Selasa, 31 Oktober 2017

WISATA SASTRA-“MENELISIK NASKAH DI ROKAN HULU”

“MENELISIK NASKAH DI ROKAN HULU”




Menikmati wisata sejarah ke Rokan Hulu selalu bisa membawa kita ke nuansa kerajaan yang masih belum tersentuh dunia luar, di Negeri Suluk Berpusaka Nan Hijau ini terdapat sebuah istana yang masih asli, bangunan yang belum digubah membuat istana Rokan menjadi tempat pertama wisata sejarah yang banyak dikunjungi di Rokanhulu, bagi penikmat arsitektur tentu sangat mengimpikan melihat bangunan yang didirikan oleh masa kerajaan Rokan ini dengan tiang dan seluruh penyangga bangunan tanpa menggunakan paku. Kayu yang sudah berumur ratusan tahun itu tetap kokoh berdiri hingga sekarang. Namun wisata kali ini kami akan menyuguhkan wisata sastra kepada wisatawan dengan menelisik naskah pusaka yang ditinggalkan oleh kerajaan Rokan IV koto. Bersama dosen-dosen Sastra dari Universitas Lancang Kuning Pekanbaru.
            Selain perjalanan ke kerajaan Rokan IV Koto yang penuh dengan keasrian alam Rokan Hulu kita juga Menikmati perjalanan ke Pasir Pengaraian, tidak afdhol menapakkan kaki ke Rokan Hulu  jika belum berkunjung ke Masjid nan megah Islamic Center Nasional Rokan Hulu Pasir Pengaraian, tentu setelah singgah dan berdiskusi dulu dengan ninik mamak suku melayu di Pasir Pengaraian tentang naskah kerajaan yang tersimpan di sana dan tidak lupa mencuci mata dengan singgah di rumah maestro sastra lisan Rokan Hulu di daerah tangun Pasir Pengaraian Bapak Taslim.f melihat benda-benda pusaka dan antik dimuseum rumah pribadinya.
             
AGENDA WISATA SASTRA
“MENELISIK NASKAH DI ROKAN HULU”

 Agenda perjalanan :
PUKUL
KEGIATAN
TEMPAT
16.00-20.00
Perjalanan
Pekanbaru ke Ujungbatu
20.00-20.30
Makan malam
Ujungbatu
20.30-05.00
Istirahat
Wisma abadi
05.00-07.00
Shalat dan bersiap-siap
Wisma abadi
07.00-08.00
Sarapan
Wisma abadi
08.00-09.00
Perjalanan
Ujungbatu ke Rokan IV Koto
09.00-11.00
Diskusi Naskah,
Wisata sejarah istana Rokan
Rumah penduduk Rokan IV Koto
11.00-12.00
Perjalanan
Rokan IV Koto ke Ujungbatu
12.00-13.00
Shalat, Chek out, makan siang
Ujungbatu
13.00-14.00
Perjalanan
Ujungbatu ke Pasir Pengaraian
14.00-15.30
Diskusi naskah
Rumah penduduk Pasir Pengaraian
15.30-16.30
Shalat,
Wisata Religi Masjid Islamic Center Nasional Rokan Hulu
Pasir Pengaraian
16.30-17.30
Perjalanan
Pasir Pengaraian ke Ujungbatu
17.30-18.00
Makan malam
Ujungbatu
18.00-22.00
Perjalanan
Ujungbatu ke Pekanbaru

Penjemputan dari Ujungbatu menuju Pekanbaru sore itu ternyata sudah ditunggu-tunggu oleh para wisatawan kita. Tepat jam 5 sore kami sampai didepan kampus Unilak titik penjemputan yang telah disepakati sebab para wisatawan kali ini adalah para dosen dan filolog muda yang ahli dibidang naskah. Pemandnagan ini dapat dilihat dari properti barang bawaan mereka yang terpenting adalah kamera dengan berbagai jenis, alat-alat perekam dan lain-lain serta penampilan yang sederhana dan bersahaja. Perjalanan malam didalam mobil avanza sebanyak 4 orang itu terdiri dari 3 dewasa dan 1 anak-anak berjalan lancar tanpa hambatan karna kami sebagai pemandu wisata menyiapkan sopir yang dikhususkan pada hari itu untuk menjadi pedamping perjalanan kami juga yaitu sang pemilik mobil itu sendiri. Dengan penuh kehati-hatian sopir juga seorang mahasiswa yang baru beebrapa hari lalu diwisuda dengan gelar pertaniannya ikut mengambil andil dalam perjalanan kali ini karna dia juga seorang pecinta sejarah begitu antusias juga melihat dnamengikuti kegiatan kami.





Ditemani taburan bintang malam itu rombongan langsung kami bawa dirumah kediaman orang tua kami di pematang tebih ujungbatu untuk menikmati jamuan tradisional gulai lingkitang dan samba kerambie. Setiap wisatawan yang datang dan disunguhi salahsatu  makanan khas Rohul ini selau ada saja hal menarik yang kami lihat karna gulai lingkitang yang agak asing dimata dan mulut mereka. Cara makan yang unik oleh seorang dosen kami sangat berusaha mengeluarkan daging lingkitang dari cangkangnya dengan cara mengcongkelnya menggunakan jarum pentul jilbab. Dengan penuh suka cita makan malam itu sambil ditemani oleh tetua kampung pak Rusli yang pernah memiliki buku naskah tarekat salahsatu persulukan di Rokan hulu itu menceritakan secara garis besar tentang persulukan yang diikutinya. Melalui ceritanya diharapkan mampu menjadi bekal bagi tim menelisik naskah suluk esok hari dan hal-hal apa yang harus kami lakukan dalam pendekatan dengan nara sumber serta apa saja yang harus dibicarakan.

Mentari menyambut penuh bahagia, pagi yang indah tepat pukul 7 pagi itu perjalanan dimulai dengan menyingahi rumah salahsatu warga tepat didepan rumah tempat kami sarapan pagi itu, yang menurut cerita Rusli malam itu ada satu naskah yang diletakkan di rumah kemenakannya untuk proses pembelajaran kepada keturanannya agar ilmu itu bisa diturunkan. Namun sayang saat kami sudah duduk dan bercerita didalam rumah tersebut perihal naskah itu sudah dibawa lagi kekampung halaman sang pemilik yaitu di 13 koto kampar karna kemenakannya belum bisa mencerna isi dari tulisan naskah yang diberikan oleh sang guru atau pamannya itu. Sesuai kesepakatan pagi itu kami meneruskan perjalanan kearah Pasir erlebih dahulu karna berhubung nara sumber yang berada di Rokan IV koto sedang ada acara penyambutan kepulangan jamaah haji dan sore baru bisa bertemu. Harapan masih banyak karna hari masih pagi kami terus melanjutkan perjalanan kembali menempuhi beberapa surau suluk yang lain namun  tempat yang kami singgahi kali ini adalah rumah seorang maestro sastra lisan Rokan Hulu pada beliau masih banyak terdapat tulisan tangan beliau yang telah ditulis selama hidupnya dan masih disimpan dirumahnya yang kini lebih mirip museum pribadi. Sesampai dirumahnya ternyata beliau sudah 2 minggu menginap dikebunnya, kamipun memberanikan diri untuk bertemu dengan mengunjungi langsung kekebunnya. Ternyata suasana dikebunnya sangat nyaman mungkin itu pula yang membuat beliau bersama, istri dan seorang anaknya lebih memilih banyak menghabiskan waktu disana yang menurutnya jika tinggal dikampung akan sangat menyibukkan beliau dengan aktifitas yang sudah sangat melelahkan. Lebih dari sejam bersama beliau kami bercerita, berdiskusi mengenai sejarah dan sastra ditemani angin sepoi yang bersembus penuh kesegaran siang itu menambah ringan suasana dan mudah dicerna perkataan demi perkataan dari sang maestro. Pendekatan yang kami lakukan adalah menjadi pendengar yang baik terlebih dahulu, beliau lebih banyak mencurahkan isi hatinya dengan menceritakan keprihatinannya terhadap budaya dan sastra terutama sastra lisan khususnya di Rohul. 

“Anak nogoghi ko disikolahkan tingi-tinggi sudah tu poi ke nogori lain cai makan tu ndolai pulangleh, tu siapo leh yang onak mengurus budaya awak ko” dengan mata berkaca-kaca Pak Taslim sang maestro sedih karna hingga saat ini belum ada seorangpun penganti atau penerus kegiatannya sebagai tukang koba. “Olah berapo puluh taon aku mengajukan tulisan tangan aku ko, indolai onak ...................(sensor) du menulih membukukan” dalam kesempatan itu juga kami mengatakan suatu saat dan dalam waktu dekat kami akan berusaha membukukan karya datuk karna kebetulan kami juga tergabung dalam komunitas penulis Rohul. Sedikit angin segar bagi beliau dan dengan senang hati beliau menerima sambutan kami. Mulailah menyambung pembicaraan selanjutnya dengan mengutarakan tujuan kami datang menjumpainya untuk melihat naskah yang ditulis sendiri ataupun naskah tua lain yang beliau simpan. Menginjakkan kaki diteras rumahnya kami sudah merasakan suasana dan pandangan seperti memasuki rumah tua zaman lebih mirip kerajaan atau rumah-rumah lama nan kuno sekitar tia lemari kaca setinggi 2 meter lebih berjejer disudut ruang tamunya berisi benda-benda pusaka yang beliau katakan semua itu ada yang berasal dari nenek moyangnya sejenis pusaka keturunan dan ada yang dikoleksi pribadi seperti kumpulan batu akik yang di terletak rapi didalam rapi.


Selepas mengorak-arik segala penjuru lemari dan lembaran demi lembaran dibuka. Masing-masing kami sibuk menikmati pemandangan si isi ruangan itu. Seorang dosen yang bertugas mendigitalisasi naskah menjalankan perannya, ia memotret segala keperluan laporan perjalanan naskah kali ini. Ditengah kumpulan tumpukan buku sang sopir pecinta budaya ikut juga membaca buku yang dipilihnya terlihat berjudul sejarah luhak di Rohul. Ada juga yang membuka kotak-kotk kecil berbentuk unik dan isinya juga sangat aneh dan seram. Hampir seharian didalam ruangan itu kami seakan-akan berada didunia lain. Ada perasaan miris melihat lembaran-lembaran kertas tulisan tangan sang maestro itu hanya disimpan didalam sebuah kotak, saat mengeluarkannya ia sangat berhati-hati karna sebagian sudah pudar dan dimakan rayap. “Ko tengoklah keroteh iko kalau aku mati bisuk indo akan lai leh yang tahu arti nyo apo, padek pontieng ko posan-posan, petuah dan cerito uyang tuo awak dolu” sambil menyodorkan sebuah lembaran yang berjudul mengonduo yang artinya lagu mengayunkan anak yang mau tidur.



Salaman terakhir kami dengan beliau yang kami jemput dan antar kembali kekebunnya sangat menimbulkan kesan, beliau berpesan teruslah mengabadikan budaya dan sastra karna dengan begitu kita akan terus hidup untuk meninggalkan pesan kepada anak cucu kita karna dunia ini semakin tua dan hilang budaya. Semangat beliau yang patut kita contoh adalah kegigihannya terus merawat dan meneriman tamu yang ingni belajar dan mengetahui tentang sejarah dan budaya khususnya di Rohul. Perjalanan seharusnya kami lanjutkan ke Rokan IV koto namun karna suatu keperluan mendadak dari seorang dosen yang mengharuskannya sampai dibandara pukul 20.30 untuk terbang ke makasar kamipun bergegas pulang dan melanjutkan perjalanan menuju bandara sultan sarif kasim Pekanbaru setelah singgah sekejab dirumah kediaman orangtua kami untuk makan siang.


Sungguh perjalanan tanpa jeda seharian penuh, namun banyak hal baru yang kami dapatkan ketika sebelum singgah kerumah pak Taslim yang sudah mendapatkan berbagai penghargaan budaya kami juga singgah kerumah ketua LAM Rohul untuk menanyai soal keberadaan naskah suluk tareka, namun tidak berhasil walaupun berbagai pendekatan telah kami lakukan. Persis seperti yang dijelaskan oleh Rusli seorang yang pernah mempelajari suluk dan sudah mendapat gelar guru yang memiliki buku suluk itu juga mengatakan tidak sembarang orang yang diperbolehkan melihat dan membaca buku itu, syaratnya pertama, orang tersebut memang berniat ingin masuk kedalam tarekat persulukan, kedua keturunan atau orang yang memang sudah pernah suluk. Walaupun kami menjelaskan kami hanya ingin mendata dengan cara memotret covernya saja mereka tetap belum mengizinkan menurut mereka semakin banyak yang melihat buku tersebut maka mukjizat atau kekuatan ilmunya akan berkurang. Karna buku itu didapatkan bukanlah mudah dan mereka sudah bersumpah sebelum diluluskan oleh tuan gurunya untuk menjaga dengan buku tersebut tanpa melihatkannya kepada orang lain selain syarat tersebut. Keterbatasan waktu jua yang membuat kami menutup perjumpaan dengan para nara sumber dan kami juga sangat mengormati dan menghargai hal-hal yang menjadi kepercayaan mereka salahsatunya mereka para ahli suluk selalu berzikir untuk negeri mereka dan mampu menghadirkan alam juga ikut berzikir bersama, menurut mereka kekuatan zikir itulah yang membuat negeri mereka jauh dari malapetaka.
Banyak yang perlu dipelajari lagi selain daripada hanya mendengar cerita dan sejarah budaya dari berbagai nara sumber yang kami temui, yang usianya rata-rata 60-an, dan semuanya meninggalkan pesan bahwa kami yang mencintai budaya ini teruslah memelihara budaya karna kelak diantara yang berilmu budaya itu akan menjadi seperti mereka juga, tempat betanya anak cucu mereka nanti. Terima kasih kami ucapkan juga kepada seluruh nara sumber Pak Rusli, Ahmad jadi, Taslim F beserta anak dan istri semoga kelak ilmu yang kalian berikan menjadi amal jahiriyah penolong diakhirat.Seutas senyum dan Ucapan terimakasih juga kami bingkiskan kepada para wisatawan sekaligus dosen fakultas ilmu budaya universitas lancang kuning pekanbaru dan filolog kami Buk Iik Idayanti, Pak Fiqru beserta istri dan anaknya. Semoga ilmu dan perjalanan wisata ini mambawa manfaat. Amin






















Harga Paket Wisata Sastra “Menelisik Naskah Di Rokan Hulu”

JUMLAH
 ANGGOTA
BIAYA PER-ORANG
TOTAL
KET
1
2000.000
2000.000
2
1000.000
2000.000
3
867.000
2600.000
4
650.000
2600.000
5
640.000
3200.000
6
534.000
3200.000
7
543.000
3800.000

Harga Paket Sudah Termasuk :
·                     Menginap 1 malam di penginapan
·                     Penjemputan dan Pengantaran ke/dari Pekanbaru
·                     1 X tour
·                     Mobil private ber-AC, Sopir dan Pemandu Wisata selama penjemputan, pengantaran dan tour
·                     Air mineral + snak - pada saat tour
·                     Sarapan di penginapan
·                     Makan siang + makan malam- pada saat tour

Harga Paket Belum Termasuk:
·                     Biaya belanja keperluan pribadi
·                     Biaya makan diluar jadwal tour

Terms & Condition / Note: 
-        Jumlah tempat yang dikunjungi sewaktu waktu dapat berubah / fleksibel, menyesuaikan dgn kondisi cuaca setempat (Tidak ada   Kompensasi apa apa jika tidak bisa mengunjungi salah satu obyek wisata di karenakan Faktor Cuaca. 
-        Mohon untuk membawa Peralatan Pribadi seperti: Alat mandi (Handuk, Sabun, dll), Multivitamin /Obat2an Pribadi jika diperlukan. 
-        Peserta silahkan membawa uang Cash secukupnya untuk Jajan, dll (Tidak ada Mesin ATM di beberapa tempat wisata). 
-        Provider Seluler hanya ada Telkomsel dan jaringan sering terganggu. Harap sedia baterai cadangan
-        Akomodasi yg di pakai di Rohul adalah Wisma dgn Fasilitas kamar/2 orang satu kamar: AC - kmr mandi dalam - 1 kmr u/2 org.



Senin, 30 Oktober 2017

NASKAH DRAMA RANDAI ACARA SEMARAK MELAYU 2017

TEMA    : DUKUN
JUDUL   : MANTRA OBAT HATI (OBH)
PENULIS NASKAH & SUTRADARA : NUR ATIKA
SEKAPUR SIRIH :               HAJRI NAITO
PEMUSIK             :               RIDHO APALA, BIOLA
                                                FAHROZA, GENDANG 1
                                                FAHROZI, TAMBORIN
                                                HAZA UMROH, GENDANG 2
                                                DEDEK SAPUTRA, PLUIT
PELAKON             :               HENDRA GUNAWAN, SEBAGAI TEMAN DEDEK
                                                RIDHO AFANDI, SEBAGAI BUJANG GADI, JAMILAH (PACAR DEDEK)
                                                AHMAD SHOLIHIN, SEBAGAI BUJANG GADI (DUKUN)
                                                DEDEK SAPUTRA, SEBAGAI PACAR JAMILAH
                                                SINTA TRIOLINA, SEBAGAI IBU JAMILAH
PERANCANG BUSANA   : NORA LESTARI, ENDANG PURNAMA SARI, SARTIKA.J
TEKNISI/OPERASIONAL                 : HARDILES, LILIK HARIYANTO
DOKUMENTASI                 : BAYZAN NUR, DKK




SINOPSIS DRAMA            :
ADEGAN 1
                Disudut kampung duduklah jamilah dengan dedek sedang memadu asmara dan hendra sebagai teman dedek disuruh untuk menjaga situasi, hendra mulai muak menjadi orang ketiga menjaga pasangan ini berpacaran iapun meninggalkan mereka berdua sebentar. Selang beberapa waktu datanglah sinta ibu jamilah meneriak memanggil dan memarahi jamilah dan pacarnya. Ibunya tidak setuju dengan dedek karna pengangguran dan miskin. Sinta membawa anaknya pulang. Tinggallah dedek dan hendra yang baru tiba, dedek ingin mencari dukun untuk meluluhkan hati ibu pacarnya itu. hendra membawa dedek menemui dukun yang tak lain adalah datuknya sendiri.

Hendra : “awak dijadikan obat nyamuk, tapi demi kawan biarlah, melihat kawan senang, awakpun ikut senang” sambil mondar-mandir menjaga situasi, karna kebelet hendra pergi meninggalkan sebentar 
                 “aduh....sakitnya perut nih”  (keluar panggung)
Sinta      : “hmmmmmm disini rupanya kau jamilah?, udah mak katakan jangan pacaran juga dengan dedek yang pengangguran nih, miskin lagi. Ayok pulang.
Jamilah : Tapi mak, jamil maunya dengan dedek
Sinta      : mak ngak setuju, ayok pulang
Dedek   : mak, jangan ngomong gitulah mak. Walaupun miskin saya punya cinta untuk anak mak. Bulan depan saya dah kerja mak.
Sinta      : jangan panggil aku mak, kau mau kasih anakku makan cinta?,  Ayo jamil kita pulang.
(sinta dan jamilah keluar panggung, kemudian masuk hendra)
Hendra : ha, mana jamil dek?
Dedek   : ini kau rupanya ndra, aku suruh kau jaga pos. Kemana-kemana kau pergi, jamilah dah dibawa emaknya. Aku dilarang bertemu dengan jamliah. Bagaimana ni hendra, hancur sudah harapanku.
Hendra : tenang dek, nanti kau kubawa ketempat atukku, dia punya mantra obat hati. Biar luluh hati calon mertua kau tuh.
Dedek   : iya ndra? Ha tunggu apalagi ayoklah kita kesana.
(hendra dan dedek keluar, masuk dukun)

ADEGAN 2
Dedek datang Dibawa Hendra kepada datuk dukun yang sebenarnya hanyalah seorang pandai berkilah karna beberapa orang berdukun ada yang masuk akal ia pun terkenal. Dedek meminta dukun untuk meluluhkan hati ibu pacaranya. Dukun memberikan mantra kepada dedek untuk pergi pada malam besok ditempat ia terakhir bertemu dengan pacarnya itu. Dengan menyerahkan bungkusan yang berisi gula, kopi, dan beras, dedek pun pulang. Dukun menyuruh hendra untuk menemui sinta ibunya jamilah dan membawakan kepadanya.
Dedek   : Assalamualaikum....tuk...o...atuk
Hendra : macam upin ipin pulak kau dek
Dedek   : mana atuk kau tu hen?
Hendra : tunggu sebentar ya, coba aku tengok, mungkin sedang bersimedi agaknya.
                (hendra pun kerumah, ia menyuruh atuk memakai kopiah karna atuknya sedang memakai songkok perempuan)
Hendra : astafirullah atuk....tuk itu kawan hendra yang hendra ceritakan semalam tu, pakailah peci atuk lagi.
Dukun : eh, lah sampai cu. Hmmmm manalah peci atuk tadi ya... suruhlah masuk.
Hendra : dek, masuklah. Tu atuk aku tu. Kau ikutkan saja apa yang diperintahkannya ya dek
Dukun   : duduk-duduk-duduk, aku sudah tahu semua ceritanya.
Dedek   : eh, mantap pulak atuk kau ndra, belum aku cerita dah tahu dia.
Dukun   : sstttttt, jangan berisik. Kau mempunyai pacar seorang perempuan
Dedek   : betul tuk
Dukun   : engkau seorang pengangguran dan miskin
Dedek   : betul sikit tuk, miskin harta tuk, tapi kaya hati tuk
Dukun   : cinta kalian tidak direstui
Dedek   : betulllllll tuk. Paten atuk kau hendra tahu benar dia isi hatiku ini, jadi tuk, apa yang harus saya lakukan tuk?
Dukun   : hmmmmm, tunggu sebentar. Atuk panggil jin atuk dulu ya...(berubah suara menjadi perempuan sambil menepuk kakinya yang digigit nyamuk) iss, apa ini. mengganggu saja nyamuk ini.
Dedek   : hendra, kenapa atuk kau bunyi suara perempuan?
Hendra : ssttttt, diam saja jangan berisik, itu jinnya itu dek sedang bicara. Kan kau mau melembutkan hati mertua perempuan kau kan? Itu jin yang ngasih petunjuk yang perempuan juga tu.
Dedek   : oooo, yalah yalah
Dukun   : nanti malam, datanglah kau kekebun pisang mak soleh dibelakang sana. Tunggulah disana sampai jam 10 malam, sambil baca mantra ini:  “lulalalek kalau dapek jangan tangkek” baca 100 kali ya. Kau bayangkan kekasih engkau tu akan datang kesana.
Dedek   : baik tuk. Nih tuk, buah tangan untuk atuk.
Dukun   : alhamdulillah, dapatlah untuk makan dua hari nih. (suara atuk  setengah berbisik dengan gaya perempuan).
Dedek   : apa tuk?
Dukun   : tak ada apa-apa. Ha, hafalkan mantra nya tadi. Jangan sampai lupa tu. Hendra! Sini, (sambil berbisik, menyuruh hendra membawa orang tuanya kekasih dedek datang).
Hendra : ayok dek, kita pergi. Hari dah magrib. Nanti malam kau kan mau pergi ke kebun pisang tu.
                (Hendra dan dedek keluar)

ADEGAN 3
                Sinta bingung anak kesayangannya sudah 3 hari tidak makan, murung, kadang tertawa dan menangis sendiri dikamarnya. Sedang sinta mengeluh-ngeluh terdengar oleh hendra kemudian hendra mengajak sinta menemui juga dukun yang sama.
                Datanglah sinta membawa anaknya kepada dukun. Sidukun memberikan mantra dan menyuruh sinta membawa anaknya ketempat terakhir yang dikunjungi yaitu disudut kampung anak dan pacarnya bertemu dulu dan tidak boleh ditunggui atau dilihat. Dukun memberinya petuah antar anaknya pada jam 9 malam dan jemputlah anaknya pada jam 11 kemudian siapa yang ada disana dekat anaknya yang membuat anaknya bisa bahagia lagi kalau laki-laki jadikanlah suaminya kalau perempuan jadikanlah saudaranya. Sinta pun pulang membawa jamilah. Dan akan mengantarkannya ketempat yang sudah diperintahkan dukun.
Sinta      : kena apalah anakku jamilah, tidak mau makan, tidak mau mandi, tidak mau tidur. Kadang-kadang ketawa sendiri. Kadang-kadang menangis.
Hendra : etekkk.. apa kabar etek? Sehat etek, aku dengar jamilah sakit ya tek?
Sinta      : iyo hendra, tu tengoklah murung saja jamilahnya.
Hendra : kalau ku tengok-tengok jamilah anak etek tu kena sakit jantung terikat nampaknya itu tek. kata orang-orang pintar dulu harus diobat cepat tek, kalau tidak habislah jantungnya tek.
Sinta      : iya hendra? Siapa kira-kira yang bisa mengobati penyakit itu? aneh ya ndra, ini pula etek baru dengar penyakit jantung terikat tu.
Hendra : ayoklah tek, ke rumah atuk hendra dikampung sebelah tu, udah banyak juga dia mengobati penyakit macam itu.
Sinta      : ayoklah hendra. Ibuk bawa jamilah ini sekalian ha, yok ayok jamilah...
                (Sinta, hendra dan jamilah keluar)
Hendra : assalamualaikum....
Dukun   : waalaikumsalam, masuk-masuk....
Sinta      : ini tuk, anak sayaaa
Dukun   : hmmmm, saya sudah tahu semuanya. Dia ini sedang terkena penyakit jantung terikat. Dan harus diobati malam ini juga, kalau tidak maka besok pagi anak kamu ini akan dibawa mahluk asing.
Sinta      : iya, iya tuk, apa obatnya tuk?
Dukun   : nanti malam jam 9 antarkan anakmu ini ke kebun pisandag mak soleh dibelakang sana. Syaratnya jangan ditunggui kamu, dia harus sendirian disana. Biarkan disana sampai jam 11 barulah jemput dia. Kamu perhatikan nanti jika dia sudah tertawa. Siapa yang berada disana jika laki-laki nikahkan dengan anak gadismu. Jika dia perempuan jadikan da saudaranya.
Sinta      : ooo, iya tuk. Sekarang dah jam 8.59 menit tuk. Saya antarlah kesana lagi tuk sekarang.
Dukun   : ha, yalah yalah, cepat-cepat

ADEGAN 4
Jamilah diantar ketempat terakhir ia menemukannya. Ternyata disana sudah ada dedek yang menunggu dibalik pohon, bertemulah mereka berdua, jamilah bahagia kembali dan ceria lagi, datanglah sinta menjemputnya jam 11 malam. Dan setuju akan menjadikan dedek menantunya karna petuah dari dukun.
Sinta      : tinggal sini dulu ya jamilah...nanti mak jemput jam 11 ya. Sehatlah anakku ya allah
Dedek   : eh, itu macam jamilah nampaknya, jamilahhhhhhhhh.
Jamilah : abang dedekkkkk
Dedek   : alhamdulillah... ternyata benar dukun tu ya, aku bisa bertemu dengan kekasih ku
Jamilah : ya bang, ibu juga nanti akan setuju dengan hubungan kita. Karna kata tuk dukun siapa yang bertemu dengan jamil disini kalau laki-laki akan dijadikan suami, kalau perempuan akan dijadikan saudara.
Dedek   : alhamdulillah
Sinta      : eh, nampaknya udah tertawa anakku jamilah. Allamdulilah udah sembuh dia, memang paten dukun tadi tu ya. Jamilah siapa orang yang membuat kau tertawa tu? Ooooo, kamu?. Hmmmm kalau memang ini takdirnya mau gimana lagi. Mak restui hubungan kalian berdua. Besok siang mak akan nikahkan kalian ya.
Dedek dan jamilah          : yeeeeee...nikah kita

TAMAT


                

Selasa, 24 Oktober 2017

KENDURI PUISI VIII- ROKAN HULU










KOMUNITAS PENULIS LENGGOK MEDIA PRODUCTION (LMP) ROKANHULU DAN
KOMUNITAS RUMAH SENI SUNTING (KSRS) PEKANBARU
MEMPERSEMBAHKAN

KENDURI PUISI VIII
“SUMPAH ITU ADALAH PUISI”

*      BINCANG PUISI
*      PANGGUNG APRESIASI
*      PARADE BACA PUISI
*      WISATA PUISI

Pasir pengaraian, Rokan Hulu 28-29 Oktober 2017

Diselenggarakan atas kerja sama :
 komunitas seni rumah sunting Pekanbaru
-        Islamic center Rokan Hulu
-        Dinas pendidikan Rokan Hulu
-        Dinas pariwisata Rokan Hulu
-        Dewan kesenian daerah Rokan Hulu
-        Kapolres Rokan Hulu
-        Kecamatan rambah
-        Komunitas-komunitas di Rokan Hulu



Kenduri puisi merupakan kegiatan rutinitas komunitas seni rumah sunting (KSRS) Pekanbaru dua bulan sekali. Oktober adalah saatnya. Kali ini bersempena dengan peringatan sumpah pemuda dan bulan bahasa. Dikatakan kenduri puisi sebagai metafor dari makan bersama yang mana dalam lingkup sastra makanan yang dimaksud adalah puisi itu sendiri. Selama dua hari tersebut bertepatan pada tanggal 28 hingga 29 Oktober sebagai panitia pelaksana di daerah kabupaten Rokan Hulu yaitu komunitas penulis lenggok media production Rokan Hulu. Kegiatan ini sangat didukung oleh semua kalangan dilingkungan pemkab Rokan Hulu.
Pada momentum bulan bahasa dan hari sumpah pemuda ini kami mengambil tema “Sumpah itu adalah Puisi” yang artinya adalah sumpah pemuda yang di ikrarkan oleh pemuda para pejuang kemerdekaan Indonesia ratusan tahun lalu iitu adalah semuah puisi. Sekilas sebagai pengetahuan kita indonesia yang lahir dari sebuah puisi yaitu sumpah pemuda.

Soempah Pemoeda
Kami poetra dan poetri Indonesia,
Mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
kami poetra dan poetri Indonesia,
mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia,
 mendjoendjoeng bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Djakarta, 28 Oktober 1928
Kalimat sakral tersebut, jika kita cermati, memang sedikit banyak mirip puisi. Dan ternyata, bait-bait sumpah pemuda itu memanglah sebuah puisi. Rumusan puisi “Sumpah Pemuda” tersebut lahir dari tangan penyair, yang selama ini lebih dikenal sebagai tokoh pahlawan, sosok itu bernama Muhammad Yamin. Ia merupakan tokoh yang hidup di zaman di mana begitu banyak bertebaran syair, pantun, dan puisi. Jadi tidaklah mengherankan, jika hal tersebut nantinya mempengaruhi bentuk “Sumpah Pemuda”. Karena secara diam-diam, kesusastraan begitu lekat pada diri Yamin.
Jejak puisi “Sumpah Pemuda” dapat ditelusuri dari puisi-puisi Yamin sebelumnya, seperti puisi yang berjudul “Tanah Air” yang dimuat di Jong Sumatra (1920), puisi “Bahasa, Bangsa” (1921), puisi “Tanah Air” (1922) yang baitnya lebih panjang dari puisi sebelumya, dan juga puisi “Indonesia, Tumpah Darahku” yang ditulis dua hari sebelum puisi “Sumpah Pemuda”.
Tak dapat disangkal, roh puisi-puisi Yamin lah yang kemudian hari menjiwai “Sumpah Pemuda”. Ia telah mempunyai konsep-konsep tanah airbangsa, dan bahasa sebagai persatuan, jauh sebelum masyarakat Indonesia benar-benar menyadarinya. Dan konsep itu lahir dalam bentuk puisi, yang pastinya dibidani oleh penyair.
Bangsa ini begitu bhinneka, terdiri dari keanekaragaman suku bangsa, agama, budaya, dan bahasa. Dengan keberagaman keagamaan, bahasa yang beraneka, suku-suku yang belum menyatu, budaya yang berbeda-beda. Tentu kaum muda pada saat itu sangat berharap, “Sumpah Pemuda” bisa menjadi alat pemersatu itu semua. Tak sekedar puisi biasa, tentunya puisi “Sumpah Pemuda” mempunyai dasar pemikiran yang jelas, sajaknya berdasarkan faktor geografis (tanah air), sosiologis (bangsa), dan historis (bahasa persatuan).
Selain itu, menurut Yamin, “Sumpah Pemuda” bisa dikatakan sebuah janji ketiga yang diucapkan bangsa ini untuk sebuah persatuan. Janji yang diproklamirkan oleh pemuda-pemuda pada masanya, sebut saja: Janji pertama, yaitu Soempah Seriwidjaja (686) yang berisi agar bangsa ini (Nusantara: Indonesia) berbakti pada kesatuan. Janji kedua, yaitu janji Patih-Mangkoeboemi Gadjahmada (+ 1340) yang berusaha mempersatukan kepulauan Nusantara (Indonesia). Dan tentu saja, seperti yang disebutkan sebelumnya, janji Sumpah Pemuda (1928) yang bertumpah darah, berbangsa satu dan berbahasa Indonesia yang berujung kemerdekaan.
Sekilas tampaknya memang terlihat berlebihan, jika mengatakan bahwa penyair mempunyai peran sangat penting dalam perjuangan bangsa ini. Apalagi puisi seringkali diartikan sebatas romantisme pribadi penyair. Dianggap sebuah kata-kata hasil lamunan kosong atau kata-kata yang dibalut keindahan dan seringkali dituduh sebagai sebuah kata tanpa kenyataan. Bahkan peran penyair dalam perjuangan bangsa ini pun dianggap tidak jelas bagi sebagian orang.
Akan tetapi, seorang filsuf bernama Muhammad Iqbal, yang juga seorang penyair terkemuka asal Pakistan mengatakan bahwa sebuah negara terlahir dari tangan para penyair. Bukanlah sekadar sebuah candaan yang diseriuskan. Sebagai bukti di Indonesia, “Sumpah Pemuda” merupakan sebuah deklarasi perjuangan bangsa ini yang berbentuk puisi—mungkin peran penyair sama halnya dengan peran pujangga dalam sebuah kerajaan. Tanpa kita sadari, banyak kata-kata yang mempunyai roh perjuangan, kata peristilahan, pepatah atau mungkin percakapan sehari-hari yang kita sering gunakan adalah sajak-sajak yang dilahirkan oleh para penyair.
Peristilahan yang sering kita pakai saat ini, seperti: Tanah AirTumpah Darahpersatuan dan kesatuanbersatu kita teguh bercerai kita jatuh (runtuh), bahasa Indonesia bahasa persatuan, dan Ibu Pertiwi pun merupakan hasil pemikiran penyair—lagi lagi ini peran Yamin.
Tentu saja sudah sangat jelas, peran sastrawan atau penyair dalam mengobarkan rasa cinta tanah air, untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. Namun, masyarakat Indonesia saat ini (khususnya pemuda), entah sengaja atau tidak, mulai menjauh dari kesusastraan yang pada dasarnya berstatus sebagai Ibu Kandung bangsa ini.
Pemuda saat ini mulai mengabaikan hasil renungan, pemikiran, imajinasi, dan peran sastra(wan). Bahkan mulai mengkhianatinya, menganggap sastrawan tidak punya andil apa-apa bagi bangsa, menganggap puisi—seperti yang dikatakan tadi—hanya lamunan kosong atau kata-kata yang dikemas dengan keindahan, atau bahkan menuduh puisi dengan sinis: kata-kata tanpa kenyataan. Selain itu, budaya membaca pun tidak dijadikan bagian penting dari pendidikan di Indonesia—jika hal itu tidak, bagaimana mungkin membudayakan menulis sebagai salah satu alat perjuangan?
Indonesia terlahir dari tangan penyair, sastrawan, pemikir dan para pejuang. Melihat Indonesia saat ini, mungkin benar keluhan penyair yang mengatakan—tapi semoga saja salah. “Indonesia” anak kandung sastra, tapi Indonesia cenderung durhaka pada puisi yang telah bersusah payah melahirkannya, yaitu Sumpah Pemuda.
Sumber http://ekspresionline.com/2015/10/28/sumpah-pemuda-itu-puisi/

berikut agenda kegiatan kenduri puisi tanggal 28-29 Oktober 2017 Rokan Hulu


SABTU
PUKUL
KEGIATAN
TEMPAT
PESERTA
09.00-14.00
Perjalanan dari pekanbaru

Komunitas Rumah Sunting dan rombongan
14.00-15.00
- Makan siang
- Pengenalan lingkungan islamic center
Halaman dan lingkungan  islamic center
komunitas lenggok
15.00-15.40
Absen peserta,
Shalat Asar  dan persiapan acara
Convention hall Masjid Islamic Center Pasir Pengaraian Rokan hulu
Komunitas Rumah Sunting dan rombongan, lenggok dan peserta diskusi
15.40-17.00
- Bincang puisi
- Sharing
- Tanya jawab
Convention Hall
Komunitas Rumah Sunting dan rombongan, lenggok dan peserta diskusi
17.00-17.45
Panggung apresiasi puisi
Convetion Hall
Komunitas Rumah Sunting dan rombongan, lenggok dan peserta diskusi
17.45-20.00
ISHOMA
Masjid Islamic Center Pasir Pengaraian Rokan hulu
Komunitas Rumah Sunting, komunitas lenggok
20.00-22.00
Malam puncak
Pematang Baih
Komunitas Rumah Sunting, komunitas lenggok dan peserta diskusi yang berkesempatan, pejabat Rokan Hulu, komunitas-komunitas dan masyarakat umum
23.00-05.00
Istirahat tidur
Rumah warga/Islamic Center
Komunitas Sunting, komunitas lenggok

MINGGU
PUKUL
KEGIATAN
TEMPAT
PESERTA
05.00-06.00
Shalat subuh, siap-siap perjalanan wisata puisi
Rumah warga/Islamic center
Komunitas rumah sunting dan komunitas
06.00-07.00
Sarapan
Islamic center
07.00-08.30
Perjalanan
Pasir ke tambusai
08.30-10.30
WISATA PUISI

Makam raja tambusai
Benteng 7 lapis
10.30-11.30
Perjalanan
Tambusai – pasir pengaraian
11.30-12.30
Shalat dan makan siang
objek wisata Hapanasan
12.30-14.00
WISATA PUISI
- Air panas pawan
- Gua hutan sikafir
- Penangkaran kupu-kupu
14.00-16.00
Perjalanan
Pasir pengaraian ke rokan IV koto
16.00-17.30
WISATA PUISI
- Istana Rokan
- Makam Raja Rokan
- Puncak Rokan
17.30-20.30
Perjalanan ke pekanbaru





SUSUNAN ACARA DISKUSI, PUKUL 15.00-17.45
No
Acara
Disampaikan oleh :
1
Pembukaan
MC lenggok dan MC KSRS Pekanbaru
2
Pengantar dari lenggok
Nur atika
3
Sambutan sekretariat islamic sekaligus baca puisi
Dr. H.Dipendri, SPd.MM
4
Bincang puisi
- Nur atika
- Kunni Masrohanti
- Putri
5
Sharing
Seluruh peserta diskusi
6
Tanya jawab
Seluruh peserrta diskusi
7
Panggung apresiasi
Perwakilan sekolah



SUSUNAN ACARA MALAM PUNCAK, PUKUL 20.00-23.00
No
Acara
Disampaikan oleh :
1
Sambutan panitia lenggok
Nur atika
2
Sambutan komunitas rumah sunting pekanbaru
Kunni masrohanti
3
Pembacaan puisi
Daffa
4
Sambutan kepala dinas pendidikan sekaligus baca puisi
Drs. H. Ibnu Ulya, M.Si
5
Penampilan bukoba
Maestro sastra lisan Rokan Hulu, Bapak Taslim
6
Sekapur sirih sekaligus baca puisi dewan kesenian Rokan Hulu
Maysaroh
7
Musikalisasi puisi
Peringkat 1 HPI 2017 Rokan Hulu
8
Sambutan camat Rambah sekaligus baca puisi

9
Pembacaan puisi
Putri. Peringkat 1 nasional 2017 fls2n
10
Kesan dan pesan kapolsek Rokan Hulu sekaligus baca puisi sumpah pemuda
-diharapkan semua hadirin berdiri

11
Pembacaan  puisi
Rita arianti, dosen STKIP ROKANIA
12
Competer

13
Pembacaan puisi
Atrahim Sena
14
Musikalisasi puisi
SMAN 2 Ujungbatu, peringkat 2 HPI 2017 Rokan Hulu
15
Pembacaan puisi
Dinda, peringkat 1 HPI Rohul 2017
16
Musikalisasi puisi
Gendul
17
Dramatisasi puisi
Mahasiswa STKIP ROKANIA
18
Pembacaan puisi komunitas Mr.Jack

19
Pembacaan puisi Komunitas RMO

20
Pembacaan puisi komunitas sepeda

21


22


23


24








Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...