cara, seperti direfleksikan dalam ungkapan Kalau cakap pikirlah dulu sedikit. Keinginan menghindari lawan bicara merasakan sesuatu yang buruk, dalam hal ini mendapat malu, tampaknya dimoti­vasi oleh keinginan agar lawan bicara tidak memikirkan sesuatu yang buruk tentang pembicara. Orang Melayu dituntut berbicara sopan sebab perilaku ini akan menghindarkan orang lain mendapat malu pada berbagai situasi tuturan. Nilai budaya Melayu ditentukan oleh kemampuan berbicara ini. Cara berbicara ini tidak berhubungan dengan kekayaan, keturunan, atau pendidikan. Seorang nelayan yang hanya tamat sekolah dasar bisa saja berbicara lebih sopan daripada seorang pegawai negeri yang tamat dari perguruan tinggi. Orang yang tidak berbi­cara sopan akan dikatakan anak yang kurang ajar dan tidak tahu aturan. Sebaliknya, cara yang sopan akan mendapat kebanggaan. Perilaku sopan juga berlaku pada ranah perilaku nonverbal; misalnya, melepas sepatu sebelum masuk ke rumah, memakan sedikit makanan yang ditawarkan, bersikap khusus ketika melewati orang yang sedang duduk, menggunakan tangan kanan ketika makan atau memberikan sesuatu, menghindari sentuhan fisik dengan anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, menunjuk dan memberi isyarat dengan cara tertentu. Di sisi lain, rasa malu sendiri merupakan suatu "benteng" dalam mencegah perilaku sosial yang dianggap "menyimpang" dalam masyarakat.
            Konsep malu merupakan konsep budaya yang mendasar dalam masyarakat Melayu. Konsep ini berhubungan dengan konsep sosial "muruah" dan "harga diri" dan mengandung nilai kesopanan sejalan dengan norma perilaku berkomunikasi orang Melayu, yaitu berbicara dengan cara yang sopan. Di samping itu, ekspresi malu mengandung berbagai aspek sosial budaya, terutama relasi sosial akrab dan tidak akrab di antara penutur dan petutur. Dalam bahasa Melayu sekarang ini ekspresi malu telah mengalami perubahan sesuai dengan perubahan dan perkembangan masyara­kat penuturnya. Ada beberapa bukti tentang perubahan penggunaan kata itu pada generasi muda yang berkaitan dengan perilaku sosialnya akibat penetrasi dari budaya lain (budaya asing). Perubahan itu mengacu pada situasi di mana orang Melayu, terutama yang tinggal di perkotaan, tidak lagi menggunakan kata malu dalam kaitannya dengan perilaku berpacaran, seperti berpegangan tangan atau berpelukan, di tempat-tempat umum meskipun bagi sebagian orang Melayu sikap seperti ini dianggap "tak tahu malu".


C.        FALSAFAH MELAYU/ KATA-KATA BIJAK MELAYU
1.       “hidup berjasa, mati berpusaka”.
Jadi orang Melayu memberikan arti dan harga yang tinggi terhadap hidup.

2.       hilang warna karena penyakit, hilang bangsa karena tidak beremas’.
Artinya harga diri seseorang akan hilang karena miskin, oleh sebab itu bekerja keras salah satu cara untuk menghindarkannya.

3.       "Menyimak alam, mengkaji diri"
Nilai ini mengajarkan agar dalam merancang dan melaksanakan pembangunan, haruslah diawali dengan penelitian yang cermat terhadap alam dan semua potensi yang ada (sumber daya alam), serta mengkaji pula kemampuan diri (sumber daya manusia).

4.       Melayu itu berbudaya,
yang sifatnya nasional dalam bahsa, sastra, tari, pakaian, tersusun dalam tingkah laku, dan lain-lain.

5.       Melayu itu beradat,
yang sifatnya regional (kedaerahan)dalam bhineka tunggal ika, dengan tepung tawar, balai pulut kuning dan lain-lain yang mnegikat tua dan muda.

6.       Melayu itu berturai,
yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun tertib mengutamakan ketenteraman dan kerukunan, hidup berdampingan dengan harga menghargai timbal balik, bebas tapi terikat dalam masyarakat.

7.       bila tidak mampu, cari yang mampu; bila tidak pandai, cari yang pandai; bila tidak tahu, cari yang tahu.
artinya: untuk membangun yang berfaedah, jangan malu merendah (maksudnya, untuk mewujudkan pembangunan, jangan malu-malu menggunakan tenaga luar yang dianggap patut dan layak).

8.       Membangun jangan merusak, membina jangan menyalah.
Artinya : Nilai ini mengajarkan, agar dalam merancang dan melaksanakan pembangunan jangan sampai menyalahi ketentuan agama dan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial masyarakatnya.

9.       adat membangun negeri, jangan lupakan diri; adat membangun desa, jangan lupakan agama; adat membangun masyarakat, jangan tinggalkan adat.
Artinya : dalam melaksanakan pembangunan, agama dimuliakan, budaya diutamakan, adat dikekalkan. Selanjutnya dikatakan: apabila agama tidak dipakai, alamat masyarakat akan meragai (sengsara dunia akhirat); apabila budaya tidak dipandang, alamat negeri ditimpa malang; apabila adat tidak diingat, lambat laun sengsaralah umat. Ungkapan adat juga mengatakan: apabila pembangunan hendakkan berkah, agama jangan dipermudah; apabila membina hendak bermanfaat, jangan sekali meninggalkan adat.

10.   “tak ingat hidup akan mati, tak ingat hutang yang disandang, tak ingat beban yang
dipikul”
artinya : orang yang tidak bekerja, apalagi yang sengaja tidak mau bekerja, dianggap melalaikan kewajiban, melupakan tanggung jawab, menafikan ajaran agama dan tuntunan adat-istiadat serta mengabaikan tunjuk ajar yang banyak member petuah amanah tentang budaya kerja. Sikap malas dan lalai, dianggap sikap tercela oleh masyarakat Melayu yang disebut.


D.        KESENIAN
Pencat  Silat
          Pencak silat atau silat (berkelahi dengan menggunakan teknik pertahanan diri) ialah seni bela diri Asia yang berakar dari budaya Melayu. Pencak Silat bukanlah ceritera baru , semenjak zaman perjuangan kelompok–  kelompok maupun secara perseorangan pemuda dan pemudi dalam menentang penjajahan kolonial Belanda , hingga saat ini terus mempelajari dan mengembangkan ilmu beladiri ini. Memang kawasan orang banyak secara terinci tidak banyak mengenal kandungan dan perkembangan pencak silat secara menyeluruh. Pencak silat pada awal mulanya kita kenali sebagai perwujudan ilmu beladiri praktis dan seni pertunjukan. Di daerah Jawa Barat kesenian ini , dipertunjukkan sebagai hiburan mana kala keluarga hendak megadakan upacara hitanan anak lelakinya, Masyarakat Betawi pula mempertunjukan seni beladiri khas Betawi dalam acara “buka palang pintu” saat upacara pernikahan adat Betawi berlangsung.

E.        KESUSSASTRAAN
Hikayat Si Miskin
Hikayat ini menceritakan orang pada zaman dahulu sekali. Suatu peristiwa yang mana Allah SWT menunjukkan kekayaanNya kepada hambaNya. Menceritakan orang miskin suami-isteri yang mencari rizki ke negara antah berantah. Nama raja dalam negara tersebut adalah Indera Dewa. Beliau teramat mahsyur. Raja-raja di tanah Dewa tersebut takluk kepada Baginda dan membayar upeti setiap tahunnya.
            Suatu hari baginda sedang berkumpul bersama raja-raja, menteri dan hulubalang serta rakyatnya. Lalu Si Miskin menuju ke tempat berkumpul tersebut.  Orang-orang melihatny, Si miskin suami-isteri tersebut berpakaian usang seperti habis dimamah anjing. Orang-orang tertawa melihatnya sambil mengambil kayu dan batu. Si Miskin dilempari tubuhnya dan bengkak serta berdarah. Baginda berkata” ada apakah gerangan di luar itu?”. Para raja menjawab” ya taunku Syah Alam, orang melempari Si Miskin tuanku”. Baginda berkata” usirlah jauh-jauh!”.Diusirlah oleh orang-orang Si Miskin tersebut hingga ke tepi hutan dan orang-orang kembali.
            Setelah hari mulai malam, baginda masuk ke dalam istananya. Seluruh raja, menteri dan hulubalang serta rakyat pulang ke rumahnya. Sedangkan Si Miskin ketika malam ia tidur di dalam hutan. Setelah siang hari ia masuk ke dalam negeri mencari rizkinya. Ketika sampai di dekat kampung, apabila warga kampung melihatnya ia diusir dengan kayu dan Si Miskin lari ke dalam pasar. Apabila orang pasar melihat Si Miskin datang maka orang pasar melemparinyadenagn batu bahkan memukulnya dengan kayu. Si miskin menangis kencang sepanjang jalan karena lapar dan haus seperti hendak mati.
Ketika bertemu tempat sampah ia berhenti. Dicarinya makanan di atas tumpukan sampah. Didapatinya ketupat basi dan sebuku tebu lalu dimakan bersama isterinya. Setelah dimakannya ia merasa badannya agak segara karena telah beberapa hari tidak makan nasi karena Ia takut hendak meminta kepada orang. Jangankan diberi, datang ke rumahnya pun diusir. Begitulah kehidupan Si miskin setiap hari.
            Ketika hari sudah petang, si miskin masuk ke dalam hutan tempatnya sediakala. Di sanalah ia tidur. Ia menyapu darah di tubuhnya yang sudah kering lalu tidur. Setelah pagi datang, Ia berkata kepada Isterinya” Ya tuanku, matilah rasanya. Tubuhku sangat sakit, rasanya tubuhku hancur”. Katanya sambil menangis. Isterinya merasa iba melihat suaminya. Sang isteri ikut manangis sambil memamah daun untuk dioleskan ke tubuh suaminya sambil berkata” diamlah taun, jangan menangis! Seduhlahg dengan anting kita!”. Sebenarnya Si Miskin adalah raja Keinderaan yang terkena kutukan Batara Indera hingga seperti itu. Suaminya itupun segera sembuhdan masuk ke dalam hutan mencari ambatmuda yang bisa dimakan dan dibawa kepada isterinya. Seperti itulah suami isteri itu.
            Setelah beberapa lama, Isteri Si miskin hamil tiga bulan. Isterinya menangis meminta buah mangga yang ada di taman raja. Suaminya terinagt antingnya ketika menjadi raja ia tidak mau memiliki anak dan sekarang telah menjadi hal genting dan berkata kepada isteinya” hai adinda, apakah emngkau hendak membunuhku?, lupakah engkau masalah kita. Jangankan meminta barang, masuk ke dalam kampung saja tidak boleh.  Setelah isterinya mendengan hal itu, ia makin menangis. Suaminya berkata” diamlah tuan, jangan menangis! Aku akan pergi mencarikan adinda buah mempelam dan aku berikan kepada adinda”. Barulah isterinya diam mendengar hal tersebut. Maka si suami pergi ke pasar mencari buah mangga. Setelah sampai di kedai tempat orang berjual buah mangga, Si Miskin berhenti hendak meminta namun takut dipukuli. Orang yang berjualan berkata” hai miskin, mau apakah engkau?”. Si miskin menyahut” aku hendak memohon belas kasihanmu, kasihanilah aku yang miskin ini. Bolehkah saya meminta buahmangga yang busuk itu sebiji saja?”. Orang itu mearasa iba mendengar perkataan Si Miskin. Ketika itu ada yang memberi buah mangga, ada yang memberi nasi, ada yang memberi baju dan buah-buahan. Karena itulah, Si Miskin merasa heran kepada dirinya karena orang-orang pasar banyak memberinya. Karena dahulu ia tidak boleh masuk ke dalam kampung dan dilempari orang-orang. Setelah ia berpikir mengenai hal itu, ia masuk ke hutan dan menceritakan kejadian ketika di pasar. Isterinay menangis mendengae cerita suaminya karena tidak mau memakan jika buah mangga tersebut bukan berasal dari taman raja. Suaminay merasa sebal melihat kelakuan isterinya namun ia tek berdaya. Maka ia menghadap indera Dewa ketika sedang ramai berkumpul bersama raja-raja. Si Miskin datang dan masuk ke dalam. Baginda bertanya” hai mkiskin, apa kehendakmu?”. Si miskin menjawab sambil bersujud” ampun tuanku, beribu ampun, hamba orang miskin hendak meminta daun mangga Syah Alam yang sudah jatuh tuanku”. Baginda berkata” akan kau gunakan apa daun mangga itu?”. Si miskin menjawab” hendak di makan tuanku”. Baginda berkata” ambilkanlah setangkai untuk si miskin ini”!. Si miskin diambilkan dan dibawanya seraya menyembah kepada baginda dan berjalan ke luar.
            Setelah itu, baginda masuk ke dalam istananya. Seluruh raja-raja, menteri dan hulubalang beserta rakyat pulang ke rumahnya masing-masing. Si miskin sampai ke tempatnya. Setelah isterinya melihat kedatangannya membawa buah mangga setangkai, Sang Isteri menyambut sambil tertawa lalu dimakannya buah mangga itu. Setelaj tiga bulan lamanya, si isteri menangis hendak makan buah nangka yang ada di dalam istana raja. Si miskin pergi meminta kepada baginda. Ia bersujud kepada baginda. Baginda bertanya” apa lagi kehendakmu hai miskin?”. Si miskin menjawab” ya tuanku, ampun beribu ampun” sambil bersujud” hamba yang msikin ini hendak meminta daun nangka yang gugur itu sehelai “. Baginda berkata” hendak kau apakan daun nagka? Baiklah aku beri buahnya sebiji”. Lalu diberikan kepada si miskin. Lalu si miskin bersujud seraya bermohon hendak kembali kepada isterinya.  Setelah sampai di tempatnya dan dilihatnya isterinya. Disambutnya buah nangka itu lalu dimkannya.
Ketika isterinya hamil menjadi banyak makanan dan kain baju, beras, padi, dan segala perkakas diberi orang. Karena itu, setelah genap sembilan bulan, pada malam empat belas bualn temaram isterinya melahirkan seorang putera yang tampan. Diberi nama Markaromah yang berarti “anak susah”. Anak itu dirawatnya denagn baik dan penuh kasih sayang.
Karena takdir Allah SWT kepada hambanya. Si miskin menggal tanah untuk tinggal bertiga bersama anaknya. Digalilah tanah itu untuk menancapkan tiang. Ia menemukan bongkahan emas yang banyak. Ketika isterinya melihat emas itu seraya berkata” emas ini cukup baut anak cucu kita dan tidak akan habis untuk belanja”. Keduanya merasa sukacita. Diambilnya emas itu dan dibawa ke saudagar di negeri entah berantah. Ia segera menukarnya. Sudagar itu berkata” duduklah taunku, darimana tuan datang dan apa maksud kedatangan tuan?”si miskin menjawab sambil tersenyum” hamba hendak meminta tolong” saudagar menyahut”” katakan saja kehendakmu tuan...
Makna dan amanat yang terdapat dalam hikayat tersebut meliputi hal-hal berikut.
  1. Dalam kehidupan kita, orang lain selalu berusaha mempengaruhi kita, maka jangan gampang terpengaruh apa nan dikatakan oleh orang lain. Jajak terlebih dahulu dan pelajari sebaik–baiknya.
  2. Jika kita menjadi seorang pemimpin, maka haruslah adil dan pemurah.
  3. Rintangan dan cobaan ialah hal biasa dalam hidup, maka hadapi dengan sabar dan luas hati.
  4. Semua manusia ialah sama, maka lihatlah seseorang dari hatinya, jangan penampilan luarnya.
  5. Terhadap orang nan mengalami kesulitan hidup, kita harus selalu siap menolong mereka.
  6. Ketika menghadapi persoalan hidup, maka jangan terlalu gampang menyerah. Kita harus terus berjuang buat menyelesaikan masalah.
  7. Percayalah bahwa Tuhan nan mengatur semua, baik dan buruk, hayati dan kematian, senang dan kesedihan. Kita hanyalah menjalankan takdir nan diatur-Nya.

Nilai–Nilai dalam Hikayat Si Miskin
Seperti telah kita uraikan di depan, setiap cerita hikayat membawa misi dan nilai–nilai kehidupan. Demikian juga halnya dengan Hikayat Si Miskin. Nilai–nilai nan terkandung di dalam cerita hikayat ini ialah sebagai berikut.

Nilai Moral
Nilai moral nan bisa kita peroleh dari Hikayat Si Miskin ialah sikap bijaksana dalam menghadapi setiap permasalahan dalam hayati ini. Untuk kondisi tersebut, maka jangan pernah memaksakan keinginan kita terhadap orang lain. Semua sudah ada jalannya masing–masing.

Nilai Budaya
Salah satu budaya hayati di wawasan timur ialah sikap hormat kepada orang tua. Artinya kita harus menghormati keberadaan orang tua. Di samping itu, sebagai anak kita juga harus selalu berbakti kepada orang tua.

Nilai Sosial
Sebagai hasil karya manusia, maka cerita hikayat juga tak jauh dari urusan kemanusiaan. Urusan humanisme itu ialah urusan sosial. Dan, jika cerita Hikayat Si Miskin kita apresiasi, maka nilai sosial nan kita dapatkan ialah bahwa kita harus saling tolong menolong tanpa pamrih buat orang nan membutuhkan donasi kita. Kita harus selalu siap membantu orang lain buat meringankan beban hidupnya.

Nilai Religius
Sebagai makhluk kreasi Tuhan, maka nan patut kita percaya ialah Dia. Oleh sebab itu, jangan pernah mempercayai segala macam ramalan nan dilakukan atau dikatakan seseorang. Ramalan itu sesuatu nan tak jelas, jadi kebenarannya tak bisa dipertanggungjawabkan. Tuhanlah nan menentukan nasib manusia, jadi percayakan semua pada-Nya.

Nilai Pendidikan
Dalam cerita Hikayat Melayu Si Miskin ada nilai–nilai pendidikan nan perlu kita pahami dan jadikan sebagai hasil apresiasi karya sastra ini. Ada nilai–nilai positif kehidupan di dalam cerita tersebut.
Nilai positif tersebut ialah sikap peduli terhadap orang lain dan bersiap melakukan kegiatan hayati sosial dengan berlandaskan keikhlasan hati. Dan, hal nan krusial lagi ialah terbentuknya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri dan meningkatkan keimanan terhadap Tuhan.
F.         SAINS TEKNOLOGI DAN MAKNANYA
Peralatan Rumah Tangga
            Sebelum pemakaian kursi meja,ranjang, dan lain-lain di ruang tamu seperti sekarang ini. Ruang tamu masyarakat melayu dulu dihamparkan tikar terbuat dari pandan yang mutunya sederhana. Jika ada tamu yang disegani atau dihormati datang berkunjung,
digeraikan pula tikar yang lebih halus mutunya dan diletakkan diatas tikar tadi.
Perkembangan kemudian telah membudaya pula bagi mereka yang mampu
menggunakan permadani atau ampar. Pemakaian permadani ini telah lama
dikenal,yaitu sejak masuknya pedagang-pedagang Arab diperkirakan sejak abad ke-11 Masehi.
            Demikian pula halnya dengan tempat tidur. Kalau pada mulanya
dipergunakan tikar pandan yang berlapis-lapis hingga dua belas lapis dan pinggir
tikar-tikar tersebut dihiasi dengan kain warna warni, kemudian telah berganti
dengan kasur atau tilam.Tetapi tilam ini masih digerajikan diatas lantai atau
tempat yang lebih tinggi dari lantai yang dinamakan “ambin”.
            Dengan masuknya pedagang-pedagang cina,telah ikut pula masuk ranjang kayu buatan cina, biasanya bereat atau lak merah dengan dihiasi burung dan bunga-bunga
berukir yang di cat dengan air mas.Tempat tidur begini dapat dijumpai hampir
tiap rumah tangga orang-orang yang mampu. Pada umumnya rumah-rumah tidak mempunyai bilik atau kamar,maka ruangan yang dijadikan tempat tidur,di dinding dengan tabir yang terbuat dari kain berwarna warni dan berjalur-jalur. Untuk tempat menyimpan pakaian-pakaian yang baik-baik serta barang- barang berharga,digunakan peti atau koper terbuat dari besi yang dapat dikunci.
            Disamping itu dipergunakan pula apa yang disebut “bangking”. Bangking ini juga
berasal dari cina,terbuat dari kayu kapok,terbentuk bundar,besar diatas dan
mengecil ke dasarnya dengan tertutup bundar pula. Untuk penerangan dipakai “pelita” yang terbuat dari tembaga dan kemudian ada yang memakai lampu gantung bersemprong dan pakai kap dari kaca putih susu.















1.       Besar pasak daripada tiang. Artinya lebih besar pengeluaran daripada pendapatan. bisa dibilang orang yang tidak bisa mengatur keuangan.

2. Ada uang abang di sayang, tak ada uang abang ditendang. Artinya hanya mau bersama disaat senang saja tetapi tidak mau tahu disaat sedang susah.

3. Air beriak tanda tak dalam. Artinya orang yang banyak bicara biasanya tidak banyak ilmunya.

4. Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.Artinya setiap orang yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan perbuatannya di dunia.

5. Bagai pungguk merindukan bulan. Artinya seseorang yang membayangkan atau menghayalkan sesuatu yang tidak mungkin.

6. Bagai Makan Buah Simalakama. Artinya bagai seseorang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sangat sulit untuk dipilih.

7. Ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang. Artinya hanya mau bersama saat sedang senang saja, tak mau tahu di saat sedang susah.

8. Menang jadi arang, kalah jadi abu. Artinya kalah ataupun menang sama-sama menderita.

9. Bagaikan abu di atas tanggul.Artinya orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh.

10. Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan.Artinya Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita.

11. Adat pasang turun naik. Artinya kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih berganti.

12. Membagi sama adil, memotong sama panjang. Artinya jika membagi maupun memutuskan sesuatu hendaknya harus adil dan tidak berat sebelah.

13. Air beriak tanda tak dalam. Artinya orang yang banyak bicara biasanya tak banyak ilmunya.

14. Air tenang menghanyutkan. Artinya orang yang kelihatannya pendiam, namun ternyata banyak menyimpan ilmu pengetahuan dalam pikirannya.

15. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. Artinya Sifat-sifat anak biasanya menurun dari sifat orangtuanya.

16. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi. Artinya Menuntut ilmu hendaknya sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil yang baik.

17. Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga. Artinya Sepandai-pandainya manusia, suatu saat pasti pernah melakukan kesalahan juga.

18. Tong kosong nyaring bunyinya. Artinya Orang sombong dan banyak bicara biasanya tidak berilmu.

19. Tong penuh tidak berguncang, tong setengah yang berguncang. Artinya Orang yang berilmu tidak akan banyak bicara, tetapi orang bodoh biasanya banyak bicara seolah-olah tahu banyak hal.

20. Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Artinya Orang tua yang bersikap seperti anak muda, terutama dalam masalah percintaan.

21. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Artinya Karena kesalahan kecil, menghilangkan semua kebaikan yang telah diperbuat.

22. Bagaikan burung di dalam sangkar. Artinya Seseorang yang merasa hidupnya dikekang.

24. Terbuat dari emas sekalipun, sangkar tetap sangkar juga. Artinya Meskipun hidup dalam kemewahan tetapi terkekang, hati tetap merasa tersiksa juga.

25. Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh. Artinya Seiya sekata dalam semua keadaan.

26. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Artinya Segala sesuatu dalam kehidupan bukan manusia yang menentukan.

27. Barangsiapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya. Artinya Bermaksud mencelakakan orang lain, tetapi dirinya juga ikut terkena celaka.

28. Jauh di mata dekat di hati. Artinya Dua orang yang tetap merasa dekat meski tinggal berjauhan.

29. Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul. Artinya Seberat apapun penderitaan orang yang melihat, masih lebih menderita orang yang mengalaminya.

30. Badan boleh dimiliki, hati jangan. Artinya Ungkapan bahwa orang tersebut sudah memiliki kekasih, hatinya sudah ada yang memiliki. Secara fisik mau menuruti segala macam perintah yang menindas, namun di dalam hati tetap menentang.

31. Lain di bibir lain di hati. Artinya Perkataan yang tidak sesuai dengan kata hatinya, tidak jujur.

32. Seperti lebah, mulut bawa madu, pantat bawa sengat. Artinya Berwajah rupawan namun perilakunya jahat.

33. Ada harga ada rupa. Artinya Harga suatu barang tentu disesuaikan dengan keadaan barang tersebut.

34. Membelah dada melihat hati. Artinya Ungkapan untuk menyatakan kesungguhan.

35. Sedap jangan ditelan, pahit jangan segera dimuntahkan. Artinya Berpikir baik-baik sebelum bertindak agar tidak kecewa.

36. Karena mata buta, karena hati mati. Artinya Menjadi celaka karena terlalu menuruti hawa nafsunya.

37. Pandai berminyak air. Artinya Pandai menyusun kata-kata untuk mencapai maksudnya.

38. Putih kapas dapat dibuat, putih hati berkeadaan. Artinya Kebaikan hati yang bisa dilihat dari tingkah lakunya.

39. Dibujuk ia menangis, ditendang ia tertawa. Artinya Mau bekerja dengan baik jika sudah mendapat teguran.

40. Jika ditampar sekali kena denda emas, dua kali setampar emas pula, lebih baik ditampar betul-betul. Artinya Setiap perbuatan jahat itu sama saja akibatnya, meski besar ataupun kecil.

41. Lubuk akal tepian ilmu. Artinya Seseorang yang dikenal memiliki banyak ilmu pengetahuan.

42. Nasi tak dingin, pinggan tak retak. Artinya Orang selalu mengerjakan sesuatu dengan hati-hati.

43. Tolak tangan berayun kaki, peluk tubuh mengajar diri. Artinya Belajar untuk mengendalikan diri dan meninggalkan kebiasaan bersenang-senang.

44. Seludang menolak mayang. Artinya Sebutan untuk orang sombong dan melupakan orang lain yang telah berjasa dalam hidupnya.

45. Kalau dipanggil dia menyahut, kalau dilihat dia bersua. Artinya Bisa menyampaikan maksud dengan cara yang tepat.

46. Pangsa menunjukkan bangsa, umpama durian. Artinya Kita bisa melihat perangai seseorang melalui tutur katanya.

47. Ditindih yang berat, dililit yang panjang. Artinya Kemalangan yang datang tanpa bisa dihindari.

48. Tertangguk pada ikan sama menguntungkan, tertanggung pada rangsang sama mengiraikan. Artinya Suka dan duka dijalani bersama. Keuntungan yang didapatkan dinikmati bersama-sama, kesusahan yang dialami diatasi bersama-sama juga.

49. Tambah air tambah sagu. Artinya Tambah banyak permintaannya, bertambah pula biayanya. Bila bertambah anak, akan bertambah pula rezekinya.

50. Sekali air pasang, sekali tepian beranjak; Sekali air di dalam, sekali pasir berubah. Setiap terjadi perubahan pimpinannya, berubah pula aturannya.

51. Bagaikan api makan ilalang kering, tiada dapat dipadamkan lagi. Artinya Orang yang tidak mampu menolak bahaya yang menimpanya.

52. Hancur badan di kandung tanah, budi baik dikenang jua. Artinya Budi pekerti, amal kebaikan, akan selalu dikenang meski seseorang sudah meninggal dunia.

53. Alang berjawab, tepuk berbatas. Artinya Perbuatan baik dibalas dengan perbuatan baik, perbuatan jahat dibalas dengan perbuatan kejahatan pula.

54. Cuaca di langit pertanda akan panas, gabak di hulu tanda akan hujan. Artinya Sesuatu pasti akan ada identitas atau tanda khususnya.

55. Orang mau seribu daya, bukan seribu dali. Artinya Jika menghendaki sesuatu, pasti akan mendapatkan jalan, jika tidak menghendaki, pasti mencari alasan.

56. Enak makan dikunyah, enak kata diperkatakan. Artinya Sesuatu hal haruslah dimusyawarahkan terlebih dahulu.

57. Hawa pantang kerendahan, nafsu pantang kekurangan. Artinya Hawa nafsu tidak boleh diremehkan harus dijaga sebaik-baiknya

58. Sekali jalan terkena, dua kali jalan tahu, tiga kali jalan jera. Artinya Bagaimanapun bodohnya seseorang, jika sekali tertipu, tak akan mau tertipu lagi untuk kedua kalinya.

59. Jangan disesar gunung berlari, hilang kabut tampaklah dia. Artinya Hal yang sudah pasti, kerjakanlah dengan sabar tidak perlu tergesa-gesa.

60. Sehari selembar benar, setahun selembar kain. Artinya Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan keyakinan dan kesabaran akan membuahkan hasil yang baik.

61. Di mana kayu bengkok, di sana musang mengintai. Artinya Orang yang sedang lengah mudah dimanfaatkan oleh musuhnya.

62. Terlalu aru berpelanting, kurang aru berpelanting. Artinya Segala sesuatu yang berlebihan atau kurang akan berakibat kurang baik.

63. Menghela lembu dengan tali, menghela manusia dengan kata. Artinya Segala pekerjaan harus dilakukan menurut tata cara aturannya masing-masing.

64. Lemak manis jangan ditelan, pahit jangan dimuntahkan. Artinya perundingan yang baik jangan disia-siakan, tetapi hendaknya dipikirkan secara dalam-dalam.

65. Menanti-nanti bagaikan bersuamikan raja. Artinya Menantikan bantuan dari orang yang tidak dapat memberikan bantuan.

66. Luka sudah hilang parut tinggal juga. Artinya Setiap perselisihan selalu meninggalkan bekas dalam hati orang yang berselisih, walaupun perselisihan itu sudah berakhir.

67. Makan hati berulam rasa. Artinya Menderita karena perbuatan orang yang kita sayang.

68. Untung bagaikan roda pedati, sekali ke bawah sekali ke atas. artinya Keberuntungan atau nasib manusia tiada tetap, kadang di bawah dan kadang di atas.

69. Kalau tiada senapang, baik berjalan lapang. Artinya. Jika tidak bersenjata atau tidak bertenaga, sebaiknya mengalah.




/*----END HEADER Floating----*/ /*----START HEADER Floating----*/
  •  
  •  
  •  
  •  
/*----END HEADER Floating----*/
Description: Blog Mamen
Oleh Mamen Aja Labels: Kata-kata lucu , Pantun
Berbicara tentang arti pribahasa atau perumpamaan, pada artikel sebelumnya Mamen telah memposting 50 pribahasa dan artinya, nah artikel kali ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya yang juga merupakan arti pribahasa/perumpamaan bahasa Indonesia. Seperti yang telah sobat tahu bahwa Bangsa Indonesia sangat kaya akan pribahasa dan perumpamaan yang penuh makna. Yang mana bukan hanya manggambarkan Bangsa Indonesia yang kaya akan budaya tetapi berbudi pekerti yang luhur sehingga tidak heran kalau pada zaman dulu, Bangsa Indosia ini sangat di segani oleh bangsa-bangsa lainnya di dunia. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi nilai-nilai luhur yang dianut oleh Bangsa Indonesia mulai luntur satu per satu, padahal tugas kita semua justru harus menjaganya dan memeliharanya, jangan sampai kebudayaan kita diakui oleh Bangsa lain dan di patenkan, kan kita gak mau donk tentunya. Coba lihat Bangsa China, mereka menjadi negara yang sangat besar karena masyarakatnya sangat mengagung-agungkan dan bangga dengan kebudayaan negara nya sendiri, dan hal ini juga membuat bangsa lain salut pada China, dan menyebut Kebudayaan China dalah kebudayaan yang tertua tetapi masih eksis hingga sampai detik ini. Nah sobat Mamen, kita juga sebagai Bangsa Indonesia jangan kalah sama Bangsa lain, karena Indonesia sendiri mempunyai budaya yang sangat kaya dan beragam, marilah kita jaga semua harta peninggalan leluhur itu, dan diantaranya dengan tidak meninggalkan pribahasa-pribahasa yang dulu pernah dibuat oleh para leluhur kita sebelumnya yang bermakna sangat dalam. Baiklah Ini dia 100 kumpulan lengkap pribahasa dan artinya.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbnuAd-CAyA5mr1Bvk_WDl2COMlJtJsPlUncYUE-Nm7IeMADXPPt5uRhjORBHBPwu6I9ofHnuOItPLzL-0BhQV6TkBEINlpL93W1iJRLlw-HpRonLX0f2U-YN3Qi4FfatEbrcF15eKbWlE/s400/100-pribahasa-arti.jpg


1. Air Susu di balas air tuba
Kebaikan dibalas dengan kejahatan

2. Air dicincang tiada putus
Dalam sebah keluarga tidak akan tercerai berai karena hanya perselisihan saja

3.Bermain air basah, bermain api letup
Mengerjakan sesuatu pekerjaan akan mendapat imbalan sesuai dengan perbuatannya

4. Menepuk air di dulang terpercik muka sendiri
Orang yang membeberkan rahasia keluarganya, akan mendapat malu sendiri

5. Pandai berminyak air
Orang yang pandai memanfaatkan barang yang tak berguna, tetapi hasilnya sesuatu yang berharga

6. Sambil menyelam minum air
Orang yang mengerjakan pekerjaan sambil mengerjakan pekerjaan lainnya

7. Sebelum ajal berpantang mati
Kiya tidak boleh mudah menyerah atau putus asa

8.Guru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi
Kita belajar hendaklah dengan sungguh-sungguh, jangan setengah-setengah

9.Jika tak ada akar rotan pun jadi
kalau tak ada yang lebih baik, yang kurang baik pun akan berguna

10. Kalau pandai mencincang akar, mati lalu kepucuknya
Jika pemimpinnya sudah kalah, maka anakbuahnya akan menyerah pula

11. Alah bisa karena bisa
Orang yang sudah hancur melakukan pekerjaan, karena sudah biasa mengerjakannya

12. Alu patah lesung hilang
Mendertita kemalangan secara terus menerus

13. Bagai guna alu, sesudah menumbuk dicampakan
Sesuatu yang sudah tak berguna lagi, biasanya dicampakan begitu saja

14. Belum beranak sudah berbesan
Belum berhasil sudah mengharapkan yang bukan-bukan

15. Belum beranak sudah ditimang
menganggap sudah menguasai sesuatu, tapi persyaratannya belum mencukupi

16. Anak dipangku di lepaskan, beruk di rimba di susukan
Menyelesaikan urusan orang lain, tapi urusan sendiri diabaikan

17. Anak baik menantu molek
mendapat keuntungan yang berlipat ganda

18. Kasihan anak tanga-tangankan, kasihan bini tinggal-tinggalkan
Kalau kita sayang pada anak/istri, hendaklah kita mau memarahinya demi memberi pelajaran baik.

19. Kecil-kecil anak, kalau sudah besar menjadi onal
Waktu masih kecil selalu menyenangkan, tetapi bila sudah besar biasanya selalu menyusahkan

20. Angan-angan mengikat tubuh
Memikirkan yang bukan-bukan, akhirnya mendapat susah sendiri

21. Angan-angan menerawang langit
Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin terjadi

22. Kemana angin deras bertiup, kesana pula condongnya
Orang yang tidak mempunyai pendirian tetap

23. Angin berputar, ombak bersambung
Hal ulang sulit diselesaikan karena banyak sangkut pautnya

24. Kalau tidak angin bertiup, takkan pohon bergoyang
Sesuatu kejadian pasti ada sebab-sebabnya

25. Anjing menyalak tiada menggigit
Omong besar tapi penakut

26. Seperti anjing dengan kucing
Selalu bertengkar/bermusuhan

27. Anjing itu sekalipun dipukul, berulang kali pula ia kembali ke tempat yang banyak tulang
Orang yang jahat itu akan mengulang kejahatannya, msekipun sering dihukum

28.Seperti api dalam sekam
Kejahatan yang tidak kelihatan, karena disembunyikan

29. Jauh panggang dari api
jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan

30. Kalau tak ada api, masak ada asap
Bila tak sebab tentulan tidak ada akibat

31. Membasuh arang di muka
menghilangkan malu

32. Arang habis besi binasa,pekerja penat saja
Suatu usaha yang tak memberikan hasil, hanya menimbulkan kerugian saja

33. Asam digunung, ikan dilaut bertemu dalam belanga
Omong besar tapi penakut

34. Menggantang asap, mengukir langit
pekerjaan yang sia-sia belaka

35. Awak sakit daging menimbun
Seseorang yang mengatakan kekurangan, padahal benyak hartanya

36. Awak rendah sangkutan tinggi
Seseorang yang berpenghasilan rendah, namun mempunyai tanggungan yang besar

38. Awak yang tak pandai menari, dikatakan lantai terjungkit
Unuk menutupi kebohongannya maka dicari kesalahan pada orang lain

39. Ayam bertelur di lumbung padi mati kelaparan
Orang yang tak memanfaatkan kekayaannya

40. Seperti anak ayam kehilangan induk
Menderita kesusuahan karena kehilangan pemimpin

41. Seciap bagai ayam, sedencing bagai besi
Seiya sekata, senasib sepenanggungan

42. Menerka ayam dalam telur
Menentukan sesuatu yang mustahil terjadi

43. Bayang-bayang sepanjang badan
Pengeluaran harus disesuaikan dengan penghasilan

44. Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang jua
Perbuatan baik itu takkan terlupakan selamanya

45. Bahasa menunjukan bangsa
Tabiat dan tutur kata seseorang menunjukan asal usulnya

46. Tangan mencencang behu memikul
Orang yang mempunyai tanggungan berat

47. Bekerja bahu membahu
bekerjagotong-royong untuk mencapai hasil

48. Mencabik baju di dada
mengukur derajat orang lain dengan diri sendiri

49. Tersembunyi di balik kata
mempunyai maksud lain daripada apa yang dikatakan

50. Balik belakang lain bicara
Orang yang mengingkari janji

51. Bangau-bangau minta aku leher, badak-badak minta aku daging
Orang yang selalu iri terhadap orang lain

52. Bagai terpijak bara hangat
Orang yang gelisah karena ditimpa kemalangan

53. Jangan dipegang seperti bara, terasa hangat dilepaskan
Karena dirasa pekerjaan itu berat, terasa susah lalu dilepaskan

54. Berjalan sampai ke batar, berlayar sampai ke pulau
Kita harus berusaha sungguh-sungguh untuk mencapai sesuatu yang kita inginkin

55. Lempar batu sembunyi tangan
Perbuatan yang licik dan penghianat

56. Bayang-bayang disangka tubuh
Mengharapkan sesuatu yang belum pasti

57. Bayang-bayang sepanjang badan, selimut sepanjang tubuh
Bila kita berbuat sesuatu hendaklah kita sesuaikan dengan kemampuan kita

58. Menegakan benang basah
Mengerjakan sesuatu yang tidak mungkin berhasil

59. Sehari selembar benang, lama-lama menjadi selembar kain
Pekerjaan yang dkerjakan dengan konsisten walaupun lambat, lama-lama akan berhasil

60. Putus benang dapat disambung, putus arang susah sekali
perselisihan dengan keluarga sendiri mudah diperbaiki, tetapi persengketaan dengan orang lain sukar untuk diselsaikan

61. Berani karen abenar, takut karena salah
Orang yang bersalah selalu dalam ketakutan

62. Berani menjual berani membeli
Tidak saja hanya menyuruh, tetpi harus mau mengerjakan sendiri

63. Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul
Seberat-berat orang yang hanya melihatnya, berat juga orang yang mengerjakannya

64. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing
Sama-sama menderita dan sama-sama bahagia

65. Berudu besar di kubangan, buaya besar dilautan
Kekuasaan seseorang itu berlaku di tempat masing-masing

66. Biduk satu nahkoda dua
Dalam satu pekerjaan bila ada dua pemimpin, pasti pekerjaan itu kanna beres

67. Teratung-katung macam biduk patah kemudi
terlunta-lunta tidak ada orang yang menolong

68. Buah manis berulat di dalamnya
Kata-kata yang manis tetapi jahat hatinya

69. Sebab buah dikenal pohonnya
Watak seseorang dapat dketahui karena perbuatannya

70. Ilmu yang tak diamalkan, ibarat pohon tak berbuah
Ilmu yang tak diajarkan tiada manfaatnya

71. Dilaut jadi buaya, didarat jadi harimau
Dimana-mana ia jadi orang yang berbahaya

72. Lepas dari mulut buaya masuk ke mulut harimau
Lepas dari bahaya satu masuk ke bahaya yang lainnya

73. Kalau pandai meneliti buih selamat badan di seberang
Bila kita hati-hati dalam melaksanakan pekerjaan, pasti kita akan berhasil dan selamat

74. Ke buukit sama mendaki, ke lurah sama menurun
Sama-sama senang, sama-sama susah

75. Berdikit-dikit lama-lama jadi bukit
Kekayaan yang dikumpulkan dari sedikit, lama-lama jadi banyak

76. Bagai bulan dipagar bintang
Seseorang putri cantik didampingin teman-teman yang cantik pula

77. Si cebol rindukan bulan
Sesuatu pekerjaan yang mustahil

78. Bulat ait karena pembuluh, bulat kata karena mufakat
Pekerjaan yang mudah dikerjakan, karena dikerjakan dengan cara mufakat

79. Bumi dipijak, langit dijunjung
nasehat orang tua harus kita taati sungguh-sungguh

80. Ibarat burung, mata terlepas badan terkurung
perihal anak pingitan

81. Sekali merengkuh dayung, dua, tiga pulau terlampaui
Menyelsaikan dua, tiga pekerjaan salam satu waktu sekaligus

82. Bagai durian dengan mentimun
Orang kecil melawan orang besar, pastilah akan kalah

82. Utang emas boleh dibayar, utang budi dibawa mati
Budi baik akan dikenang selamanya

83. Seperti emas baru disepuh
Perempuan yang cantik sekali

84. Baru dapat gading betuah, terbuang tanduk kerbau mati
Tidak memperdulikan yang lama, karena mendapat yang baru dan lebih baik

85. Gajah mati karena gadingnya
Binasa karena kekuasaannya sendiri

86. Gajah berjuang sama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah
Kalau orang besar berselisih, rakyat kecil yang menjadi korbannya

87. Lain gatal lain digaruk
Lain yang diminta lain pula yang diberi

88 Gayung tersambut kata terjawab
Tiap pertanyaan pastilah ada jawabannya

89. Bagaimana bunyi gendang, begitulah tarinya
Mengerjakan sesuatu haruslah menurut aturannya

90. Jikalau pandai menggulai, badar jadi tengiri
Orang yang bijaksana dalam segala hal

91. Tak lari gunung dikejar, hilang kabat tampaklah dia
Janganlah tergesa-gesa dalam mengerjakan pekerjaan asalkan hasilnya memuaskan

92. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai
Cita-cita tinggi tetapi tak mampu untuk menggapainya (tapi jangan menyerah dalam mengejar mimipi, karena tidak ada hal yang tidak mungkin didunia ini asalkan keinginan kita kuat untuk menggapainya, dan syakin serta percaya)

93. Seperti harimau menyembunyikan kaku
Orang pandai yang menyembunyikan kepandaian dan pura-pura bodoh

94. Rambut sama hitam, hati orang masing-masing
Tiap-tiap orang berlainan pendapatannya.

95. Hidup segan mati tak mau
Orang yang sudah lama menderita kesusahan/sakit

96. Lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup bercermin bangkai
Daripada hidup menanggung malu lebih baik

97. Bagai menanti hujan di musim kemarau
Mengharap sesuatu yang mustahil terjadi

98. Tak lapuk karen ahujan, tak lekang karena panas
Tetap pada pendiriannya

99. Ikut hati mati, ikut rasa binaasa, ikut mata buta
Jangan menurutkan hawa nafsu, bisa celaka

100. Lancar kadi karena diulang, pasah alan karena diurut
segala sesuatu harus diulang supaya lancar


Konsep Malu dalam Masyarakat Melayu 02 November 2014 07:07:05 Diperbarui: 17 Juni 2015 18:53:56 Dibaca : 548 Komentar : 0 Nilai : 0 Setiap kelompok masyarakat memiliki keunikan budaya sen­diri sesuai dengan konsepsinya tentang dunia. Bahasa yang berbeda mewujudkan konsepsi yang berbeda. Oleh karenanya, tidak ada kelompok masyarakat yang dapat mengklaim bahwa budayanya lebih baik daripada budaya kelompok lain. Jika budaya tertentu dinilai secara negatif, penilaian itu biasanya bersumber dari pendu­kung budaya lain. Dengan kata lain, mereka menilai budaya orang lain dengan menggunakan "kerangka budayanya sendiri. Masyarakat Melayu yang umumnya tinggal di pesisir Pulau Sumatera juga memiliki sejumlah konsep budaya tertentu sebagai refleksi dari cara pandang mereka terhadap alam sekitarnya. Cliff Goddard (1996), dalam tulisannya yang berjudul "Culural Values and Cultural Scripts of Malay (Bahasa Melayu)", mengatakan bahwa para peneliti Eropa menggambarkan budaya Melayu dengan nilai-nilai kehalusan budi, ramah-tamah, dan sensitif. Selain itu, orang Melayu digambarkan sebagai orang yang sopan, santai, dan menarik (dan juga sifat yang kurang baik, seperti lamban, pemalas, mudah tersinggung). Orang Melayu secara tradisional adalah orang desa. Kehidupannya bergantung pada perikanan, perkebunan, dan pertanian. Mereka sudah lama menjadi muslim dan Islam sering diidentikkan dengan Melayu. Seluruh aspek budayanya dipayungi oleh agama Islam sebagaimana tercermin dalam ungkapan "adat bersendikan syarak" dan "syarak bersendikan kitabullah”. Selain itu, budaya Melayu kaya dengan pantun, peribahasa, dan syair. Bahasa berperan penting dalam budaya mereka. Pentingnya bahasa dalam budaya Melayu dibuktikan dengan kenyataan bahwa bahasa mempunyai makna 'rasa hormat' dan ‘tata krama’. Konsep malu Malu ialah kata yang mengekspresikan perasaan yang tidak menyenangkan yang dialami seseorang dalam situasi tertentu. Jenis perasaan ini muncul mungkin karena reaksi dari tindakan diri sendiri atau tindakan orang lain yang dianggap tidak pantas atau menyimpang dari norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi, rasa malu terle­tak dalam pikiran seseorang dan orang yang malu biasanya mengeta­hui situasi yang menyebabkan timbulnya rasa malu itu. Bagi orang Melayu, malu merupakan konsep budaya yang berperan penting dalam pergaulan. Konsep ini berbeda dengan konsep yang dimiliki oleh pendukung budaya lain. Bukan hanya dari bentuk leksikalnya, melainkan juga dari maknanya. Sebab itu, pemadanan konsep malu dari bahasa yang satu ke dalam bahasa lain tidak akan menghasilkan makna yang sama meskipun bahasa-bahasa itu bertalian secara geografis, genetis, dan kultural. Misalnya, konsep malu dalam bahasa Melayu berlainan dengan konsep shame dalam bahasa Inggris, whakamaa dalam bahasa Maori, ha'amaa dalam bahasa Tahiti, atau haji dalam bahasa Jepang. Dalam ruang lingkup yang lebih terbatas, konsep ini juga tidak sama dengan konsep elek dalam bahasa Bali, isin dalam bahasa Jawa, mai dalam bahasa Biak, todus dalam bahasa Madura, atau maila dalam bahasa Angkola. Pendeknya, kata-kata itu berbeda maknanya sesuai dengan keunikan budaya masing-masing. Dalam pandangan orang Melayu, menghindari rasa malu (diri sendiri ataupun orang lain) merupakan kekuatan utama dalam hubungan sosialnya. Dua konsep sosial lain yang berhubungan ialah maruah, yang bermakna 'martabat pribadi' dan harga diri. Sistem nilai sosial orang Melayu boleh dikatakan didasarkan pada dua konsep ini. Dengan kata lain, perilaku sosialnya diatur sedemi­kian rupa untuk menjaga martabat pribadi dan tidak menyingung harga diri orang lain. Demi menjaga martabat pribadi, orang Melayu akan meminjam uang pada keluarga atau tetangga apabila ingin menikahkan anaknya. Demi alasan yang sama pula, orang Melayu yang gagal membawa hasil dari laut kemungkinan akan membeli ikan di pasar untuk dibawa pulang ke rumah. Sementara itu, jika harga dirinya sudah tersinggung, orang Melayu menjadi marah, yang di dalam konsep Melayu disebut amuk. Amuk tidak terbatas pada orang seorang, tetapi juga orang ramai (massa). Konflik sosial yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia bisa menjelaskan bagaimana ekspresi amuk orang Melayu. Ciri unik konsep malu dalam masyarakat Melayu ialah bahwa konsep ini berhubungan dengan penglihatan. Orang Melayu baru merasa malu apabila perilakunya yang memalukan itu diketahui orang lain. Secara lintas budaya, konsep ini berbeda dengan orang Aborigin di Australia. Seperti dikatakan oleh Harkins (1990) dalam "Linguistic and Cultural Differences in Concepts of Shame", bahwasanya orang Aborigin merasa malu kalau melintasi tempat upacara atau bila melihat foto benda-benda keramat pada buku perpustakaan walaupun tidak ada orang lain di dekatnya. Betapa pentingnya konsep malu bagi orang Melayu diungkapkan melalui peribahasa berikut: Daripada hidup menanggung malu,elok mati kena palu; Kalau aib sudah menimpa, hidup di dunia ini tiada berguna. Peribahasa ini bermakna bahwa orang Melayu lebih memilih mati daripada menanggung malu. Tegasnya, dalam pandangan orang Melayu, malu merupakan ekspresi emosi yang harus dihindari. Berbicara sopan Salah satu norma perilaku berkomunikasi orang Melayu ialah berbicara dengan cara yang sopan. Dalam berkomunikasi sehari-hari, ada kesan bahwa orang Melayu selalu berpikir sebelum berbi­cara, seperti direfleksikan dalam ungkapan Kalau cakap pikirlah dulu sedikit. Keinginan menghindari lawan bicara merasakan sesuatu yang buruk, dalam hal ini mendapat malu, tampaknya dimoti­vasi oleh keinginan agar lawan bicara tidak memikirkan sesuatu yang buruk tentang pembicara. Orang Melayu dituntut berbicara sopan sebab perilaku ini akan menghindarkan orang lain mendapat malu pada berbagai situasi tuturan. Nilai budaya Melayu ditentukan oleh kemampuan berbicara ini. Cara berbicara ini tidak berhubungan dengan kekayaan, keturunan, atau pendidikan. Seorang nelayan yang hanya tamat sekolah dasar bisa saja berbicara lebih sopan daripada seorang pegawai negeri yang tamat dari perguruan tinggi. Orang yang tidak berbi­cara sopan akan dikatakan anak yang kurang ajar dan tidak tahu aturan. Sebaliknya, cara yang sopan akan mendapat kebanggaan. Perilaku sopan juga berlaku pada ranah perilaku nonverbal; misalnya, melepas sepatu sebelum masuk ke rumah, memakan sedikit makanan yang ditawarkan, bersikap khusus ketika melewati orang yang sedang duduk, menggunakan tangan kanan ketika makan atau memberikan sesuatu, menghindari sentuhan fisik dengan anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, menunjuk dan memberi isyarat dengan cara tertentu. Di sisi lain, rasa malu sendiri merupakan suatu "benteng" dalam mencegah perilaku sosial yang dianggap "menyimpang" dalam masyarakat. Orang yang menyadari bahwa perilakunya dapat menyebabkannya malu akan berusaha menghindari situasi yang tidak menyenangkan ini. Dalam pengertian ini, malu dapat dipahami sebagai mekanisme pengendalian sosial bagi perilaku orang Melayu. Selanjutnya, ekspresi malu berkaitan dengan relasi sosial, seperti akrab dan tidak akrab. Relasi ini bahkan mempunyai impli­kasi yang sangat luas. Contohnya, dipuji atau diejek oleh teman akrab di hadapan orang lain yang tidak akrab dapat menyebabkan rasa malu. Orang Melayu juga malu kalau bagian tubuhnya terlihat oleh orang lain yang tidak akrab dan berbeda jenis kelaminnya, tetapi tidak malu jika bagian tubuhnya terlihat oleh keluarganya sendiri yang sama jenis kelaminnya. Rasa malu bisa pula muncul manakala seseorang, dan ini biasanya wanita, diperkenalkan dengan calon mertuanya atau diperkenalkan dengan calon suaminya jika hubungannya terjalin melalui sistem perjodohan, bukan melalui jenjang berpacaran. Penutup Konsep malu merupakan konsep budaya yang mendasar dalam masyarakat Melayu. Konsep ini berhubungan dengan konsep sosial "muruah" dan "harga diri" dan mengandung nilai kesopanan sejalan dengan norma perilaku berkomunikasi orang Melayu, yaitu berbicara dengan cara yang sopan. Di samping itu, ekspresi malu mengandung berbagai aspek sosial budaya, terutama relasi sosial akrab dan tidak akrab di antara penutur dan petutur. Dalam bahasa Melayu sekarang ini ekspresi malu telah mengalami perubahan sesuai dengan perubahan dan perkembangan masyara­kat penuturnya. Ada beberapa bukti tentang perubahan penggunaan kata itu pada generasi muda yang berkaitan dengan perilaku sosialnya akibat penetrasi dari budaya lain (budaya asing). Perubahan itu mengacu pada situasi di mana orang Melayu, terutama yang tinggal di perkotaan, tidak lagi menggunakan kata malu dalam kaitannya dengan perilaku berpacaran, seperti berpegangan tangan atau berpelukan, di tempat-tempat umum meskipun bagi sebagian orang Melayu sikap seperti ini dianggap "tak tahu malu".

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mulyadi.usu/konsep-malu-dalam-masyarakat-melayu_54f3f4157455139d2b6c8255



· Tradisi Tepung Tawar
Upacara adat Tepung Tawar kini telah menjadi sebuah keharusan, menjadi sebuah trend dijaman moderns ini, tentunya kita melirik kembali tentang keberadaan upacara tradisi Tepung tawar ini yang pada jaman dahulu seperti menjadi sebuah keharusan bagi masyarakat yang melaksanakan sebuah upacara-upacara baik upacara di dalam kehidupan rumah tangga maupun upacara bagi masyarakat pada umumnya. Upacara tradisi Tepung Tawar umumnya bayak dilakukan oleh masyarakat Melayu dan Suku Dayak akan tetapi pada masyarakat Melayu upacara tepung tawar yang dikenal pada umumnya ada empat jenis yakni Tepung Tawar Badan, Tepung Tawar Mayit, Tepung Tawar Peralatan serta Tepung tawar Rumah. Dari empat jenis Tepung Tawar tersebut masing-masing mempunyai perbedaan baik yang menyangkut peralatan maupun bahan-bahan yang dipergunakan. Seperti Tepung Tawar Badan komposisinya terdiri dari, tepung beras, beras kuning, berteh daun juang-juang, daun gandarusa ,daun pacar, serta miyak bau (miyak Bugis). Miyak bau nantinya diolesi pada bagian tubuh tertentu dan bagi kaum wanita cukup dengan syarat tidak perlu menyentuh bagian tubuh (pusar)
Tradisi tepung tawar badan diperuntukan bagi anak kecil yang melaksanakan gunting rambut atau naik ayun (naik tojang), melaksanakan pernikahan, dan yang akan dihitan bagi laki-laki dan peremtuan. Objek yang akan diberikan menurut tata cara yang berlaku, serta dilampas dengan memakai daun juang-juang maupun daun ribu-ribu yang telah di celupkan pada seperangkat peralatan tepung tawar. Adapun bagian-bagian yang dikenakan secara berurutan pada kening, bahu kanan,bahu kiri, tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, serta kaki kiri sementara paduan berteh dihamburkan pada kiri dan kanan tersebut. Ritual tepung tawar tidak bisa dikerjakan sermbarangan karena menggunakan lafaz khusus yang tidak bisa diungkapkan disini, perlu diterima terlebih dahulu pada ahlinya.
Tepung tawar bisa juga dilakukan bagi keluarga yang meninggal setelah tiga hari dimakamkan, umumnya dilakukan sebagai pembersih peralatan yang dipakai mandi mayit, peralatan yang disimpan diluar rumah di tepung tawar yang disebut dengan acara Pesulli (pembersihan peralatan mayit). Peralatan di dalam kehidupan seperti kendaraan sepeda motor, mobil, sampan,umumnya kendaraan ini dipasang pada saat baru dipakai dan ketika mengalami musibah. Tujuannya untuk meminta keselamatan dengan kenyakinan bahwa masih ada kekuatan gaib yang mempengaruhi di dalam kehidupan dan tetap memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tepung tawar mayit dengan tepung tawar yang lain tidak jauh berbeda hanya minyak bau yang tidak dipakai dan diganti dengan telur ayam yang diletakan pada tong tempat air memandikan mayit. Tujuan dari upacara tepung tawar mayit yang dikenal dengan Pesilli agar ahli keluarga yang ditinggalkan senantiasa sabar menerima cobaan dari Allah. Dapat terhindar dari musibah dengan memohon agar dijauhkan dari segala musibah yang datang dengan mohon keselamatan, tidak hanya manusia dan juga peralatan yang telah dipakai dengan wujud terimakasih telah dipergunakan sebagai peralatan mandi.
Pada pelaksanaan ritual tepung tawar mayit peralatan yang dipakai dilampas dengan daun ribu-ribu serta peralatan yang lainnya. Peralatan yang sudah bersih baru boleh dibawa masuk kedalam rumah yang sebelumnya di simpan diluar rumah. Telur yang disimpan pada tong dibuang segera dan tempat pemandian mayit ditaburi dengan abu dapur sebagai ungkapan bahwa di dalam kehidupan semua pasti mati dan yang telah terjadi menjadi pasrah laksana abu yang kembali ketempat asalnya.
Upacara ritual tepung tawar peralatan sama seperti tepung tawar yang lainnya, hanya tidak menggunakan miyak bau. Biasanya yang ditepung tawar ini adalah kendara yang baru maupun kendaran yang telah mendapat musibah seperti setelah kecelakaan atau kendaraan hilang ditemukan kembali. Kepercayaan masyarakat dengan menepung tawar kendaraan bahwa , kendaraan yang dipergunakan bisa membawa keselamatan dan juga bisa mendatangkan musibah, karena kendaraan tersebut mempergunakan bahan-bahan yang terbuat dari besi, hal ini disebut tua besi, bahwa besi bisa membawa tuah keberuntungan dan juga bisa membawa kerugian. Kepercayaan ini masih melekat dimasyarakt pada umumnya bahwa besi tersebut mengandung kekuatan gaib ( ada penunggunya mahluk halus yang sering mengikuti besi). Sehingga kepercayaan ini tidak terlepas dari memohon agar kekuatan yang ada tersebut dapat menjadi sebuah kekuatan positip dapat mempengaruhi jiwa pemakainya. Dan meminta ijin agar selalu di dalam keselamatan. Jika ini tidak dilakukan dengan tepung tawar sebagian kepercayaan masyarakat akan mempengaruhi jiwa, kendaraan bisa menabrak atau ditabrak dan bahkan bisa hilang dicuri yang biasa diungkapkan dengan kata-kata “Sueh”. Lafaz doa yang disebutkan tidak bisa sembarangan melalui tata cara tertentu.
Upacara Tepung Tawar bagi anak bayi juga dilakukan dengan upacara ritual dengan segala persiapan yang disediakan bagi ahli keluarga yang mempunyai hajatan. Peralatan yang perlu dipersiapkan dan dengan lengkap harus sudah ada jika acara dimulai. Adapun perlengkapan alat-alat tersebut antara lain; Beras yang ditumbuk dicampur dengan daun pandan dan kunyit dibuat tepung.Daun-daun yang diperlukan untuk alat tepung tawar ialah daun kelapa yang dibuat seperti bunga tapak bebek diberi bertangkai disebut pentawar, dengan jumlah dua buah. Kemudian daun-daun yang disusun dengan jumlah lebih kurang dan puluh jenis diikat kemudian dipotong ujung pangkalnya sehingga rata permukaannya disebut tetungkal dengan jumlah tiga buah.Nyiru kecil yang terbuat dari anyaman kulit bamboo atau disebut juga layau digunakan untuk mengipas-ngipas badan disebut tudung bakul. Besi, kayu arus, bekas kayu baker diikat dengan tali disebut mereka pengkeras. Benang diikat yang diputarkan diatas kepala menurut mereka mudah-mudahan keluarga itu dapat diikat hatinya menjadi suatu ikatan yang kuat dan kokoh tak ubahnya seperti benang itu.Tepung yang sudah ditumbuk dan diaduk di dalam tabung bamboo yang berukuran garis tengahnya lebih kurang dua puluh senti meter, dan setingginya delapan belas sentimeter yang terbuat dari bamboo Betung gunanya untuk menyimpan tepung yang sudah diaduk, tabung bambu ini disebut tudung telak. Beras dimasukan ke dalam gantang, sirih,pinang, tembakau,gambir, kapur,uang logam secukupnya disebut pengkeras. Beras yang dicelup dengan kunyit disebut beras kuning atau beras kunyit. Anggota yang melaksanakannya tiga orang untuk tetungkalnya dan dua orang untuk melaksanakan pentawarnya, dengan jumlah lima orang.
Cara melaksanakan tepung tawar ini setelah tepung diaduk, tetungkal dan penawar yang terbuat dari daun-daun dan daun kelapa itu dicelupkan pada tepung kemudian dicapkan pada kening, tangan kiri dan kanan, pusat, kaki kiri dan kanan dengan membaca selawat nabi atau doa untuk memohon keselamatan. Setelah selesai upacara Tepung tawar maka dilanjutkan dengan acara selanjutnya yaitu menggunting rambut bayi. Undangan yang hadir pada kegiatan tersebut adalah family dan tetangga yang terdekat.
Teori Interaksionisme simbolik sebagaimana dikemukakan oleh Veeger (1993:36, dalam Natsir) adalah mengambarkan masyarakat bukanlah dengan memakai konsep-konsep seperti sistem,struktur sosial, posisi status, peranan sosial, pelapisan sosial, struktur institusional, pola budaya, norma-norma dan nilai-nilai sosial, melainkan dengan memakai istilah “aksi”. Seperti peranan upacara adat yang tergambar akan menjadi sebuah daya rekat masyarakat, sehingga upacara tersebut semakin sering dilakukan akan semakin dapat mempererat yang sangat berkaitan satu dengan lainnya, sehingga menjadi sebuah kebutuhan dan adanya saling ketergantungan dan keseimbangan di dalam kehidupan bersama.
Perlunya dilestarikan nilai-nilai ritual upacara adat, karena di dalam upacara tersebut syarat dengan nilai-nilai di dalam kehidupan terutama kearifan local, bahwa manusia tidak terlepas dari kehilapan dan kesalahan, selalu memohon ampun dan petunjuk kepada Allah SWT, dengan terus melaksanakan kewajiban di dalam kehidupan di dunia, saling gotong royong, menghormati yang tua, menghargai lingkungan baik benda-benda yang bergerak maupun benda yang tidak bergerak bahwa barang-barang tersebut mempunyai manfaat bagi kehidupan dan itu adalah bagian dari makluk Allah SWT yang tidak bisa disembarangkan dan juga air dan lingkungan agar selalu dijaga kebersihannya yang digambarkan dengan air tepung tawar yang dimaksudkan agar jagan saling curiga dan berprasangka buruk dengan yang lain dan mempunyai hati yang bersih. Selalu mempererat tali siratul rahmi dengan saudara-saudara yang ada disekitar kita terjaganya rasa solidaritas sesama di dalam kehidupan yang beragam, sehingga tercapai keingin bersama hidup di dalam keteraman terhindar dari mala petaka dan di jauhi bencana demi terwujudnya cita-cita semua manusia di muka bumi ini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...