NUR ATIKA
“BERCERITA SELEPAS MAGRIB”
Bercerita /mendongeng adalah tradisi lisan yang
masih diwariskan dari generasi ke generasi. Pada umumnya, anak-anak sangat
menyukai dongeng tidak terkecuali saya sendiri yang sangat megemarinya, baik
itu berupa dongeng binatang (fabel), kisah rakyat (folklore), kehidupan
tokoh-tokoh dunia yang terkenal, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, tradisi
mendongeng mulai tersaingi oleh televisi dan video game yang merupakan produk
dari perkembangan teknologi. Kebanyakan orang mempunyai pikiran bahwa
mendongeng adalah aktivitas yang biasanya dilakukan oleh orang tua untuk
meninabobokan anaknya menjelang tidur di malam hari. Di satu sisi hal ini
benar, tetapi di sisi yang lain pemikiran tersebut mempersempit makna atau
manfaat yang sesungguhnya dari mendongeng.
Secara
sederhana, bercerita adalah salahsatu budaya didalam keluarga saya yaitu segala
sesuatu yang dipraktekkan keluarga sehari-hari. Budaya keluarga bukan sebuah
hal yang diinginkan dan diidealkan, tetapi kenyataan yang dijalani dan dilihat
anak sehari-hari. Gaya komunikasi ayah-bunda & orangtua-anak. Kebiasaan
mengisi waktu luang. Apa yang biasa ditanyakan/dianggap penting. Dan sebagainya
bisa didapati dalam bercerita ini. Keluarga saya dalam bercerita selalu
melaksanakannya ketika sesudah selesai melaksanakan sholat magrib bersama, kami
akan duduk dalam sebuah lingkaran dan dengan ditemani oleh secangkir kopi yang
telah disiapkan oleh ibu ayah akan mulai bercerita, cerita yang disampaikan
terkadang hanya cerita-cerita itu-itu saja namun kami anak-anaknya akan tetap
selalu menunggu waktu kebersamaan ini karna dari sebuah cerita itu akan banyak
timbul pertanyaan dari kami terkait permasalahan yang kami hadapi dalam
keseharian kami. Waktu berceritanya hanya menjelang masuknya pula waktu shalat
isa, walaupun waktu yang hanya berkisar antara 30 sampai 45 menit ini ayah dan
ibu mampu menanamkan beberapa nilai-nilai kehidupan didalam diri kami
anak-anaknya.
Hal
yang berbeda saat kami anak-anaknya masih sangat kecil dulu. Ibu dan ayah akan
bergantian mendogengkan cerita kepada kami sebagai pengantar khayalan kami
kedunia mimpi, setelah tidur dan bangun kembali dari tidur saya sendiri
merasakan ketenangan jiwa yang seperti di hipnotis oleh cerita tadi malam, jika
itu cerita mengenai dongeng cenderela saya merasakan seakan-akan wujud jiwa
cinderela itu hadir didalam diri saya. Ibu dan ayah memang selalu bisa menyesuaikan
cerita yang disampaikannya menurut usia kami. Saat dewasa sekarang cerita yang
kami dengarkanpun sudah berbeda versi, terkadang alur ceritanya sama namun ayah
dan ibu mengemasnya dalam bahasa lisan yang mudah kami telaah untuk kehidupan
sehari-hari.
Ada
beberapa manfaat yang dapat dipetik dari aktivitas mendongeng kepada anak yang
telah saya rasakan. Pertama,
mendongeng dapat membangun hubungan yang hangat antara orang tua dan anak. Ketika
seorang anak berada di pangkuan ayah atau ibunya sambil mendengarkan cerita,
akan timbul perasaan disayang, dikasihi dan merasa diperhatikan. Di samping
itu, ada dialog langsung antara ayah atau ibu dengan anaknya. Hal inilah yang
tidak dapat digantikan oleh televisi. Televisi memang dapat menyampaikan isi
cerita yang menarik perhatian anak, akan tetapi tidak dapat memberikan
kehangatan dan perasaan dikasihi seperti yang diperoleh dari mendongeng. Kedua, mendongeng dapat menumbuhkan
daya imajinasi anak. Imajinasi yang dimaksud adalah bagaimana anak menanggapi
dongeng tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan lebih jauh hal
itu dapat mendorong nalar kreativitas anak. Seorang psikolog yang bernama Cici
Kaloh menambahkan bahwa intelegensi anak-anak yang kurang didongengi ternyata
lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang lebih banyak didongengi orang
tuanya. Penelitian itu kemudian juga menemukan, setelah sering didongengi,
anak-anak yang semula intelegensinya kurang, belakangan meningkat. Masih
menurut Cici, pengembangan daya pikir anak sangat dipengaruhi oleh stimulus
lingkungan, yang salah satu di antaranya adalah lewat pemberian dongeng.
Ketiga, dongeng menanamkan nilai-nilai
moral yang luhur kepada anak. Si Kancil yang Cerdik, Gadis Penjual Korek Api,
dan Tiga Babi Kecil merupakan contoh-contoh cerita yang dapat dipetik nilai
moralnya oleh anak. Dongeng menjadi sarana yang tepat untuk mengajarkan
nilai-nilai moral kepada anak tanpa bersikap menggurui. Semakin sering anak
membaca atau mendengarkan dongeng, maka semakin peka pula dirinya untuk menangkap
berbagai pesan moral yang terkandung di dalamnya. Keempat, dongeng merangsang keinginan anak untuk gemar membaca.
Dapat dipahami bahwa tidak semua orang pandai mendongeng dan mengingat banyak
dongeng secara lengkap. Oleh sebab itu, buku dapat dijadikan sarana untuk
mendongeng. Anak akan melihat buku sebagai sumber informasi yang menarik di
mana dirinya akan tertantang untuk mencari, menemukan bahan lebih jauh serta
membaca lebih banyak. Dalam hal ini, orang tua tidak hanya sekedar mendongeng
tetapi juga mewariskan teladan yang baik kepada anak yaitu teladan dalam hal
membaca buku.
Melihat beberapa manfaat penting
dari mendongeng, seperti yang terlihat di atas, tentunya dapat dikatakan bahwa
dongeng memiliki makna yang luas dan penting. Jadi, mendongeng adalah suatu
aktivitas yang masih perlu dilakukan oleh orang tua pada masa kini. Meskipun
televisi memiliki program acara yang paling menarik sekalipun, tetap tidak
dapat menandingi peran orang tua yang mampu memberikan kehangatan dan keakraban
kepada anak-anaknya lewat mendongeng.
Oleh
karenanya, alangkah lebih bijak bagi orang tua untuk dapat menyediakan waktunya
yang berharga setiap hari, meskipun tidak terlalu lama, untuk mendongeng kepada
anak-anaknya. Waktu yang dimaksud bukan hanya malam hari sebelum tidur, tetapi
bisa juga sebelum anak berangkat sekolah, waktu luang keluarga, dan seperti
keluarga saya setelah magrib sambil menunggu datang waktu shalat isa menjadi
tradisi hingga saat ini untuk digunakan sebagai waktu yang tepat untuk
bercerita. Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana ayah atau
ibu bisa menjiwai cerita yang dibawakan dan menjadikannya sebagai suatu kemasan
yang menarik perhatian anak. Sehingga anak mengerti maksud yang tersirat
didalam cerita tersebut, sebagaimana yang dilakukan ayah dan ibu kami, kami
lima anaknya akan ditanyai satu-persatu apa hikmah atau tujuan yang ada didalam
cerita yang telah kami dengarkan darinya. Sungguh suatu keharmonisan keluarga
yang sangat saya rindukan. Kini karena saya sudah berkeluarga saya menerapkannya
pula kepada anak saya, namun terkadang saya sangat merindukan cerita-cerita
lama dan gaya bercerita ayah dan ibu saya, memang saya belum mahir dalam hal
ini, karena tidak sebagus ayah dan ibu saya yang sudah piawai dalam bercerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar