Rabu, 08 Agustus 2018

BUDAYA MAKAN BERSAMA




INDAHNYA KEBERSAMAAN MAKAN BERSAMA KELUARGA

            Tradisi makan bersama anggota keluarga saat ini sudah makin jarang dilakukan karena terbatasnya waktu berkumpul. Padahal, banyak hal positif yang bisa Anda dapat dengan meluangkan waktu makan bersama keluarga. ”Kehidupan itu sendiri bukan hanya penuh dengan sukacita dan kehangatan dan kenyamanan melainkan juga dengan dukacita dan air mata. Namun, tidak soal kita bahagia atau sedih, kita perlu makan. Orang yang bahagia maupun yang sedih bisa dibuat gembira dengan hidangan yang lezat.”—Laurie Colwin, penulis asal Amerika.
            Didalam keluarga saya memiliki kebiasaan yang dianggap sangat penting. Seluruh keluarga berkumpul mengelilingi meja, setidak-tidaknya satu kali sehari, untuk makan bersama. Tidak boleh ada gangguan. Tidak ada yang menonton televisi, memakai earphone, atau ber-SMS dengan teman. Suasana damai ini menurut saya membuka kesempatan bagi semua untuk menyerap hikmat, memperkuat ikatan keluarga, dan tertawa bersama mengenai kejadian hari itu sambil menikmati makanan yang sehat.
            Bagi banyak orang dewasa hari ini terutama kalangan anak-anak muda, acara makan keluarga bisa jadi dianggap kuno. Di banyak rumah, acara makan keluarga hanya diadakan sekali-sekali. Mengapa keluarga-keluarga merasa begitu sulit untuk makan bersama? Apakah kebiasaan tradisional ini layak dipertahankan? Apa saja manfaatnya bagi setiap anggota keluarga? ”Fakta bahwa acara makan malam telah jauh berkurang hanya dalam waktu satu generasi hari ini merupakan bukti yang jelas tentang betapa cepatnya perubahan yang terjadi pada hubungan sosial kita,” jelas Robert Putnam dalam buku Bowling Alone. Apa saja yang turut menyebabkan fenomena ini? Pertama, biaya hidup yang tinggi membuat suami dan istri harus bekerja lebih lama. Para orang tua tunggal, yang situasi ekonominya biasanya lebih tak menentu, semakin kekurangan waktu. Kedua, kehidupan yang serba sibuk dewasa ini mendorong orang menyantap makanan siap-saji dan makanan cepat masak. Bukan orang dewasa saja, anak-anak pun punya banyak urusan, seperti olahraga dan kegiatan lain setelah jam sekolah.
            Selain itu, ada para ayah yang lebih suka pulang ke rumah saat anak kecil mereka sudah tidur ketimbang direpotkan oleh ”segala kericuhan” makan malam. Orang tua lainnya, yang memang pulang tepat waktu, lebih suka jika anak-anak makan lebih dahulu lalu pergi tidur supaya suami dan istri bisa makan bersama dengan tenang. Situasi-situasi demikian mengakibatkan keluarga makan sendiri-sendiri. Pesan-pesan yang ditempelkan di lemari es menggantikan percakapan selama acara makan. Anggota keluarga pulang, memanaskan makanan yang sudah dimasak, dan duduk di depan pesawat TV, komputer, atau peralatan game. Tren sosial ini tampaknya tidak bisa diubah. Maka, kita perlu memikirkan dengan serius bagaimana tren itu bisa diubah?
            Karena sesungguhnya begitu ganyak manfaat jika tradisi makan bersama keluarga ini terus diadakan, diantaranya acara makan keluarga memberikan kepada para orang tua kesempatan yang istimewa untuk memerhatikan kesejahteraan emosi anak-anak. Meja makan adalah ”tempat yang nyata bagi anak-anak untuk memperoleh perhatian orang tua secara rutin dalam suasana santai. Acara makan malam keluarga juga mungkin bukan solusi atas semua problem, namun hal itu tampaknya merupakan jalan keluar yang relatif mudah.
            Salah seorang teman saya merasakan hangatnya bersama keluarga ketika dia saya ajak makan bersama dirumah. Ayah saya berupaya keras pulang tengah hari untuk makan bersama keluarga. Itu benar-benar acara istimewa. Kami selalu tahu kabar terbaru tentang setiap anggota keluarga. Suasana sering penuh humor yang sehat dan gelak tawa. Kenangan manis itu meyakinkan teman saya tersebut bahwa dia kelak jika berkeluarga harus meniru mencontoh tradisi keluarga saya.
            Acara makan keluarga juga membantu anak-anak menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan sehat. Anak-anak bisa belajar bercakap-cakap dan mendengarkan dengan penuh respek. Percakapan memperkaya kosakata mereka dan mengajar mereka caranya menyatakan diri. Makan makanan sehat secara teratur. Memperlihatkan tata krama. Belajar bermurah hati dengan membagi makanan dan tidak menuntut untuk mendapat bagian yang terbaik. Selain itu, belajar memerhatikan kebutuhan anggota keluarga lainnya selagi makan. Anak-anak belajar dapat bekerja sama dengan menata dan membereskan meja, mencuci peralatan makan setelahnya, atau melayani yang lain-lain. Seraya usia bertambah, saya bersama saudara yang perempuan lainnya juga bisa membantu ibu memasak.
            Saya percaya bahwa acara makan keluarga memberikan kepada para anak kestabilan emosi, saya tidak khawatir tentang kapan bisa cerita kepada ibu dan ayah mengenai masalah sehari yang telah saya jalani. Acara makan keluarga menyediakan kesempatan yang ideal setiap hari. Selain itu, sebagai anak, kesempatan ini membantu saya untuk selalu dekat dengan orangtua dan saudara saudara saya lainnya.”
            Bagi saya, acara makan keluarga bukan sekadar mengisi perut. Itu waktunya kami tertawa, berbicara, dan saling memperlihatkan kasih sayang.  Acara makan keluarga bisa menjadi perlindungan terhadap tekanan yang kita semua hadapi setiap hari. Jika keluarga kita ingin dapat memberi kesempatan bagi keluarga untuk saling mendekatkan diri? Jika kehidupan kita sibuk, acara makan keluarga membuka kesempatan untuk bersantai dan berbicara kepada orang-orang tercinta. Upaya itu pasti tidak akan sia-sia.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...