ANALISIS
PUISI TEORI ENKVIS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NANDA SUCI
RAMDHANI
SINTA
TRIOLINA
MARISA
SEPTIARA NILA
NUR ATIKA
BRAMANTIO
AHMAD SOLIHIN
HAJRI NAITO
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
FAKULTAS
ILMU BUDAYA
JURUSAN
SASTRA MELAYU
PEKANBARU
Angin
Oleh : Sanusi Pane
O, angin, bawa keluhku bersama kau,
Melalui pegunungan hijau,
Melalui pegunungan hijau,
Kepada Dinda, (kepada kekasih
hatinya)
Yang amat tercinta.
Bawa keluhku bersama kau.
O, angin, bawa cintaku kepada dara (o, angin bawa cintaku kepada gadis)
Cinta tidak ketara. (cintanya
tidak diketahi si gadis)
Kepada Melati,(kepada sigadis)
Sijantung hati,(pujaan hatinya)
Bawa cintaku kepada dara,(bawa
cintanya kepada gadis itu)
TEORI
ENKVIS
1. Bungkus yang membungkus inti pemikiran atau pernyataan
yang telah ada sebelumnya;
n Pikiran yang diucapkan :
Ø Berharap waktu bisa menghilangkan kegelisahannya
n Pembungkusnya:
Ø bawa keluhku
bersama kau
n Pikiran yang diucapkan :
Ø Sampaikan cintanya kepada perempuan itu
n Pembungkusnya:
Ø bawa cintaku
kepada dara
n Pikiran yang diucapkan :
Ø Cintanya yang tidak diketahui oleh perempuan itu
n Pembungkusnya:
Ø Cinta tidak
ketara
2. Pemilihan antara berbagai-bagai pernyataan yang
mungkin;
q Pengertian ini menyarankan pernyataan umum (common
sense), dikatakan gaya melibatkan pilihan.
q Tanpa pilihan tidak mungkin ada gaya.
q Didalam
puisis angin menyatakan :
Kekasih (perempuannya)
Dinda
,
Dara, Melati, Sijantung hati
3.Sekumpulan ciri-ciri pribadi;
q Tercermin pada defenisi para ahli di depan.
q Pengertian ini menyarankan pernyataan seperti yang
dikemukakan oleh Buffon “le style, c’estl’ homme meme” gaya adalah orang
(penulis) itu sendiri.
q Dengan demikian, seorang penulis akan menurunkan tanda
tangannya pada setiap tulisannya.
q Dalam
puisi angin ini tidak ada ciri-ciri pribadi atau menurunkan tanda tangannya.
4.Penyimpangan dari norma atau kaidah;
q Senada dengan pendapat Derbyshire dalam A Grammar
of style bahwa gaya bahasa itu merupakan penyimpangan dari norma dan
bahwa ada alasannya mengapa penyimpangan-penyimpangan demikian itu terjadi.
q Menyarankan bahwa gaya itu dianggap sebagai pemakaian
bahasa yang “berbeda” dengan pemakaian bahasa biasa.
q Dalam
puisi ini tidak ada penyimpangan norma atau kaidah.
5. Sekumpulan ciri-ciri kolektif; dan
q Sekumpulan ciri-ciri kolektif ini menyarankan tidak
ada gaya.
q Semuanya sama saja dengan pemakaian bahasa biasa.
q Menurut Yunus, pengertian ciri kolektif atau gaya
sosial tidak berhubungan dengan konsep tidak ada gaya.
q Hanya semua penulis dipahami menulis dengan
menggunakan gaya yang sama.
q Misalnya, hanya ada kosakata yang hanya digunakan
dalam karya sastra, penggunaan metafora atau metonomia “dianggap” tidak
ada pada pemakaian bahasa biasa, dan sebagainya.
q Dalam
puisi ini penulis memakai personifikasi
Ø O, angin,
bawa keluhku bersama kau
Ø O, angin,
bawa cintaku kepada dara
6. Hubungan antara satuan bahasa yang dinyatakan dalam
teks yang lebih luas daripada kalimat.
q Berhubungan dengan gaya dan wacana.
q Pengertian wacana menurut Yunus;
a) Wacana adalah pengucapan bahasa yang melebihi satu
kalimat
Ø dengan demikian, wacana lebih dekat kepada retorik
b) Wacana
berbeda dengan teks, dipahami terikat pada unsur bahasa.
Ø Teks lebih luas daripada hanya pemakaian unsur bahasa.
Ø Mungkin meliputi gambar ilustrasi, atau informasi yang
mungkin tidak bersifat bahasa.
c) Wacana
juga berbeda dari teks, mempunyai hubungan dengan genre.
Ø Mungkin orang berbicara tentang wacana puisi atau
wacana novel.
Ø Wacana puisi mempunyai cara penulisan yang berbeda
dengan wacana prosa.
Dalam
puisi di atas, penulis ingin mengungkapkan hasratnya kepada orang yang dikasih
lewat perantara angin, dimana angin sering di ibaratkan bisa menyejukkan hati,
dan tergambar jelas dalam puisi diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar