Rabu, 01 Maret 2017

CERPEN "Jangan Salahkan Cintaku"


Adalagi cerita yang alurnya terinspirasi dari kelas kami yang super duper heboh.
 jangan lupa tetap tinggalkan kritik dan sarannya yah!!!
"salam budaya"





JANGAN SALAHKAN CINTAKU
oleh: NR 

            Sudah dua tahun lamanya didalam kelas yang sama, dosen yang sama, teman-teman yang sama beserta semua kenangan yang sama kita lalui, wajahmu semakin hari semakin membuatku terpesona, walau menginginmu menjadi milikku seutuhnya hanya sebuah khayalan. Namun tidak akan pernah berubah kita selama setahun lebih lagi kebersamaan ini, aku berjanji akan melewatinya bersamamu hingga wisuda nanti. Biarlah Swita menjadi penyemangat hingga penyelesaian skripsiku nanti, paling tidak aku tidak perlu kecewa dengan kata penolakan cinta darinya, walaupun aku sadar hal itu hanya soal waktu. Ya, sudahlah mau diapakan lagi Swita memang tidak ingin dirayu lagi, ia sudah muak dengan rayuan katanya diawal perkenalanku dengannya dulu. Namun bagiku apapun yang dibencinya tidaklah membuat aku berpaling darinya, terkadang teman-temanku bilang aku gila, bukankah cinta memang gila? “Cinta itu budak” Kata seorang dosen agamaku kala semester satu dahulu yang masih ku ingat jarinya tegas menunjukkan kearahku, mungkin bapak dosen tahu aku sedang kasmaran saat itu. Bila kita sudah mencintai sesuatu kita seakan diperbudak oleh rasa, kita rela melakukan apasaja demi sekedar ingin bertemu dengan pujaan hati, apalagi sampai bertemu untuk melepas rindu. Namun yang dijelaskan dosenku itu adalah cinta kepada sang penciptanya berbeda dengan objek yang aku rasakan sekarang. Tapi benar adanya cinta itu budak. Aku serasa berada diawang-awang kala jantung ini berdegup kencang sebab mendengar namanya saja. Aku yang rela menunggu kedatangannya berjam-jam dikelas untuk memberikan bunga pada hari ulangtahunnya. Aku juga rela kehujanan menjemput plasdisk miliknya saat ada tugas yang akan dikumpulkan besok.
            “Sudahlah Alif, lupakan Swita, dia sudah jelas menolakmu mentah-mentah, apalagi yang kau harapkan darinya?”, “Lalu bagaimana dengan perasaanku Dil?, apa kau akan melihatku layaknya orang gila? aku akan tetap seperti ini. Hingga hatiku rela melepaskannya”, “Memang kau sudah gila”. Fadil teman sekelasku sudah berulang kali memperingatkan aku untuk melupakan Swita. Swita lasmana putri, nama yang selalu ku ucapkan setiap pagiku, terutama sabtu dan minggu. Kami bertemu hanya hari sabtu dan minggu diperkuliahan nonreguler khusus untuk guru dan karyawan. Karna cuma dua hari itu aku bisa menatapnya walau  dalam kejauhan aku semakin merindukannya. Aku sungguh menanti saat hari itu tiba, saat semua temanku malas masuk kuliah karna sudah lelah berkerja lima hari nonstop, aku malah menunggu dengan semangat ingin segera berangkat kekampus, yang disana ada seseorang yang sangat aku rindukan, dialah Switaku.
            Malang sungguh nasib cintaku hari ini Swita datang lagi kepadaku, untuk yang kesekian kalinya ia mengatakan “Lupakan aku Alif” namun tetap aku tanyakan,
 “Bagaimana dengan perasaanku, jika kau memang tak menerima aku, silahkan Swita. jikapun kau tak ingin melihatku, anggap saja aku tidak ada. Tapi jangan paksa aku untuk melupakanmu, aku juga punya hak untuk mencintai” .Wajahnya berlalu dihadapanku dengan perasaan yang luluh lantak aku berusaha setegar karang bertahan diatas kedua kakiku. Aku sendiripun tidak tahu sampai kapan bisa menjalani hari dalam keadaan seperti ini. Biarlah waktu yang menjawab, mungkin dengan datangnya pagi hingga hilang disenja hari, lalu malam berlalu aku akan berangsur-angsur merelakanmu Swita. Namun semakin ku berusaha kuat melupakanmu engkau malah hadir didalam mimpiku membuat aku terhibur sesaat bagaikan raja yang menunggu ratunya dikerajaan cinta. Hingga aku tidak ingin terbangun dari mimpi ini. Namun saat pagi tiba kudapati hatiku masih seperti semalam, retak tapi tak pecah, berdegup tapi tak hidup. Walau hatiku berada dalam ruang milikmu aku tidak ingin menuntut untuk dikembalikan lagi, biarlah aku yang berusaha mengambilnya pelan-pelan karna kau juga tak menginginkannya sebab aku tahu disana sudah bertahta seorang raja yang memimpin kerajaan dengan ratunya adalah engkau Swita, ya kau yang sudah bersuami sejak awal aku mengenalmu dulu. Hanya aku yang masih rela bertahan didalam kemelut cinta ini, hingga lancang menaruh rasa pada wanita yang kulihat sangat mencintai suaminya. Kau sering menawarkan kasih sayang yang lain untukku, kau bisa menjadikan aku kakakmu, bahkan untuk menjadi bagian dari saudaramu pun aku tak sanggup Swita. Aku harap skripsi kita cepat selesai dan aku tidak akan melihatmu lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...