Adalagi cerita yang alurnya terinspirasi dari kelas kami yang super duper heboh.
jangan lupa tetap tinggalkan kritik dan sarannya yah!!!
"salam budaya"
JANGAN SALAHKAN
CINTAKU
oleh: NR
oleh: NR
Sudah
dua tahun lamanya didalam kelas yang sama, dosen yang sama, teman-teman yang
sama beserta semua kenangan yang sama kita lalui, wajahmu semakin hari semakin
membuatku terpesona, walau menginginmu menjadi milikku seutuhnya hanya sebuah
khayalan. Namun tidak akan pernah berubah kita selama setahun lebih lagi
kebersamaan ini, aku berjanji akan melewatinya bersamamu hingga wisuda nanti.
Biarlah Swita menjadi penyemangat hingga penyelesaian skripsiku nanti, paling
tidak aku tidak perlu kecewa dengan kata penolakan cinta darinya, walaupun aku
sadar hal itu hanya soal waktu. Ya, sudahlah mau diapakan lagi Swita memang
tidak ingin dirayu lagi, ia sudah muak dengan rayuan katanya diawal
perkenalanku dengannya dulu. Namun bagiku apapun yang dibencinya tidaklah
membuat aku berpaling darinya, terkadang teman-temanku bilang aku gila,
bukankah cinta memang gila? “Cinta itu budak” Kata seorang dosen agamaku kala
semester satu dahulu yang masih ku ingat jarinya tegas menunjukkan kearahku, mungkin
bapak dosen tahu aku sedang kasmaran saat itu. Bila kita sudah mencintai
sesuatu kita seakan diperbudak oleh rasa, kita rela melakukan apasaja demi
sekedar ingin bertemu dengan pujaan hati, apalagi sampai bertemu untuk melepas
rindu. Namun yang dijelaskan dosenku itu adalah cinta kepada sang penciptanya
berbeda dengan objek yang aku rasakan sekarang. Tapi benar adanya cinta itu
budak. Aku serasa berada diawang-awang kala jantung ini berdegup kencang sebab
mendengar namanya saja. Aku yang rela menunggu kedatangannya berjam-jam dikelas
untuk memberikan bunga pada hari ulangtahunnya. Aku juga rela kehujanan
menjemput plasdisk miliknya saat ada tugas yang akan dikumpulkan besok.
“Sudahlah
Alif, lupakan Swita, dia sudah jelas menolakmu mentah-mentah, apalagi yang kau
harapkan darinya?”, “Lalu bagaimana dengan perasaanku Dil?, apa kau akan
melihatku layaknya orang gila? aku akan tetap seperti ini. Hingga hatiku rela
melepaskannya”, “Memang kau sudah gila”. Fadil teman sekelasku sudah berulang
kali memperingatkan aku untuk melupakan Swita. Swita lasmana putri, nama yang
selalu ku ucapkan setiap pagiku, terutama sabtu dan minggu. Kami bertemu hanya
hari sabtu dan minggu diperkuliahan nonreguler khusus untuk guru dan karyawan.
Karna cuma dua hari itu aku bisa menatapnya walau dalam kejauhan aku semakin merindukannya. Aku
sungguh menanti saat hari itu tiba, saat semua temanku malas masuk kuliah karna
sudah lelah berkerja lima hari nonstop, aku malah menunggu dengan semangat
ingin segera berangkat kekampus, yang disana ada seseorang yang sangat aku
rindukan, dialah Switaku.
Malang sungguh nasib cintaku hari
ini Swita datang lagi kepadaku, untuk yang kesekian kalinya ia mengatakan “Lupakan
aku Alif” namun tetap aku tanyakan,
“Bagaimana
dengan perasaanku, jika kau memang tak menerima aku, silahkan Swita. jikapun
kau tak ingin melihatku, anggap saja aku tidak ada. Tapi jangan paksa aku untuk
melupakanmu, aku juga punya hak untuk mencintai” .Wajahnya berlalu dihadapanku
dengan perasaan yang luluh lantak aku berusaha setegar karang bertahan diatas
kedua kakiku. Aku sendiripun tidak tahu sampai kapan bisa menjalani hari dalam
keadaan seperti ini. Biarlah waktu yang menjawab, mungkin dengan datangnya pagi
hingga hilang disenja hari, lalu malam berlalu aku akan berangsur-angsur
merelakanmu Swita. Namun semakin ku berusaha kuat melupakanmu engkau malah
hadir didalam mimpiku membuat aku terhibur sesaat bagaikan raja yang menunggu
ratunya dikerajaan cinta. Hingga aku tidak ingin terbangun dari mimpi ini.
Namun saat pagi tiba kudapati hatiku masih seperti semalam, retak tapi tak
pecah, berdegup tapi tak hidup. Walau hatiku berada dalam ruang milikmu aku
tidak ingin menuntut untuk dikembalikan lagi, biarlah aku yang berusaha
mengambilnya pelan-pelan karna kau juga tak menginginkannya sebab aku tahu
disana sudah bertahta seorang raja yang memimpin kerajaan dengan ratunya adalah
engkau Swita, ya kau yang sudah bersuami sejak awal aku mengenalmu dulu. Hanya
aku yang masih rela bertahan didalam kemelut cinta ini, hingga lancang menaruh
rasa pada wanita yang kulihat sangat mencintai suaminya. Kau sering menawarkan
kasih sayang yang lain untukku, kau bisa menjadikan aku kakakmu, bahkan untuk menjadi
bagian dari saudaramu pun aku tak sanggup Swita. Aku harap skripsi kita cepat
selesai dan aku tidak akan melihatmu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar