“MENELISIK NASKAH DI ROKAN HULU”
Menikmati
wisata sejarah ke Rokan Hulu selalu bisa membawa kita ke nuansa kerajaan yang
masih belum tersentuh dunia luar, di Negeri Suluk Berpusaka Nan Hijau ini
terdapat sebuah istana yang masih asli, bangunan yang belum digubah membuat
istana Rokan menjadi tempat pertama wisata sejarah yang banyak dikunjungi di
Rokanhulu, bagi penikmat arsitektur tentu sangat mengimpikan melihat bangunan
yang didirikan oleh masa kerajaan Rokan ini dengan tiang dan seluruh penyangga
bangunan tanpa menggunakan paku. Kayu yang sudah berumur ratusan tahun itu
tetap kokoh berdiri hingga sekarang. Namun wisata kali ini kami akan
menyuguhkan wisata sastra kepada wisatawan dengan menelisik naskah pusaka yang
ditinggalkan oleh kerajaan Rokan IV koto. Bersama dosen-dosen Sastra dari
Universitas Lancang Kuning Pekanbaru.
Selain perjalanan ke kerajaan Rokan IV Koto yang penuh
dengan keasrian alam Rokan Hulu kita juga Menikmati perjalanan ke Pasir
Pengaraian, tidak afdhol menapakkan kaki ke Rokan Hulu jika belum berkunjung ke Masjid nan megah
Islamic Center Nasional Rokan Hulu Pasir Pengaraian, tentu setelah singgah dan
berdiskusi dulu dengan ninik mamak suku melayu di Pasir Pengaraian tentang
naskah kerajaan yang tersimpan di sana dan tidak lupa mencuci mata dengan
singgah di rumah maestro sastra lisan Rokan Hulu di daerah tangun Pasir
Pengaraian Bapak Taslim.f melihat benda-benda pusaka dan antik dimuseum rumah
pribadinya.
AGENDA WISATA SASTRA
“MENELISIK NASKAH DI ROKAN HULU”
“MENELISIK NASKAH DI ROKAN HULU”
Agenda
perjalanan :
PUKUL
|
KEGIATAN
|
TEMPAT
|
16.00-20.00
|
Perjalanan
|
Pekanbaru
ke Ujungbatu
|
20.00-20.30
|
Makan
malam
|
Ujungbatu
|
20.30-05.00
|
Istirahat
|
Wisma
abadi
|
05.00-07.00
|
Shalat
dan bersiap-siap
|
Wisma
abadi
|
07.00-08.00
|
Sarapan
|
Wisma
abadi
|
08.00-09.00
|
Perjalanan
|
Ujungbatu
ke Rokan IV Koto
|
09.00-11.00
|
Diskusi
Naskah,
Wisata
sejarah istana Rokan
|
Rumah
penduduk Rokan IV Koto
|
11.00-12.00
|
Perjalanan
|
Rokan
IV Koto ke Ujungbatu
|
12.00-13.00
|
Shalat,
Chek out, makan siang
|
Ujungbatu
|
13.00-14.00
|
Perjalanan
|
Ujungbatu
ke Pasir Pengaraian
|
14.00-15.30
|
Diskusi
naskah
|
Rumah
penduduk Pasir Pengaraian
|
15.30-16.30
|
Shalat,
Wisata
Religi Masjid Islamic Center Nasional Rokan Hulu
|
Pasir
Pengaraian
|
16.30-17.30
|
Perjalanan
|
Pasir
Pengaraian ke Ujungbatu
|
17.30-18.00
|
Makan
malam
|
Ujungbatu
|
18.00-22.00
|
Perjalanan
|
Ujungbatu
ke Pekanbaru
|
Penjemputan dari
Ujungbatu menuju Pekanbaru sore itu ternyata sudah ditunggu-tunggu oleh para
wisatawan kita. Tepat jam 5 sore kami sampai didepan kampus Unilak titik
penjemputan yang telah disepakati sebab para wisatawan kali ini adalah para
dosen dan filolog muda yang ahli dibidang naskah. Pemandnagan ini dapat dilihat
dari properti barang bawaan mereka yang terpenting adalah kamera dengan
berbagai jenis, alat-alat perekam dan lain-lain serta penampilan yang sederhana
dan bersahaja. Perjalanan malam didalam mobil avanza sebanyak 4 orang itu
terdiri dari 3 dewasa dan 1 anak-anak berjalan lancar tanpa hambatan karna kami
sebagai pemandu wisata menyiapkan sopir yang dikhususkan pada hari itu untuk
menjadi pedamping perjalanan kami juga yaitu sang pemilik mobil itu sendiri. Dengan
penuh kehati-hatian sopir juga seorang mahasiswa yang baru beebrapa hari lalu
diwisuda dengan gelar pertaniannya ikut mengambil andil dalam perjalanan kali
ini karna dia juga seorang pecinta sejarah begitu antusias juga melihat
dnamengikuti kegiatan kami.
Ditemani
taburan bintang malam itu rombongan langsung kami bawa dirumah kediaman orang
tua kami di pematang tebih ujungbatu untuk menikmati jamuan tradisional gulai
lingkitang dan samba kerambie. Setiap wisatawan yang datang dan disunguhi salahsatu
makanan khas Rohul ini selau ada saja
hal menarik yang kami lihat karna gulai lingkitang yang agak asing dimata dan
mulut mereka. Cara makan yang unik oleh seorang dosen kami sangat berusaha
mengeluarkan daging lingkitang dari cangkangnya dengan cara mengcongkelnya menggunakan
jarum pentul jilbab. Dengan penuh suka cita makan malam itu sambil ditemani
oleh tetua kampung pak Rusli yang pernah memiliki buku naskah tarekat salahsatu
persulukan di Rokan hulu itu menceritakan secara garis besar tentang persulukan
yang diikutinya. Melalui ceritanya diharapkan mampu menjadi bekal bagi tim
menelisik naskah suluk esok hari dan hal-hal apa yang harus kami lakukan dalam
pendekatan dengan nara sumber serta apa saja yang harus dibicarakan.
Mentari
menyambut penuh bahagia, pagi yang indah tepat pukul 7 pagi itu perjalanan
dimulai dengan menyingahi rumah salahsatu warga tepat didepan rumah tempat kami
sarapan pagi itu, yang menurut cerita Rusli malam itu ada satu naskah yang
diletakkan di rumah kemenakannya untuk proses pembelajaran kepada keturanannya
agar ilmu itu bisa diturunkan. Namun sayang saat kami sudah duduk dan bercerita
didalam rumah tersebut perihal naskah itu sudah dibawa lagi kekampung halaman
sang pemilik yaitu di 13 koto kampar karna kemenakannya belum bisa mencerna isi
dari tulisan naskah yang diberikan oleh sang guru atau pamannya itu. Sesuai kesepakatan pagi itu kami meneruskan perjalanan kearah Pasir erlebih dahulu karna berhubung nara sumber yang berada di Rokan IV koto sedang ada acara penyambutan kepulangan jamaah haji dan sore baru bisa bertemu. Harapan
masih banyak karna hari masih pagi kami terus melanjutkan perjalanan kembali
menempuhi beberapa surau suluk yang lain namun
tempat yang kami singgahi kali ini adalah rumah seorang maestro sastra
lisan Rokan Hulu pada beliau masih banyak terdapat tulisan tangan beliau yang
telah ditulis selama hidupnya dan masih disimpan dirumahnya yang kini lebih
mirip museum pribadi. Sesampai dirumahnya ternyata beliau sudah 2 minggu
menginap dikebunnya, kamipun memberanikan diri untuk bertemu dengan mengunjungi
langsung kekebunnya. Ternyata suasana dikebunnya sangat nyaman mungkin itu pula
yang membuat beliau bersama, istri dan seorang anaknya lebih memilih banyak
menghabiskan waktu disana yang menurutnya jika tinggal dikampung akan sangat
menyibukkan beliau dengan aktifitas yang sudah sangat melelahkan. Lebih dari
sejam bersama beliau kami bercerita, berdiskusi mengenai sejarah dan sastra ditemani angin sepoi yang bersembus penuh kesegaran siang itu menambah ringan suasana dan mudah dicerna perkataan demi perkataan dari sang maestro. Pendekatan
yang kami lakukan adalah menjadi pendengar yang baik terlebih dahulu, beliau
lebih banyak mencurahkan isi hatinya dengan menceritakan keprihatinannya
terhadap budaya dan sastra terutama sastra lisan khususnya di Rohul.
“Anak
nogoghi ko disikolahkan tingi-tinggi sudah tu poi ke nogori lain cai makan tu
ndolai pulangleh, tu siapo leh yang onak mengurus budaya awak ko” dengan mata
berkaca-kaca Pak Taslim sang maestro sedih karna hingga saat ini belum ada
seorangpun penganti atau penerus kegiatannya sebagai tukang koba. “Olah berapo
puluh taon aku mengajukan tulisan tangan aku ko, indolai onak ...................(sensor)
du menulih membukukan” dalam kesempatan itu juga kami mengatakan suatu saat dan
dalam waktu dekat kami akan berusaha membukukan karya datuk karna kebetulan
kami juga tergabung dalam komunitas penulis Rohul. Sedikit angin segar bagi
beliau dan dengan senang hati beliau menerima sambutan kami. Mulailah menyambung
pembicaraan selanjutnya dengan mengutarakan tujuan kami datang menjumpainya
untuk melihat naskah yang ditulis sendiri ataupun naskah tua lain yang beliau
simpan. Menginjakkan kaki diteras rumahnya kami sudah merasakan suasana dan
pandangan seperti memasuki rumah tua zaman lebih mirip kerajaan atau
rumah-rumah lama nan kuno sekitar tia lemari kaca setinggi 2 meter lebih
berjejer disudut ruang tamunya berisi benda-benda pusaka yang beliau katakan
semua itu ada yang berasal dari nenek moyangnya sejenis pusaka keturunan dan
ada yang dikoleksi pribadi seperti kumpulan batu akik yang di terletak rapi
didalam rapi.
Selepas
mengorak-arik segala penjuru lemari dan lembaran demi lembaran dibuka. Masing-masing
kami sibuk menikmati pemandangan si isi ruangan itu. Seorang dosen yang
bertugas mendigitalisasi naskah menjalankan perannya, ia memotret segala
keperluan laporan perjalanan naskah kali ini. Ditengah kumpulan tumpukan buku
sang sopir pecinta budaya ikut juga membaca buku yang dipilihnya terlihat
berjudul sejarah luhak di Rohul. Ada juga yang membuka kotak-kotk kecil berbentuk
unik dan isinya juga sangat aneh dan seram. Hampir seharian didalam ruangan itu
kami seakan-akan berada didunia lain. Ada perasaan miris melihat
lembaran-lembaran kertas tulisan tangan sang maestro itu hanya disimpan didalam
sebuah kotak, saat mengeluarkannya ia sangat berhati-hati karna sebagian sudah
pudar dan dimakan rayap. “Ko tengoklah keroteh iko kalau aku mati bisuk indo
akan lai leh yang tahu arti nyo apo, padek pontieng ko posan-posan, petuah dan
cerito uyang tuo awak dolu” sambil menyodorkan sebuah lembaran yang berjudul mengonduo
yang artinya lagu mengayunkan anak yang mau tidur.
Salaman
terakhir kami dengan beliau yang kami jemput dan antar kembali kekebunnya
sangat menimbulkan kesan, beliau berpesan teruslah mengabadikan budaya dan
sastra karna dengan begitu kita akan terus hidup untuk meninggalkan pesan
kepada anak cucu kita karna dunia ini semakin tua dan hilang budaya. Semangat beliau
yang patut kita contoh adalah kegigihannya terus merawat dan meneriman tamu
yang ingni belajar dan mengetahui tentang sejarah dan budaya khususnya di
Rohul. Perjalanan seharusnya kami lanjutkan ke Rokan IV koto namun karna suatu
keperluan mendadak dari seorang dosen yang mengharuskannya sampai dibandara
pukul 20.30 untuk terbang ke makasar kamipun bergegas pulang dan melanjutkan
perjalanan menuju bandara sultan sarif kasim Pekanbaru setelah singgah sekejab
dirumah kediaman orangtua kami untuk makan siang.
Sungguh
perjalanan tanpa jeda seharian penuh, namun banyak hal baru yang kami dapatkan
ketika sebelum singgah kerumah pak Taslim yang sudah mendapatkan berbagai
penghargaan budaya kami juga singgah kerumah ketua LAM Rohul untuk menanyai
soal keberadaan naskah suluk tareka, namun tidak berhasil walaupun berbagai
pendekatan telah kami lakukan. Persis seperti yang dijelaskan oleh Rusli
seorang yang pernah mempelajari suluk dan sudah mendapat gelar guru yang
memiliki buku suluk itu juga mengatakan tidak sembarang orang yang diperbolehkan
melihat dan membaca buku itu, syaratnya pertama, orang tersebut memang berniat
ingin masuk kedalam tarekat persulukan, kedua keturunan atau orang yang memang
sudah pernah suluk. Walaupun kami menjelaskan kami hanya ingin mendata dengan
cara memotret covernya saja mereka tetap belum mengizinkan menurut mereka
semakin banyak yang melihat buku tersebut maka mukjizat atau kekuatan ilmunya
akan berkurang. Karna buku itu didapatkan bukanlah mudah dan mereka sudah
bersumpah sebelum diluluskan oleh tuan gurunya untuk menjaga dengan buku
tersebut tanpa melihatkannya kepada orang lain selain syarat tersebut.
Keterbatasan waktu jua yang membuat kami menutup perjumpaan dengan para nara
sumber dan kami juga sangat mengormati dan menghargai hal-hal yang menjadi kepercayaan
mereka salahsatunya mereka para ahli suluk selalu berzikir untuk negeri mereka
dan mampu menghadirkan alam juga ikut berzikir bersama, menurut mereka kekuatan
zikir itulah yang membuat negeri mereka jauh dari malapetaka.
Banyak
yang perlu dipelajari lagi selain daripada hanya mendengar cerita dan sejarah
budaya dari berbagai nara sumber yang kami temui, yang usianya rata-rata 60-an,
dan semuanya meninggalkan pesan bahwa kami yang mencintai budaya ini teruslah
memelihara budaya karna kelak diantara yang berilmu budaya itu akan menjadi
seperti mereka juga, tempat betanya anak cucu mereka nanti. Terima kasih kami
ucapkan juga kepada seluruh nara sumber Pak Rusli, Ahmad jadi, Taslim F beserta
anak dan istri semoga kelak ilmu yang kalian berikan menjadi amal jahiriyah
penolong diakhirat.Seutas senyum dan Ucapan terimakasih juga kami bingkiskan
kepada para wisatawan sekaligus dosen fakultas ilmu budaya universitas lancang
kuning pekanbaru dan filolog kami Buk Iik Idayanti, Pak Fiqru beserta istri dan
anaknya. Semoga ilmu dan perjalanan wisata ini mambawa manfaat. Amin
lihat juga paket wisata lainnya https://mytripadventure-rohul01.blogspot.co.id/2016/11/paketwisatarohul.html
Harga Paket Wisata Sastra “Menelisik Naskah Di Rokan Hulu”
JUMLAH
ANGGOTA
|
BIAYA PER-ORANG
|
TOTAL
|
KET
|
1
|
2000.000
|
2000.000
| |
2
|
1000.000
|
2000.000
| |
3
|
867.000
|
2600.000
| |
4
|
650.000
|
2600.000
| |
5
|
640.000
|
3200.000
| |
6
|
534.000
|
3200.000
| |
7
|
543.000
|
3800.000
|
Harga Paket Sudah Termasuk :
· Menginap 1 malam di penginapan
· Penjemputan dan Pengantaran ke/dari Pekanbaru
· 1 X tour
· Mobil private ber-AC, Sopir dan Pemandu Wisata selama penjemputan, pengantaran dan tour
· Air mineral + snak - pada saat tour
· Sarapan di penginapan
· Makan siang + makan malam- pada saat tour
Harga Paket Belum Termasuk:
· Biaya belanja keperluan pribadi
· Biaya makan diluar jadwal tour
Terms & Condition / Note:
- Jumlah tempat yang dikunjungi sewaktu waktu dapat berubah / fleksibel, menyesuaikan dgn kondisi cuaca setempat (Tidak ada Kompensasi apa apa jika tidak bisa mengunjungi salah satu obyek wisata di karenakan Faktor Cuaca.
- Mohon untuk membawa Peralatan Pribadi seperti: Alat mandi (Handuk, Sabun, dll), Multivitamin /Obat2an Pribadi jika diperlukan.
- Peserta silahkan membawa uang Cash secukupnya untuk Jajan, dll (Tidak ada Mesin ATM di beberapa tempat wisata).
- Provider Seluler hanya ada Telkomsel dan jaringan sering terganggu. Harap sedia baterai cadangan
- Akomodasi yg di pakai di Rohul adalah Wisma dgn Fasilitas kamar/2 orang satu kamar: AC - kmr mandi dalam - 1 kmr u/2 org.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar