Selasa, 31 Juli 2018

Cerpen terinspirasi dari kisah para biduan desa

PENYESALAN YANG INDAH
OLEH NUR ATIKA ROESLI





            Lama sudah tak terdengar namanya dikampung ini, sesekali  ada kabar angin kalau Eman lelaki yang pernah mengungkapkan cintanya kepada Ruru telah menikah dengan gadis dari kampung tetangga. Setelah menikah ia dan istrinya langsung pindah ke negeri yang tidak tahu dimana letaknya oleh Ruru. Mungkin Eman sengaja untuk menghilangkan jejaknya dari hidup Ruru karna kecewa Ruru tidak menerima cintanya. Ruru memang sengaja menolak cinta Eman, walau menjadi pasangan bagi seorang lelaki yang bernama Eman adalah impian semua wanita dikampungnya, semua orang tahu bagaimana kebaikan Eman. Tutur sapanya menyibak senyum semua orang, meluluhkan hati setiap wanita yang disapa dikampung, melihatnya saja sudah meneduhkan hati, wajahnya yang oval berambut ikal hitam bak bintang film india sudah familiar saat ia berjalan dari jarak jauh kita sudah dapat mengenalnya, hentakan langkahnya mengalunkan kesetiaan pada pasangannya. Keseharian seorang lelaki yang taat kepada orangtuanya. Baginya tiada pekerjaan yang bisa ia lakukan tanpa diiringi restu orangtua, mencintai setiap anggota keluarganya. Namun karna  itu semualah Ruru tidak mampu untuk menerima cinta Eman. Eman terlalu baik baginya, dia tidak ingin membuat Eman jatuh kedalam pelukan semunya cinta yang juga tidak Ruru ketahui berapa dermaga yang sudah disandarinya sejak kesendiriannya ditinggal dalam sepi. Tapi Eman bersikap sangat manis pada Ruru setiap kali perdebatan tentang keputusan mereka dipertentangkan dalam bualan sore di sudut kedai kopi Ruru. Dan itulah juga terakhir kali Ruru melihat wajah tampannya. Yang tidak akan pernah ia lupakan bagaimana sorotan mata Eman memohon agar Ruru mau menikah dengannya. Bahasa yang terkadang mulai membuat hati Ruru luluh lantak bagai air yang tertuang penuh didalam gelas mengalir begitu cepat tanpa ada yang sanggup menghentikannya. Jantungnya seakan berhenti saat ucapan Eman sangat lembut menusuk hatinya.
            “Sudahlah Man, carilah wanita yang pantas denganmu. Aku hanya seorang biduan yang sudah tak perawan”. Ruru tanpa batas  berterus terang apa adanya dirinya, dia tidak ingin keluarga Eman malu dengan menjadikannya pasangan hidup dan anggota keluarga baru mereka. Karna pernikahan bukan hanya sekedar persoalan penyatuan dua hati yang saling mencintai. Namun peleburan antara cinta dan kasih sayang yang kemudian akan menjadi sebuah rasa yang berbeda yaitu pengertian. Pengertian dengan kondisi kedua keluarga yang sangat jauh berbeda. Ruru yang sudah ditinggal suaminya sejak dua tahun lalu belum bisa menerima seorang lelakipun dihatinya, lelaki yang juga sangat ia cintai dan mencintainya. Lelaki yang juga ayah dari seorang anak laki-laki saat itu baru tiga bulan lalu ditinggalkan olehnya tanpa pesan. Dulu juga mengatakan tiada yang lebih penting didunia ini selain dirinya yang rela mengorbankan segalanya untuk Ruru. Hingga moneter mulai mencekik ekonomi setiap keluarga didesanya. Betapa sulitnya mata pencaharian seorang suami yang hanya bekerja sebagai buruh tukang dengan gaji yang cukup untuk membeli rokoknya. Banyak para suami yang pergi merantau mencari nafkah diluar kota bahkan sampai keluar negri. Begitu juga dengan suami Ruru ikut-ikutan menyusun rencana keberangkatannya keluar kota berharap dapat meneruskan kehidupan keluarganya. awalnya cinta memang sangat cukup untuk bekal mereka uang hanyalah sekedar penghibur diri asalkan hasrat cinta mereka terpenuhi, hingga bulan-bulan berikutnya Ruru mulai bosan dengan setiap hari hanya menunggu kedatangan cintanya yang sudah jarang pulang dan bahkan kadang pulang dengan hanya membawa cinta tanpa uang. Sudah dua tahun akhirnya lelaki itu tidak pulang sama sekali. Ruru sudah pernah mengirimkan pesan bahkan surat kepadanya lewat teman sesama pekerja disana, namun tidak ada jawaban apapun dan terakhir kali ia dengar suaminya itu sudah menikah lagi disana. Bagi Ruru sekarang cinta dan kesetiaan hanyalah perkara uang. Uang bisa menjawab semua persoalan hidup yang sedang ia hadapi sekarang. Biaya sekolah anaknya yang baru saja masuk TK. Hutang yang ditinggalkan suaminya atas pengadaian rumah mereka yang tanpa sepengetahuan Ruru yang digunakan untuk modal menikah dengan wanita barunya dikota. Lalu lelaki yang juga berkata setia dan cinta padanya itu meninggalkannya dalam keadaan terpuruk, sendiri menghadapi hidup berhujankan derita tanpa suami. Akhirnya cinta yang dulu pernah Ruru simpan kini sudah ia lempar dilaut yang paling jauh didalam hatinya hingga iapun tidak ingin tahu kemana rasa cinta yang pernah ia miliki dulu, karna demi cinta itu ia meninggalkan kedua orangtuanya dan berlayar bersama lelaki yang baru ia kenal dan mengatakan tulus mencintainya mengarungi samudra hidup tanpa tahu arti cinta yang sesungguhnya.
Meratapi hidup tidaklah lama bagi Ruru, ia pernah mengalami penderitaan yang lebih pedih dari yang ia rasakan sekarang, waktu telah menjawab semuanya, dalam setiap lelap tidurnya ada harapan yang akan membangunkannnya disaat mentari terbit melimpahkan cahaya baru yang mengawali harinya dengan penuh bahagia. Menjadi seorang biduan kini adalah pilihan Ruru. Profesi ini sudah membuatnya mampu keluar dari lumpur kepayahan ekonomi. Sekarang Ruru bisa membeli ayam sekali seminggu untuk sambal ia dan anaknya, gizi anaknya mulai terpenuhi terlihat badannya yang sudah berisi naik dua kilo sejak ditingggalkan ayahnya. Membelikan tas, sepatu dan seragam yang bagus untuk keperluan sekolah buah hatinya. Walau dengan membawa kehinaan disetiap langkahnya. Toh dia tidak perduli apa kata orang tentang dirinya yang mengatakan Ruru adalah biduan jalang yang mengaet uang mereka lewat goyangannya. Mereka juga tidak pernah mau menolong keluarga Ruru saat dalam keadaan tragis dulu. untuk apa Ruru mendengarkan ocehan ibuk-ibuk yang mengosipkan dirinya saat membeli sayuran di tukang sayur setiap pagi, cerita dirinya hanyalah hiburan pembicaraan mereka lambat atau cepat cerita itu juga akan hilang diterpa angin. Hidup harus berlanjut dengan atau tanpa mereka, jika tidak dari suami mereka Ruru juga akan mendapat uang dari lelaki lain yang haus dengan goyangannya. Bagaimana mungkin para suami itu tidak tergoda dengan kemolekan Ruru, wanita dengan tubuh tinggi semampai hanya terlihat keluar rumah dengan alis diukir bagai semut berjejer, pakaian yang mewah, wajahnya didempul dengan polesan bedak mahal yang sudah sanggup ia beli sekarang, tidak sekalipun terlihat keriput seperti ibuk-ibuk yang setiap hari hanya memikirkan resep-resep masakan yang enak untuk dimakan para suami mereka, dengan berbaju daster lusuh duduk-duduk di antara rumah mereka dan tetangga untuk bergosip ria dan melupakan hal yang membuat uang lebih mudah untuk dirangkul hanya dengan perawatan dan kemolekan.
            “Apa kau tidak mau hidup bahagia seperti wanita yang lain Ru?, aku tulus mencintaimu. Aku akan menjaga dan menafkahimu, kau tidak perlu lagi menjadi biduan”. Eman belum berhenti merayunya, namun Ruru sudah biasa dengan perkataan seindah mutiara itu, lebih dari itu ia juga pernah mendengarkan bulan, bintang, langit dan seisinya akan diberikan kepadanya. Tapi rayuan saja tidak cukup untuk membuatnya kenyang dalam sehari, ia dan anaknya butuh butir-butir beras untuk dimakan agar mampu bertahan hidup untuk hari selanjutnya. Sebagai biduan yang sudah tenar Ruru begitu sulit meninggalkan pekerjaannya. Ia sudah larut dalam alunan panggung yang mampu merobah hidupnya sedemikian rupa dari kupu-kupu gelap yang tinggal di semak berlumpur hanya dijamah oleh putri malu  yang menyakitinya setiap hari kini menjadi kupu-kupu malam dengan sayap yang berkilau bak cinderella disulap peri untuk menikmati pesta malam, namun tidak hanya sampai jam dua belas tengah malam, Ruru bisa menikmati kehebohan panggungnya hingga subuh tiba, saat ia telah mendapatkan saweran dari lelaki hidung belang diatas panggung. ia hanya perlu membalas kedipan lelaki-lelaki itu lalu jemarinya akan digenggam dengan lipatan uang ratusan oleh mereka. Begitu mudah bagi Ruru mendapatkan bekal untuk seminggu kedepannya. Walau keesokan hari ia akan mendengar lagi ocehan ibuk-ibuk yang membeli sayur di depan rumahnya tentang dirinya, dengan luwes ibuk-ibuk itu bercerita bagaimana cakapnya Ruru dibelai oleh para suami mereka, hingga mereka harus berhemat uang belanja demi kepuasaan suami mereka bergoyang dengan Ruru diatas panggung tadi malam. Sekali lagi hanya senyuman yang Ruru berikan kepada mereka, ia sudah lelah dengan rayuan dan makian, Ruru hanya peduli dengan kehidupan ia dan anaknya sekarang. Ocehan mereka dianggap sebagai garam didalam sayurnya.
            “Sudahlah Man, kau lebih baik menikah dengan wanita pilihan orangtuamu, hidupmu akan bahagia” Dengan memberikan senyuman terakhirnya yang tidak akan bisa dilupakan Ruru, Eman melangkah pergi tanpa menoleh kebelakang, seakan ia memberikan isyarat bahwa ia tidak akan kembali lagi, tanpa mengucapkan kata perpisahan dan pesan, Ruru hanya menatap lurus hingga bayangan Eman hilang dalam kabut gelap diantara pepohonan jalan depan kedai kopinya. Ia masih berharap Eman menoleh kebelakang dan melampaikan tangan tanda perpisahan ini menjadi indah tanpa dendam dan rasa bersalah yang tinggal dihatinya hingga saat ini. Ruru memang menyesal menolak menikah dengan Eman, tapi mau bagaimana lagi ia tidak sanggup menahan susahnya hidup berumah tangga tanpa bekal materi yang cukup. Baginya cinta Eman bukan seperti cinta para lelaki sepanggung yang menyawernya setiap malam, bermain dengan api cinta sesaat hingga terbuai dalam rayuan demi kepentingan ekonomi. Cinta Eman terlihat tulus, Eman yang lugu hanya mengutarakan apa yang sedang ia rasakan kepada pasangannya, tidak penting baginya siapakah dia, darimanakah dia, keluarganya, pekerjaannya ataukah sifat buruknya, bagi Eman cintanya pada Ruru adalah cinta pandangan pertama. Ruru tidak ingin melukai kelak hati Eman yang belum pernah mengalami sakit seperti yang ia rasakan. Ruru mengerti bagaimana bisa memberikan dirinya yang sudah penuh dengan noda, setiap malam dihingapi oleh kumbang yang haus lalu menghisap madunya. Tapi baginya sudah tidak ada rasa dalam percumbuan itu, itu hanya sekedar profesional kerja pelayanan VIP bagi penyawer yang memberikan uang kertas merah berlipat-lipat kepadanya diatas panggung tadi, penjamuan akan dilanjutkan dengan lelaki itu dibelakang panggung nantinya. Bagaimana ia bisa merusak kertas putih tanpa noda seperti Eman dengan warna hitam pekat dari dirinya. Itu hanya akan menambah luka hati Eman dan keluarganya nanti.

Walaupun Ruru lega dengan kepergian Eman, ia tetap merasakan penyesalan kini dalam hidupnya, bisa saja takdirnya jika hidup bersama Eman akan beda, ya setidaknya Ruru mengingat kembali ucapan seorang teman biduannya saat manggung didesa Eman beberapa hari yang lalu dan mengingatkannya pada sosok kumbang desa itu dulu. “Kenapa kau menolaknya Ru?, bisa ajakan hidupmu berobah saat menikah dengannya, Eman itukan tulus mencintaimu”. Saat itu Ruru tidak percaya sama sekali dengan cinta tulus, karna zaman bisa membolak balikkan rasa, layaknya bumi yang berputar begitulah hati yang mengitari rasa dan berubah sekehendaknya sendiri. Karna terkadang Ruru merasakan juga kesepian dan membutuhkan belaian, tapi bukan belaian nafsu lelaki hidung belang seperti dipanggung kemudian membayarnya, belaian yang ia inginkan tanpa bayaran sepersenpun, hanya ketulusan cinta antara ia dan pasangannya. Namun ia mendengar Eman sudah sangat bahagia dengan istrinya yang seorang guru hidup dirumah mertuanya yang sangat sayang padanya, Eman diberi pekerjaan yang layak sebagai penjaga sekolah di tempat istrinya mengajar. Ruru kembali menghela nafas mengingat semua tentang dirinya dan Eman. Biarlah kekecewaannya ini menjadi penyesalan yang indah bagi Ruru. Kisah tentang Eman yang didengarnya kini lebih indah dari yang ia bayangkan. Seandainya Eman merasakan sakit yang ia rasakan maka Ruru akan benar-benar menyesal. Cinta hanya perkara uang, Ruru akan mendapatkan cinta-cinta yang lain dan akan punya cerita lebih menarik dari ceritanya bersama Eman. Karna tujuan hidup Ruru hanyalah membesarkan anaknya dan mencukupi segala keperluan serta kebutuhan keluarga mereka. walau harus dengan menelan pahitnya menjadinya kupu-kupu malam.

CERPEN BIDUAN KOPEK BAWANG

Goyang Kopek Bawang
Oleh Nur atika Roesli


            “Sudahlah Ana ayo kita pulang, sudah jam 11 ini, bentar lagi tengah malam. Kita hanya berdua pulangnya”  Ana menatap mata Binar  teman satu panggungnya malam ini yang semakin gelisah mengajaknya pulang, bukan tanpa alasan Binar mengajaknya pulang. Binar takut mengenderai sepedamotor mereka saat tengah malam menempuh jalan keluar dari Desa tempat mereka manggung kali ini apalagi mereka hanya berdua, jarak rumah mereka dari desa itu lebih kurang 3 jam. Ana hanya menarik nafasnya dalam-dalam sambil menghisap kembali putung rokoknya yang sudah hampir habis. Ia memasang kembali sepatu  hak setinggi 15 centi dan membuang punting rokok lalu ia berdiri dengan menginjak-injak sisa abu rokoknya. “Aku akan pulang Nar setelah mendapatkan saweran malam ini”  dengan dentuman bass speaker panggung dibuat heboh dengan goyang kopek bawangnya. Binar hanya duduk disamping pemain keyboard dengan kepala yang menggeleng, ia yakin Ana akan mendapatkan apa yang diinginkan. Biasanya tak lama setelah goyangannya itu akan ada beberapa lelaki yang akan naik ke panggung memberinya uang yang diselipkan kejari tangan Ana, terkadang juga diselipkan ke belahan dadanya. Binar masih menggelengkan kepala “Memang dasar lelaki!!” ia bergumam kecil, namun pemain keybord disebelahnya menatap dengan senyuman nakal, kemudian mengenggam tangan Binar lalu meninggalkan segulung uang ditangannya. Binar membalas dengan sengengehan.
            Malam semakin larut, goyangan Ana dipanggung pun akan semakin heboh. Binar meneriakkan nama Ana sambil mengacungkan jempolnya, memberikan isyarat kepada temannya pertanda  waktu bergoyang tinggal beberapa menit lagi, karna kerusuhan akan segera dimulai. Setiap akhir sesi saweran tepatnya tengah malam akan ada sekelompok lelaki yang akan gila ber goyang. Ya, Ana memang dikenal siantaro kampungnya sebagai penggagas goyang kopek bawang. Ia mendapatkan ide itu karna sehari-hari ia bekerja sebagai buruh mengupas bawang. Ditengah kerumunan pengupas bawang ia tetap melantunkan tembang-tembang kesukaannya. Ana melihat Jam tangannya, jarum jam sudah berdempet tepat diangka 12. Ana tak ingin mendapatkan perlakuan yang sudah lama ia tinggalkan. Saat tengah malam para lelaki yang nakal itu akan memegang bagian yang sensitif penyanyi dipanggung. Sebelum semuanya lepas kendali Ana dan Binar sudah mengatur strategi. Setelah uang yang mereka peroleh dirasa cukup. Mereka berdua akan langsung turun dan pulang.
            Karna uang honor malam ini sudah ditangan Binar, Ana langsung mengambil tasnya dan “ngengggggg” mereka menancapkan gas pulang dengan meninggalkan para lelaki yang masih larut dalam goyang kopek bawangnya, dan sebagian dari mereka juga telah mabuk teler dalam buaian dentuman musik. Hari semakin gelap Binar yang jarang mendapat job manggung sejauh itu agak gamang berboncengan dengan Ana malam itu. Terpaan angin mengibaskan rambut pirang Ana kemuka Binar. “Aaaaaaaaaa” teriak Binar mengangetkan Ana, hingga ia hilang kendali dalam kecepatan 70 Km itu sepedamotornya direm hingga suara ban memekakkan. Hanya dengan tarikan nafas yang dalam Ana kemudian melanjutkan putaran bannya. Ia tahu bahwa suasana perjalanan didaerah itu memang agak menyeramkan kata orang. Ia tidak ingin beristirahat sedikitpun apalagi berhenti hanya karna ulah Binar yang sepele itu. Ana semakin kesal dengan kelakukan Binar yang selalu menyusahkannya dari awal manggung. Tapi mau bagaimana lagi, hanya Binar yang bisa diajak kali ini, sejak teman akrabnya manggung Lala menikah dengan duda kaya beranak tujuh ia tak punya teman tetap lagi kemanapun panggilan manggung. Tapi kali ini sikap Binar memang sudah keterlaluan, hanya beberapa helai rambut ia terkejut dan membuat masalah.
            Diatas sepedamotor selama perjalanan pulang Binar hanya diam sambil memeluk erat tubuh Ana. Ana kemudian maklum dalam ketakutan Binar karna sudah memberinya kehangatan. Dalam dinginnya malam mereka menembus pekatnya dunia. Tanpa satu katapun keduanya saling bercerita hanya dalam hati. Binar masih kaku berteman dengan para biduan yang setenar dan berpengalaman seperti Ana, yang rela menantang maut dan roh malam demi kehidupannya. Ia memendam rasa takut menjadi biduan yang untuknya hanya coba-coba. Ana menurunkan gas sepedamotornya melihat simpang rumah Binar sudah dekat. “Dah turun kau, jangan banyak pikiran, kitakan cuma cari uang” Binar melepaskan pelukannya. Ia mengangguk tanpa sempat mengucapkan sampai jumpa atau ucapan terimakasih atas pengalaman manggungnya malam ini karna  Ana sudah terlebih dahulu memilin gasnya. Ia hanya melambaikan tangan dalam angin malam, dengan langkah yang lunglai Binar merebahkan tubuhnya yang tinggi semampai itu diatas kasur yang selalu diidamkan setiap biduan kala mereka sudah penat bergoyang semalaman. Binar masih membayangkan berapa uang yang diterima Ana saat saweran tadi, ia tidak berani sama sekali bertanya langsung, yang dilihatnya gulungan itu tebal juga, apalagi yang berani menyelipkan ditempat yang sensitif pada biduan adalah nilai yang hanya berkisar 200 sampai 300 ribu dengan pecahan 50 atau 100 saja. Goyang kopek bawang Ana yang sangat fenomenal itu mampu membuat Ana menjadi ternama walau semua orang tahu suara Ana tidaklah seberapa dibandingkan biduan yang lain termasuk Binar. Binar mendengar suara kaset di mushalla rumahnya, ia sudah tak dapat lelap lagi dalam mimpi yang ditunggunya sejak tadi, ia hanya menghabiskan waktu berfikir menciptakan goyang apa yang cocok untuknya sambil sesekali ia praktekkan didepan cermin dengan memakai sepatu  yang tingginya tak sampai setinggi 15 centi seperti sepatunya Ana, dalam hatinya ia ingin mengalahkan goyangan kopek bawang Ana dan mendapatkan banyak Job manggung.  
                     


SPESIAL Momen naik semester

Guru yang dulu siapa?
Oleh; Nur atika Roesli

Setiap semester selalu ada mata kuliah yang berbeda dan dengan dosen yang berbeda, kalimat yang selalu membuat mahasiswa terkadang bingung itu adalah siapa gurunya? Saat nama pengampu mata kuliah itu disebutkan maka pengampu yang baru akan mengeleng-gelengkan kepala, bahkan ada yang mengatakan “Pantas saja kalian ngak tahu”.
Memang tidak semua materi bisa tersampaikan oleh pengampu mata kuliah saat mengajar dikelas nonreg. Keaktifan, kreatifitas serta kemandirian mahasiswalah yang akan membawa mereka kepada pembalajaran yang utuh mata kuliahnya.
Kalimat gurunya siapa?, hanya akan menambah kebingungan mahasiswa saat belajar, apalagi jika dikaitkan dengan unsur ekstrinsik pengampu semester lalu, dengan mempersoalkan almamaternya, sikapnya, dan pergaulannya. Untuk hal yang semacam itu tidaklah sepantasnya diperbesarkan didepan mahasiswa, karna tidak layak menyoalkan almamater sang pengampu dengan kualitas mengajarnya, menurut..............pengaruh sekolah terhadap kualitas diri siswa hanyalah................persen. jadi dari manapun lulusan dosen pengampu itu tentulah ia telah melewati proses yang begitu panjang demi mendapatkan gelarnya. Dan saya yakin untuk setiap dosen itu memiliki kualitas akademiknya tersendiri. Intinya tidak ada manusia yang sempurna. Jika ia mampu mengajar dengan bahasa yang bagus mungkin lemah pada tehknologi. Jika ia menguasai teori pembelajaran dengan lengkap mungkin ia lemah dalam cara penyampaian materi, jika ia hebat saat penyampaian materi mungkin ia lemah dalam penguasaan kelas. Jadi sebagai mahasiswa yang cerdas tidaklah terlalu mempersoalkan siapa dosennya, karna tentu pihak kampus sudah memilih pengampu yang menurut mereka mampu memberikan suatu pembelajaran berharga kepada mahasiswanya.  Terlepas darimana almamater dosen tersebut tidaklah berdampak buruk pada pembelajaran dikelas, karna darimanapun ia lulus ia hanya akan dapat dilihat kualitas dirinya dari kepada siapa ia memberikan ilmunya, sebesar apa manfaat yang ia berikan kepada oranglain dengan ilmunya walaupun sedikit sekali. Mengutip kalimat salahsatu dosen saat bertanya kepada mahasiswa dikelas terhadap pembelajaran mata kuliahnya “Apakah kalian mengerti?” “Sedikit pakkkkk” dengan senyum ia mengatakan bahwa jawaban kami benar, bahwa sedikit itu lebih bermanfaat jika kita mengamalkannya, bukan kah kita juga berasal dari yang sedikit itu?.
Saat pembelajaran yang tidak dapat dijawab oleh mahasiswa memang membawa kecemasan kepada dosen pengampu yang baru karna banyak materi pembelajaran yang saling berkaitan dan harus dipelajari secara bertahap jika kita ingin melanjutkan ke materi yang lain. Jika mahasiswa belum mengerti atau belum pernah mempelajari materi sebelumnya maka pengampu akan kesulitan dalam menyampaikan materi yang baru karna akan terjadi komunikasi yang rancu dan mengambang.


apakah pembelajaran tersebut sudah atau belum disampaikan keseluruhannya oleh dosen pengampu sebelumnya bukanlah mutlak kesalahan dosen tersebut karna bisa saja mahasiswa lupa akan materi, apalagi pada kelas nonreg dengan berbagai faktor yang telah mendukung atas kelupaan yang dimiliki tidak akan mungkin mampu mengingat semuanya. Mungkin saja dosen yang tidak sempat menuntaskan materi karna faktor waktu yang terbatas dan hal lain, untuk menyelesaikannya mahasiswa harus membuat tugas, lalu kemudian tugas itu tidak dikerjakan dengan sungguh-sungguh mempelajari sisa materi mata kuliah tersebut. Mahasiswa yang ingatpun terkadang takut atau ragu untuk menjawab pertanyaan pengampu yang baru sebab jika ia menjawab sudah dipelajari atau sudah tahu maka ia akan disuruh menjelaskan materi tersebut.

BAHASA MELAYU TRANSLITE SIMBOL-4

Berteman Tanpa Batas Usia

Teman itu adalah seseorang yang dekat dengan kita. Kira-kira, itulah pendapatku tentang seseorang yang disebut teman.
Kadang-kadang, kita ini sering merasa segan atau malu untuk berteman.Contohnya, seorang anak kecil yang ingin bermain dengan kita tentu saja terkadang kita malu.
"Untuk apa bermain dengan anak kecil?" pasti di dalam pikiran kita begitu. Lain hal saat ada orang dewasa yang ingin berteman dengan kita, kita merasa segan dan tidak bisa mengakrabkan diri dengan mereka.
Remaja-remaja seperti umur belasan tahun masih merasa malu untuk berteman tanpa batas usia dan umumnya ingin bermain sesama mereka saja. Tentu saja dalam hal ini sudah jelas salah, berteman itu tidak harus memandang usia.
Kita dapat mengadaptasikan diri kita.Pasti teman-teman sudah belajar bahwa manusia adalah makhluk yang tingkat adaptasinya sangat cepat. Nah, maka dari itu kita harus bisa mengadaptasikan diri kita
Contohnya, saat anak-anak ingin bermain dengan kita, kita dapat menyesuaikan diri dengan bermain permainan anak-anak. Jangan mengajak mereka bermain permainan yang tidak lazim untuk anak-anak. Bukankah itu disebut dengan berteman juga?
Atau, saat bersama orang dewasa kita bisa mencoba untuk mengobrol atau melakukan hal-hal yang menyenangkan dengan mereka, tapi tentu saja tanpa mengurangi rasa sopan santun kita terhadap mereka.



Bekawan tanpe batas umo
                sahabat itu adelah seseoghang yang dekat dengan kite. secaghe kasanye, itulah pendapatku tentang seseoghang yang dipangge rekan-rekan. kadang-kadang, kite seghing beghase malu untuk bekawan baghu. sebagai contoh, seoghang anak mude yang mahu bemain dengan kite tentu saje kadang-kadang kami berase malu. 'untuk ape main dengan kanak-kanak kecik?' sememangnye dalam fikighan kite jadi. pekaghe-pekaghe lain apebile tedapat golongan yang mahu menjadi kawan dengan kite, kite rase malu dan tidak dapat membiasekan dighi dengan mereke.
                remaje-remaje sepeti remaje masih beghasa malu untuk bekawan tanpe batas umo dan pade umumnye ingin bemain sesame mereke sahaje. sudah tentu dalam kes ini adelah jelas salah, membuat kawan-kawan yang tak pelu melihat bahawe usie. kite boleh menyesuaikan dighi. sudah tentu rekan-rekan telah belaja bahawe manusia adelah makhluk yang menggabungkan tahap dengan cepat. baik, oleh itu kita sepatutnye dapat menerime dighi kite sebagai contoh, apabile anak-anak mahu bemain dengan kite, kite boleh melaghaskan untuk bemain pemainan kanak-kanak. tak menjempot mereke untuk bemain pemainan yang tak biase untuk kanak-kanak. tak yang disebot dengan kawan-kawan juge? atau, sebagai oghang dewase kite boleh besame-same cube untuk berbual atau keseronokan melakukan pekaghe-pekaghe yang dengannye, tetapi sudah tentu tanpe mengughangkan ghase ikhsan kami adelah tehadap mereke.
















Kata dan simbol yang terdapat dalam kamus tata bahasa melayu Riau

bekawan
:
bəkawan
tanpe
:
tanpə
batas
:
batas
umo
:
?Umͻ
sahabat
:
šahabat
itu
:
?itu
adelah
:
?adəlah
seseoghang
:
šəšəoR
yang
:
yaŋ
dekat
:
dəkat
dengan
:
dəŋan
kite
:
kitə
Secaghe
:
šəča
kasanye
:
kašə
seseoghang
:
šəšəoR
dipangge
:
dipaŋge
rekan-rekan
:
rəkan-rəkan
kadang-kadang
:
kadaŋ-kadaŋ
seghing
:
šəR
beghase
:
bəRašə
malu
:
malu
mude
:
mudə
saje
:
šajə
berase
:
bərašə
kanak-kanak
:
?ana?-?ana?
fikighan
:
fikiRan
kite
:
kitə
Pekaghe-pekaghe
:
ka-pəka
apebile
:
?apəbilə
tedapat
:
tədapat
mahu
:
mahu
dighi
:
diRi
mereke.
:
mərekə.
remaje
:
rəmajə
kes
:
kes
usie
:
?ušiyə
sepatutnye
:
šəpatUə
melaghaskan
:
məlaRaškan
menjempot
:
mənjəmpot
cube
:
čubə
berbual
:
bərbuwal
keseronokan
:
kəšəronokan
ghase
:
Rašə
ikhsan
:
?ixšan


BAHASA MELAYU SIMBOL-3

MAKAN BERSAMA KELUARGA

            Didalam keluarga saya memiliki kebiasaan yang dianggap sangat penting. Seluruh keluarga berkumpul mengelilingi meja, setidak-tidaknya satu kali sehari, untuk makan bersama. Tidak boleh ada gangguan. Tidak ada yang menonton televisi, memakai earphone, atau ber-SMS dengan teman. Suasana damai ini menurut saya membuka kesempatan bagi semua untuk menyerap hikmat, memperkuat ikatan keluarga, dan tertawa bersama mengenai kejadian hari itu sambil menikmati makanan yang sehat.
            Meja makan adalah ”tempat yang nyata bagi anak-anak untuk memperoleh perhatian orang tua secara rutin dalam suasana santai. Bagi saya, acara makan keluarga bukan sekadar mengisi perut. Itu waktunya kami tertawa, berbicara, dan saling memperlihatkan kasih sayang.  Acara makan keluarga bisa menjadi perlindungan terhadap tekanan yang kita semua hadapi setiap hari. Jika keluarga kita ingin dapat memberi kesempatan bagi keluarga untuk saling mendekatkan diri? Jika kehidupan kita sibuk, acara makan keluarga membuka kesempatan untuk bersantai dan berbicara kepada orang-orang tercinta. Upaya itu pasti tidak akan sia-sia.


 MAKAN BERSAME KELUARGE

            Didalam keluarge saye memiliki kebiasean yang dianggap sangat penting. Selughuh keluarge bekumpo mengelilingi meje, setidak-tidaknye satu kali sehaghi, untuk makan besame. Tak boleh ade gangguan. Tak ade yang menonton televisi, memakai handphone, atau ber-SMS dengan kawan. Suasane damai ini menughut saye membuke kesempatan bagi semue untuk menyerap hikmat, memperkuat ikatan keluarge, dan tertawe bersame mengenai kejadian haghi itu sambe menikmati makanan yang sehat.
            Meje makan adelah ”tempat yang nyate bagi anak-anak untuk mempegholeh pehatian oghang tue secare rutin dalam suasane santai. Bagi saye, acare makan keluarge bukan sekeda mengisi peghut. Itu waktunye kami tetawe, bebicaghe, dan saling mempelihatkan kaseh sayang.  Acare makan keluage bise menjadi pelindungan tehadap tekanan yang kite semue hadapi setiap haghi. Jike keluarge kite ingin dapat membeghi kesempatan bagi keluage untuk saling mendekatkan dighi. Jike kehidupan kite sibok, acare makan keluarge membuke kesempatan untuk besantai dan bebicare kepade oghang-oghang tecinte. Upaye itu pasti tidak akan sie-sie.




 MAKAN BERSAME KELUARGE

            Didalam kəluwargə šayə məmiliki kəbiyašəan yaŋ diaŋgap šaŋat pəntiŋ. šəluRoh kəluwargə bəkumpͻ məngəliliŋi mejə, šətida?-tida?nyə šatu kali šəhaRi, ?untu? makan bəšamə. Ta? boleh ?adə gaŋguwan. Ta? ?adə yaŋ menonton televi∫ien, gunekan handphone, ?ataw bə-SMS dəŋan kawan. šuašanə damay ?ini mənuRut šayə məmbukə kəšempatan bagi šəmuə ?untu? məɲərap hikmat, məmpərkuwat ?ikatan kəluwargə, dan tətawə bəšamə məngənayi kəjadiyan haRi ?itu šambe mənikmati makanan yang šihat.
            Mejə makan ?adəlah ”təmpat yaŋ ɲatə bagi ?ana?-?ana? ?untu? məmpəRoləh pəhatiyan ?oRaŋ tuwə šəcarə rutin dalam šuwašanə šantay. Bagi šayə, ?acarə makan kəluwargə bukan šəkəda məŋiši pəRut. ?Itu waktuɲə kami tətawə, bəbiča, dan šaliŋ məmpəlihatkan kašeh šayaŋ.  ?Ačarə makan kəluwagə bišə mənjadi pəlindoŋan təhadap təkanan yaŋ kitə šəmuwə hadapi šətiap haRi. Jikə kəluwargə kitə ?iŋin dapat məmbəRi kəšəmpatan bagi kəluwagə ?untu? šaliŋ məndəkatkan diRi. Jikə kəhidupan kitə šibo?, ?acarə makan kəluwargə məmbukə kəšəmpatan ?untu? bəšantay dan bəbičarə kəpadə ?oRaŋ-?oRaŋ təčintə. ?Upayə ?itu pasti tida? akan siyə-siyə.


CERITA BAHASA MELAYU SIMBOL-2

 “BERCERITA SELEPAS MAGRIB”

Bercerita adalah salahsatu budaya didalam keluarga saya yaitu segala sesuatu yang dipraktekkan keluarga sehari-hari. Saat kami anak-anaknya masih sangat kecil dulu. Ibu dan ayah akan bergantian mendogengkan cerita kepada kami sebagai pengantar khayalan kami kedunia mimpi, setelah tidur dan bangun kembali dari tidur saya sendiri merasakan ketenangan jiwa yang seperti di hipnotis oleh cerita tadi malam, jika itu cerita mengenai dongeng cenderela saya merasakan seakan-akan wujud jiwa cinderela itu hadir didalam diri saya. Ibu dan ayah memang selalu bisa menyesuaikan cerita yang disampaikannya menurut usia kami. Saat dewasa sekarang cerita yang kami dengarkanpun sudah berbeda versi, terkadang alur ceritanya sama namun ayah dan ibu mengemasnya dalam bahasa lisan yang mudah kami telaah untuk kehidupan sehari-hari.
            Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari aktivitas mendongeng kepada anak yang telah saya rasakan. Diantaranya mendongeng dapat membangun hubungan yang hangat antara orang tua dan anak. Ketika seorang anak berada di pangkuan ayah atau ibunya sambil mendengarkan cerita, akan timbul perasaan disayang, dikasihi dan merasa diperhatikan. Di samping itu, ada dialog langsung antara ayah atau ibu dengan anaknya. Hal inilah yang tidak dapat digantikan oleh televisi. Televisi memang dapat menyampaikan isi cerita yang menarik perhatian anak, akan tetapi tidak dapat memberikan kehangatan dan perasaan dikasihi seperti yang diperoleh dari mendongeng.
            Oleh karenanya, alangkah lebih bijak bagi orang tua untuk dapat menyediakan waktunya yang berharga setiap hari, meskipun tidak terlalu lama, untuk mendongeng kepada anak-anaknya. Waktu yang dimaksud bukan hanya malam hari sebelum tidur, tetapi bisa juga sebelum anak berangkat sekolah, waktu luang keluarga, dan seperti keluarga saya setelah magrib sambil menunggu datang waktu shalat isa menjadi tradisi hingga saat ini untuk digunakan sebagai waktu yang tepat untuk bercerita. Sebagaimana yang dilakukan ayah dan ibu kami, kami lima anaknya akan ditanyai satu-persatu apa hikmah atau tujuan yang ada didalam cerita yang telah kami dengarkan darinya. Sungguh suatu keharmonisan keluarga yang sangat saya rindukan. Kini karena saya sudah berkeluarga saya menerapkannya pula kepada anak saya, namun terkadang saya sangat merindukan cerita-cerita lama dan gaya bercerita ayah dan ibu saya, memang saya belum mahir dalam hal ini, karena tidak sebagus ayah dan ibu saya yang sudah piawai dalam bercerita.



BERCERITA selepas magrib"
Beceghite adelah salahsatu budaye didalam keluarge saye iaitu segale sesuatu yang dipraktikkan keluarge sehaghi-haghi. Apebile kami anak-anaknye maseh sangat kecik dulu. Ibu dan ayah akan bergile-gile mendogengkan ceghita kepade kami sebagai penganta khayalan kami ke dunie mimpi, selepas tido dan bangun semule daghi tido saye sendighi merasekan ketenangan jiwe yang sepeti di hipnotis oleh ceghite tadi malam, jike itu ceghite mengenai dongeng cenderela saye merasekan seakan-akan wujud jiwecinderela itu hade dalam dighi saye. Ibu dan ayah memang selalu dapat menyesuaikan cerite yang disampaikannye mengikut usie kami. Apebila dewase sekaghang cerite yang kami dengakanpun sudah berbeza versi, kadang-kadang jalan ceritenye same namun ayah dan ibu mengemasnye dalam bahase lisan yang mudah kami telaah untuk kehidupan sehaghi-haghi.
Ade beberapa manfaat yang dapat dipetik dari aktiviti becerite kepade kanak-kanak yang telah saye rasekan. Diantarenye mendongeng dapat membine hubungan yang hangat antaghe oghang tue dan anak. Ketike seoghang anak berade di pangkuan ayah atau ibunye sambe mendenga cerite, akan timbo peghasaan disayangi, dikasihi dan merase dipehatikan. Di samping itu, ade dialog langsong antareayah atau ibu dengan anaknye. Hal inilah yang tak boleh digantikan oleh televisyen. Televisyen memang dapat menyampaikan isi cerite yang menaghik pehatian kanak-kanak, akan tetapi tak dapat membeghikan kehangatan dan peghasaan dikasihi sepeti yang daripade becerite.
Oleh kerane itu, alangkah bijak bagi oghang tue untuk dapat menyediekan waktunye yang berharge setiap haghi, walaupun tak telalu lame, untuk bercerite kepade anak-anaknye. Mase yang dimaksudkan bukan hanye malam haghi sebelum tido, tetapi boleh juge sebelum anak beghangkat sekolah, waktu luang keluarge, dan sepeti keluarga saye selepas magghib sambil menunggu datang waktu solat isa menjadi tradisi sehingge saat ini untuk digunekan sebagai waktu yang tepat untuk becerite. Sebagaimane yang dilakukan ayah dan ibu kami, kami lime anaknye akan disoal satu-persatu ape hikmah atau tujuan yang ade didalam cerite yang telah kami denga daghinye. Sungguh suatu keharmonisan keluarge yang sangat sayeghindukan. Kini kerane saya sudah berkeluarge sayeulang pule kepade anak saye, tetapi kadang-kadang saye sangat meghindukan cerite-cerite lame dan gaye bercerite ayah dan ibu saye, memang saye belum mahe dalam hal ini, kerane tak sebagus ayah dan ibu saye yang sudah piawai dalam becerite.



BERCERITE selepas magrib"
BəčəRitə ?adəlah šalahšatu budaYə didalam kəluwargə šaYə Yayitu šəgalə šəšuwatu Yaŋ diPraktikkan šəhaRi-haRi. Apəbilə kami ?ana?-?ana?nyə maseh šaŋat kəči? dulu. ?Ibu dan ?aYah akan bergilə-gilə məndoŋeŋkan čəRita kəPadə kami šəbagayi Pəŋanta xaYalan kami kə duniyə mimpi, sələPas tidͻ dan baŋun šəmulə daRi tidͻ šayə šəndiRi mərašəkan kətənaŋan jiwə yang šəPəti di hiPnotis ?oleh čəRitə tadi malam, jikə ?itu čəRitə məŋənayi doŋeŋ cenderela šayə mərašəkan šəakan-akan wujud jiwə cinderela ?itu hadə dalam diRi šayə. ?Ibu dan ?ayah memang šəlalu dapat məɲəšuwaikan čəRitə yaŋ dišampayikanɲə məŋikut ušiə kami. Apəbila dewašə šəkaRaŋ čəRitə yaŋ kami dəŋakanPun šudah bərbəza verši, kadaŋ-kadaŋ jalan čəritənəɲ šamə namun ayah dan ibu məŋəmašɲə dalam bahašə lišan yaŋ mudah kami təlaah ?untuk kehiduPan šehaRi-haRi.
?Ade beberaPa manfaat yang daPat diPeti? daRi aktiviti bəčəRitə kəpadə kana?-kana? yaŋ təlah šayə rašəkan. Diantarəɲə məndoŋeŋ dapat membinə hubuŋan yaŋ haŋat antaRə ?oRaŋ tuwə dan ?ana?. Kətikə šəoRaŋ ?ana? bəradə di Paŋkuwan ?ayah ?atau ?ibuɲə šambə məndeŋa čeritə, akan timbͻ PeRašaan dišayaŋi, dikašihi dan merašə diPəhatikan. Di sampiŋ ?itu, ?adə diyalog laŋšoŋ ?antarə ?aYah ?atau ?ibu dengan anakɲə. Hal inilah Yaŋ tak boleh digantikan ?oleh televi∫en. Televi∫en memaŋ dapat məɲamPayikan ?iši čeritə yaŋ menaRi? Pəhatiyan kana?-kana?, ?akan tətapi ta? daPat məmbəRikan kəhaŋatan dan PəRašaan dikasihi šəPəti Yaŋ dariPadə bəčəRitə.
?Oleh kerane ?itu, ?alangkah bija? bagi ?oRaŋ tuwə ?untu? dapat məɲədiyəkan waktuɲə Yaŋ bərhargə šetiyap haRi, walawupun ta? telalu lamə, ?untu? bərčəRitə kəpadə ?ana?-?ana?nyə. Mašə Yaŋ dimakšudkan bukan hanyə malam haRi səbəlum tidͻ, tətapi boleh jugə səbəlum ?ana? bəRaŋkat šəkolah, waktu luwaŋ kəluwargə, dan šePeti kəluwargə šayə šələPas magrib šambil menuŋgu dataŋ waktu šolat ?iša mənjadi tradiši šəhiŋgə saat ?ini ?untu? digunəkan šəbagayi waktu Yaŋ təpat ?untu? bəčəRitə. šəbagayimanə Yaŋ dilakukan ?aYah dan ?ibu kami, kami limə ?anakɲə ?akan dišoal šatu-pəršatu ?apə hikmah ?atau tujuwan Yaŋ ?adə didalam čəRitə Yaŋ təlah kami dəŋa daRiɲə. šuŋguh šuatu kəharmonišan kəluwargə Yaŋ šaŋat šayə Rindukan. Kini kəranə šaya šudah bərkəluwargə šayə ulaŋ pulə kəPadə ?ana? šayə, tətapi kadaŋ-kadaŋ šayə šaŋat məRindukan čəRitə-čəRitə lamə dan gayə bərčəritə ?aYah dan ?ibu šayə, məmaŋ sayə belum mahə dalam hal ?ini, kəranə ta? šəbagus ?ayah dan ?ibu šayə Yaŋ šudah piyaway dalam bəčəRitə.


Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...