Rabu, 08 Agustus 2018

Rumah Tua - puisi

RUMAH TUA
oleh Nur atika Roesli

sudahlah lapuk, lusuh, pucat tak jelas warnanya lagi
belanda pun ingin memilikinya
ukirannya, jenjangnya, arsitekturnya
membuat mata tak bisa berpaling mengingat tetesan keringat para tukang yang lekat didinding penuh rayap itu

zaman bertukar sejak belanda, jepang hinggapun cina senyuman  rumah tua itu tak pernah berubah
penguhuni senantiasa ramah pada tamunya
tamu ialah raja adat resam berlaku dirumah tua
walaupun tamunya membawakan sianida

rumah tua yang telah goyah
paku paku pelekat dinding kayunya hampir tanggal semua
hanya walau tanpa paku kauu itu sudah melekat erat tak terpisahkan
takkan kau dapati atap genting apalagi jendela kaca

rumah tua hanya punya seng kelam dan beberapa sayap kayu penutup lubang angin
menatap keluar halaman lewat lubang kecil itu pandanganmu akan langsung menuju kesebuah sungai.
dan hiruplah udara segar itu, pengobat beratnya rindu ataupun lelahnya kamu dengan peristiwa sejarah lalu.

jangan coba coba ingin kau robohkan rumah tua ini apalagi berniat menenggelamkannya
walau bagimu tiada berguna, penghuninya masih hidup
anak cucu cicitnya masih berpegang erat di tiang penyangga rumah
mereka masih masak ditunggu yang sama
mereka masih tidur dilantai kayu beralaskan rumbia
mereka masih meneguk air murni dari api kayu
mereka masih menanak nasi dari padi yang ditanam sendiri
mereka masih bersuluh dan mengaji setiap malam
mereka masih menjadikanmu raja saat bertamu

Rumah Tua, 24 April 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Diamnya Dia

 "Analisis Diamnya Dia" Oleh, Nur Atika Rusli. Diamnya seseorang bukan berarti tidak mengerti dan memahami persoalan. Sebaliknya, ...