Rabu, 08 Agustus 2018

PERKEMBANGAN KERANGKA KARANGAN




PERKEMBANGAN KERANGKA KARANGAN
“PENTINGNYA MENUMBUHKAN SOPAN SANTUN KEPADA ORANGTUA

NUR ATIKA


Pentingnya Menumbuhkan Sopan Santun Kepada Orangtua

            Mendengar kata sopan santun, sungguhlah topik yang amat menarik karena sopan santun tidak lepas dalam kehidupan kita sehari – hari serta merupakan suatu perilaku yang sangat baik untuk kita contoh dan terapkan dalam kehidupan sehari – hari terutama dalam keluarga. Sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari – hari setiap orang, karena dengan menunjukkan sikap sopan santunlah, seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan keberadaannya sebagai makhluk sosial dimanapun tempat ia berada. Dalam kehidupan bersosialisasi antar sesama anggota keluarga terutama sopan santun anak kepada orangtuanya. Dalam hal ini sopan santun dapat memberikan banyak manfaat atau pengaruh yang baik  bagi hubungan keluarga. Seperti dijelaskan juga oleh rasulallah dalam Hadits Shahih Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga.” [Hadits Riwayat Muslim 2551, Ahmad 2:254, 346] Penjelasan ringkas dari hadits di atas: Bahwasanya kedua orang tua itu adalah ‘ladang pahala’ untuk kita menggapai surga Alloh ‘Azza wa Jalla. Terdapat kemuliaan tatkala seorang anak ikhlas dan sadar dalam memuliakan serta berbakti kepada kedua orang tuanya dalam perkara-perkara yang ma’ruf (perkara yang baik dan tidak melanggar syariat). Dan sungguh celaka dan merugi bagi seorang anak yang tatkala kedua orang tua atau salah satunya masih hidup lantas ia enggan merawatnya, enggan berbakti kepada mereka terlebih tatkala orang tua sudah renta, bahkan sampai membiarkan orang tua terlantar tanpa perhatian dan kasih sayang dari anak-anaknya. Demi mengejar karir, demi membahagiakan istri atau suami, sering kali akhirnya orang tua dilupakan dan dikesampingkan. Tanpa disadari mereka mendekatkan diri dengan api neraka dan azab-Nya.
            Jika ditilik dari asal katanya, sopan santun berarti peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam masyarakat dan dianggap sebagai tuntutan pergaulan sehari – hari masyarakat tersebut. Setelah kita membaca pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap sopan santun kepada orangtua adalah usaha untuk menghormati orang tua, seperti bertingkah laku yang baik, berbicara dengan lemah lembut, berkata jujur, tidak melakukan perbuatan yang dapat menyakiti perasaannya seperti suka membohong, menuruti perintah / tidak melanggar peraturannya, dan selalu mendengarkan segala nasihatnya. Hal tersebut harus kita jalani, karena sebagai anak, seseorang yang harus kita jadikan unsur utama dalam penerapan sopan santun ialah orang tua, selain beliau merupakan orang yang amat berjasa dalam perjalanan kehidupan kita, orang tua juga telah memberikan begitu banyak pengorbanannya agar dapat membesarkan kita hingga saat ini, maka orang tua sudah sepatutnya dihormati agar ia juga dapat merasakan kebahagiaan dan kegembiraan dengan adanya keberadaan kita di sampingnya.
            Jasa orangtua yang paling saya rasakan saat ini adalah ketika orangtua mengajarkan sopansantun yang dimulai dari sejak saya kecil dilingkungan keluarga seperti pepatah orangtua “saat kecil terbiasa sudah besar terbawa-bawa” betul memang hingga saat ini saya sudah terbiasa menjalani kehidupan dengan mengamalkan sopansantun itu apalagi dengan orangtua sendiri. Awal mula saya menganjak dewasa saya sering bertanya mengapa didalam keluarga saya sopansantun itu sangat diterapkan terutama kepada orangtua, saat zaman kini yang masyarakat anak mudanya berlomba lomba untuk bersikap gaul, sikap sopan terhadap orangtua itu sudah dianggap tidak perlu karna mereka menafsirkan itu adalah sifat orang yang sudah tua saja, padahal sopan santun kepada orangtua haruslah dimulai dari sedini mungkin. Jaman sudah makin edan, kultur ketimuran semakin terkikis dan pendidikan agama sudah banyak dikesampingkan. Sekarang banyak ditemui anak yang hilang sopan santun hingga kurang ajar terhadap orang tuanya, tidak mempunyai sikap berbakti bahkan menelantarkan orang tua yang sudah lanjut usia. Berbuat baik kepada kedua orang tua hukumnya wajib, baik waktu kita masih kecil, remaja atau sudah menikah dan sudah mempunyai anak bahkan saat kita sudah mempunyai cucu. Ketika kedua orang tua kita masih muda atau sudah lanjut usianya bahkan pikun kita tetap wajib berbakti kepada keduanya. Mereka membesarkan kita dengan penuh kasih sayang dan berbagai pengorbanan. Pengorbanan itu tak hanya dalam hal tenaga, waktu dan materi, bahkan demi anak nyawa pun rela dikorbankan.
            Mengapa kita harus bersikap sopansantun kepada orangtua kita? karena bersikap sopan santun selalu akan membawa manfaat bagi diri sendiri  yaitu Dapat dihargai, dihormati, dan disenangi oleh banyak orang dimanapun tempat kita berada terutama oleh orangtua kita. Dapat memupuk rasa persaudaraan, pertemanan, serta persahabatan. Mendapat kepercayaan dari orang lain. Mendapatkan penilaian yang positif karena melakukan perbuatan yang baik dari orang lain, sehingga orang lain pun akan bertingkah laku baik pula terhadap diri kita. Dapat menghindari perselisihan, pertentangan, dan permusuhan dengan orang lain. Menjaga hubungan baik dan harmonis dengan orang yang berada di sekitar kita terutama orangtua kita. Demikian juga sopan santun kepad aorangtua kita terapkan maka  orangtua kita akan merasa dihargai dan dihormati oleh anaknya.  Dapat membina dan menjaga hubungan baik antara anak dan orangtua. Dapat meringankan bebannya ketika kita sudah lepasa dari rumah karena mereka yakin jika seorang anak sudah bersikap sopan santun kepada orangtuanya, maka dengan oranglain pun anaknya tersebut akan mampu bersikap demikian. Sebab  setiap orangtua selalu berharap anak menjadi anak yang soleh dan soleha karena hanya doa anak yang solehlah yang terkabulkan, doa dari anak yang sholeh begitu luar biasa memberi manfaat bagi orang tua yang telah meninggal. Telah banyak hadits yang menerangkan tentang bagaimana kebaikan yang akan didapatkan orang tua di kehidupan setelah mati tatkala memiliki anak-anak yang sholeh yang mau mendoakan mereka. Dan shaleh ataupun shalehah itu harus diperjuangkan dengan cara taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti tuntunan Rasul-Nya, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Sebaliknya anak-anak yang tidak mau taat kepada perintah Alloh dan sebaliknya gemar berbuat dosa akibat meninggalkan shalat, berbuat maksiat, tidak mau belajar ilmu agama dan hal-hal yg dibenci Alloh serta RasulNya.. maka sang anak hanya akan memberikan beban berat yang harus dipertanggung jawabkan orang tuanya di yaumul akhirat.












RANCANGAN CERITA

PARAGRAF 1 :  
          Pada paragraf  pertama karangan saya berbentuk deskripsi. Sesuai dengan tema karangan saya yaitu mengenai kebudayaan, salahsatunya budaya malu yang sangat dijunjung tinggi didalam keluarga kami.
          Pada paragraf pertama ini akan saya deskripsikan apa itu malu. Bagaimana rasanya memiliki rasa malu,  dan pengertian malu itu sendiri menurut berbagai bidang ilmu, dan tidak ketinggalan menurut pendapat orangtua saya sendiri. Dan lain sebagainya.

PARAGRAF 2  :
          Pada paragraf kedua ini saya mulai menceritakan bagaimana awal kisah saya mempelajari budaya ini didalam keluarga, sejak kecil hingga terbiasa sampai sekarang, jenis karangan yang saya pakai adalah narasi. Saya akan bercerita rentetan pengalaman yang saya alami sebagai suatu proses dalam kehidupan saya.

PARAGRAF 3 :
          Pada paragraf ketiga saya memakai jenis paragraf argumentasi. Pada paragraf ini terjadi konflik batin pada diri saya sendiri, saya banyak bertanya mengapa harus ada rasa malu? Dimulai dari sikap orangtua yang selalu saya perhatikan dengan sendirinya menimbulkan pertanyaan dalam diri saya mengapa mereka seperti itu, seperti ini dan lain sebagainya. Hingga akhirnya saya tau apa itu budaya malu. Bukankah malu itu menghambat pekerjaan kita? Bagaimana saya bisa menjalaninya dalam kehidupan yang serba modern ini? Yang sebagian orang sudah tidak memiliki rasa malu itu, dan berbagai pertanyaan yang terkadang saya menjawabnya sendiri.

PARAGRAF 4 :
          Pada paragraf keempat saya memakai jenis paragraf narasi dan deskripsi. Didalam mencerita seluruh rentetan cerita yang saya alami, hingga akhirnya saya menerima budaya malu itu sebagai tradisi dalam keluarga dan harus saya pertahankan dan menjadi pegangan hidup saya. Saya juga mendeskripsikan bagaimana perasaan saya yang begitu sulit dalam pergaulan dengan mengamalkan budaya malu ini.
          Sehingga dalam paragraf keempat ini terdapat penyelesaian dari  cerita saya.

Demikianlah rancangan cerita pendek saya yang bertemakan kebudayaan
Judul Cerita : budaya malu

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...