PERKEMBANGAN
KERANGKA KARANGAN
“PENTINGNYA
MENUMBUHKAN SOPAN SANTUN KEPADA ORANGTUA”
Pentingnya Menumbuhkan Sopan Santun Kepada Orangtua
Mendengar kata sopan
santun, sungguhlah topik yang amat menarik karena sopan santun tidak lepas
dalam kehidupan kita sehari – hari serta merupakan suatu perilaku yang sangat
baik untuk kita contoh dan terapkan dalam kehidupan sehari – hari terutama
dalam keluarga. Sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan
bersosialisasi sehari – hari setiap orang, karena dengan menunjukkan sikap
sopan santunlah, seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan keberadaannya
sebagai makhluk sosial dimanapun tempat ia berada. Dalam kehidupan
bersosialisasi antar sesama anggota keluarga terutama sopan santun anak kepada
orangtuanya. Dalam hal ini sopan santun dapat memberikan banyak manfaat atau
pengaruh yang baik bagi hubungan
keluarga. Seperti dijelaskan juga oleh rasulallah dalam Hadits Shahih Dari Abu
Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Celaka,
sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang
tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia
tidak masuk syurga.” [Hadits Riwayat Muslim 2551, Ahmad 2:254, 346] Penjelasan
ringkas dari hadits di atas: Bahwasanya kedua orang tua itu adalah ‘ladang
pahala’ untuk kita menggapai surga Alloh ‘Azza wa Jalla. Terdapat kemuliaan
tatkala seorang anak ikhlas dan sadar dalam memuliakan serta berbakti kepada
kedua orang tuanya dalam perkara-perkara yang ma’ruf (perkara yang baik dan
tidak melanggar syariat). Dan sungguh celaka dan merugi bagi seorang anak yang
tatkala kedua orang tua atau salah satunya masih hidup lantas ia enggan
merawatnya, enggan berbakti kepada mereka terlebih tatkala orang tua sudah
renta, bahkan sampai membiarkan orang tua terlantar tanpa perhatian dan kasih
sayang dari anak-anaknya. Demi mengejar karir, demi membahagiakan istri atau
suami, sering kali akhirnya orang tua dilupakan dan dikesampingkan. Tanpa
disadari mereka mendekatkan diri dengan api neraka dan azab-Nya.
Jika ditilik dari asal
katanya, sopan santun berarti peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan
sekelompok manusia di dalam masyarakat dan dianggap sebagai tuntutan pergaulan
sehari – hari masyarakat tersebut. Setelah kita membaca pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa sikap sopan santun kepada orangtua adalah usaha untuk menghormati
orang tua, seperti bertingkah laku yang baik, berbicara dengan lemah lembut,
berkata jujur, tidak melakukan perbuatan yang dapat menyakiti perasaannya
seperti suka membohong, menuruti perintah / tidak melanggar peraturannya, dan
selalu mendengarkan segala nasihatnya. Hal tersebut harus kita jalani, karena
sebagai anak, seseorang yang harus kita jadikan unsur utama dalam penerapan
sopan santun ialah orang tua, selain beliau merupakan orang yang amat berjasa
dalam perjalanan kehidupan kita, orang tua juga telah memberikan begitu banyak
pengorbanannya agar dapat membesarkan kita hingga saat ini, maka orang tua
sudah sepatutnya dihormati agar ia juga dapat merasakan kebahagiaan dan
kegembiraan dengan adanya keberadaan kita di sampingnya.
Jasa orangtua yang
paling saya rasakan saat ini adalah ketika orangtua mengajarkan sopansantun
yang dimulai dari sejak saya kecil dilingkungan keluarga seperti pepatah
orangtua “saat kecil terbiasa sudah besar terbawa-bawa” betul memang hingga
saat ini saya sudah terbiasa menjalani kehidupan dengan mengamalkan sopansantun
itu apalagi dengan orangtua sendiri. Awal mula saya menganjak dewasa saya
sering bertanya mengapa didalam keluarga saya sopansantun itu sangat diterapkan
terutama kepada orangtua, saat zaman kini yang masyarakat anak mudanya berlomba
lomba untuk bersikap gaul, sikap sopan terhadap orangtua itu sudah dianggap
tidak perlu karna mereka menafsirkan itu adalah sifat orang yang sudah tua
saja, padahal sopan santun kepada orangtua haruslah dimulai dari sedini mungkin.
Jaman sudah makin edan, kultur ketimuran semakin terkikis dan pendidikan agama
sudah banyak dikesampingkan. Sekarang banyak ditemui anak yang hilang sopan
santun hingga kurang ajar terhadap orang tuanya, tidak mempunyai sikap berbakti
bahkan menelantarkan orang tua yang sudah lanjut usia. Berbuat baik kepada
kedua orang tua hukumnya wajib, baik waktu kita masih kecil, remaja atau sudah
menikah dan sudah mempunyai anak bahkan saat kita sudah mempunyai cucu. Ketika
kedua orang tua kita masih muda atau sudah lanjut usianya bahkan pikun kita
tetap wajib berbakti kepada keduanya. Mereka membesarkan kita dengan penuh
kasih sayang dan berbagai pengorbanan. Pengorbanan itu tak hanya dalam hal
tenaga, waktu dan materi, bahkan demi anak nyawa pun rela dikorbankan.
Mengapa kita harus
bersikap sopansantun kepada orangtua kita? karena bersikap sopan santun selalu
akan membawa manfaat bagi diri sendiri
yaitu Dapat dihargai, dihormati, dan disenangi oleh banyak orang
dimanapun tempat kita berada terutama oleh orangtua kita. Dapat memupuk rasa
persaudaraan, pertemanan, serta persahabatan. Mendapat kepercayaan dari orang
lain. Mendapatkan penilaian yang positif karena melakukan perbuatan yang baik
dari orang lain, sehingga orang lain pun akan bertingkah laku baik pula terhadap
diri kita. Dapat menghindari perselisihan, pertentangan, dan permusuhan dengan
orang lain. Menjaga hubungan baik dan harmonis dengan orang yang berada di
sekitar kita terutama orangtua kita. Demikian juga sopan santun kepad aorangtua
kita terapkan maka orangtua kita akan
merasa dihargai dan dihormati oleh anaknya.
Dapat membina dan menjaga hubungan baik antara anak dan orangtua. Dapat
meringankan bebannya ketika kita sudah lepasa dari rumah karena mereka yakin
jika seorang anak sudah bersikap sopan santun kepada orangtuanya, maka dengan
oranglain pun anaknya tersebut akan mampu bersikap demikian. Sebab setiap orangtua selalu berharap anak menjadi
anak yang soleh dan soleha karena hanya doa anak yang solehlah yang
terkabulkan, doa dari anak yang sholeh begitu luar biasa memberi manfaat bagi
orang tua yang telah meninggal. Telah banyak hadits yang menerangkan tentang
bagaimana kebaikan yang akan didapatkan orang tua di kehidupan setelah mati
tatkala memiliki anak-anak yang sholeh yang mau mendoakan mereka. Dan shaleh
ataupun shalehah itu harus diperjuangkan dengan cara taat pada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan mengikuti tuntunan Rasul-Nya, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wasallam. Sebaliknya anak-anak yang tidak mau taat kepada perintah Alloh dan sebaliknya
gemar berbuat dosa akibat meninggalkan shalat, berbuat maksiat, tidak mau
belajar ilmu agama dan hal-hal yg dibenci Alloh serta RasulNya.. maka sang anak
hanya akan memberikan beban berat yang harus dipertanggung jawabkan orang
tuanya di yaumul akhirat.
RANCANGAN CERITA
PARAGRAF 1 :
Pada
paragraf pertama karangan saya berbentuk
deskripsi. Sesuai dengan tema
karangan saya yaitu mengenai kebudayaan, salahsatunya budaya malu yang sangat
dijunjung tinggi didalam keluarga kami.
Pada
paragraf pertama ini akan saya deskripsikan apa itu malu. Bagaimana rasanya
memiliki rasa malu, dan pengertian malu
itu sendiri menurut berbagai bidang ilmu, dan tidak ketinggalan menurut
pendapat orangtua saya sendiri. Dan lain sebagainya.
PARAGRAF 2
:
Pada paragraf kedua ini saya mulai menceritakan bagaimana awal kisah
saya mempelajari budaya ini didalam keluarga, sejak kecil hingga terbiasa
sampai sekarang, jenis karangan yang saya pakai adalah narasi. Saya akan bercerita rentetan pengalaman yang saya alami
sebagai suatu proses dalam kehidupan saya.
PARAGRAF 3
:
Pada
paragraf ketiga saya memakai jenis paragraf argumentasi. Pada paragraf ini terjadi konflik batin pada diri saya
sendiri, saya banyak bertanya mengapa harus ada rasa malu? Dimulai dari sikap
orangtua yang selalu saya perhatikan dengan sendirinya menimbulkan pertanyaan
dalam diri saya mengapa mereka seperti itu, seperti ini dan lain sebagainya.
Hingga akhirnya saya tau apa itu budaya malu. Bukankah malu itu menghambat
pekerjaan kita? Bagaimana saya bisa menjalaninya dalam kehidupan yang serba
modern ini? Yang sebagian orang sudah tidak memiliki rasa malu itu, dan
berbagai pertanyaan yang terkadang saya menjawabnya sendiri.
PARAGRAF 4
:
Pada
paragraf keempat saya memakai jenis paragraf narasi dan deskripsi. Didalam
mencerita seluruh rentetan cerita yang saya alami, hingga akhirnya saya
menerima budaya malu itu sebagai tradisi dalam keluarga dan harus saya
pertahankan dan menjadi pegangan hidup saya. Saya juga mendeskripsikan bagaimana
perasaan saya yang begitu sulit dalam pergaulan dengan mengamalkan budaya malu
ini.
Sehingga
dalam paragraf keempat ini terdapat penyelesaian dari cerita saya.
Demikianlah rancangan cerita pendek saya yang
bertemakan kebudayaan
Judul Cerita : budaya malu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar